JAKARTA, KOMPAS.TV- Pemerintah Provinsi DKI Jakarta seharusnya memiliki “masterplan” untuk mencegah kerusaknya lingkungan.
Hal itu dikemukakan oleh Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo dalam kanal YouTube Rumah Kebudayaan Nusantara.
“Maka yang penting Jakarta itu adalah masterplan-nya, bagaimana masterplan-nya itu ditata benar menjadi master plan yang mampu memberikan ekosistem keadaban lingkungan. Kalau hancur keadaban lingkungan berarti hancurlah wajah Ibu Kota ini,” kata Benny seperti dikutip KompasTV, Senin (22/2/2021).
Baca Juga: Djarot Sindir Anies Soal Banjir Jakarta
Selain itu, Benny juga meminta Pemprov DKI lebih mengoptimalkan lagi kegitan kerja bakti di akhir pekan. Hal itu penting untuk membuat lingkungan tetap terjaga dan bersih dari sampah. Sehingga intensitas curah hujan yang tinggi tidak lagi menjadi alasan sebagai penyebab banjir.
“Dulu kan ada Kerja bakti, dihidupkan lagi itu kerja bakti di lingkungan, di kampung, bersih-bersih sehingga selokan-selokan itu bisa menjadi lancar kembali dari sumbatan sampah itu,” ujar Benny.
Benny menuturkan, ekosistem lingkungan harus menjadi kesadaran, cara berpikir, bertindak, nalar, dan bereaksinya bagi setiap seseorang.
Baca Juga: Benny Susetyo Minta Anies Belajar dari Ahok Atasi Banjir
“Kalau ini bisa dijaga, ekosistem alam ini, makn manusia bisa bersatu dengan alam, maka kembalilah kepada keutamaan hidup, siapa yang mencintai alam semesta, dia mencintai sesamanya,” kata Benny.
“Tetapi siapa yang menghancurkan alam, berarti dia menghancurkan kemanusiaan. Nah ini yang terjadi, tragedi hancurnya kemanusiaan karena manusia menyia-nyiakan alam semesta ini,” tambah Benny.
Diberitakan sebelumnya, Benny Susetyo juga meminta Anies belajar dari kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama dalam penanganan banjir.
Baca Juga: Giring: Normalisasi Era Ahok Dihapus, tapi Naturalisasi Malah Tak Dikerjakan Anies
“Apa yang dilakukan Ahok harus dilanjutkan seharusnya. Sehingga penataan kota Jakarta dalam mengatasi masalah banjir itu menyeluruh tidak parsial dan tidak sifatnya politis. Kalau sifatnya politis, ga akan selesai-selesai,” ujar Benny Susetyo.
“Jangan kebijakan yang baik itu karena berbeda pandangan politik tidak diteruskan. Harusnya sesuatu yang sudah didesain dan memberi manfaat bagi keselamatan bagi banyak orang yang dilanjutkan,” tambah Benny.
Bagi Benny, persoalan banjir Jakarta juga terjadi karena tidak adanya political will dalam pengentasannya.
Baca Juga: Kritik Pedas Giring untuk Anies: Jangan Cuma Lempar Kesalahan Banjir Kiriman
“Kalau ada kemauan politiknya dari pemimpinnya, elit-elitnya, maka penyelesaian banjir ini bisa diselesaikan tidak sektoral, tetapi menyeluruh,” kata Benny.
“Menyeluruh artinya harus ada sistem drainase ya, harus ada sistem pengaturan debit ya, maka harus dibangun bendungan,” imbuh Benny.
Benny menuturkan, zaman Ahok memimpin dalam upaya penanganan banjir Jakarta dilakukan pengerukan dan pembersihan drainase. Kemudian, pembersihan selokan hingga banyak pasukan oranye dan kuning yang siaga ketika curah hujan melebihi kapasitas.
Baca Juga: Anies: Ada 5 Orang Korban Tewas karena Banjir Kemarin
“Ini kan masalah mendasarnya adalah bagaimana kebijakannya tidak pernah continue, dan tidak pernah kita serius mengatasi banjir Jakarta ini. Selama tidak ada keseriusan mengatasi banjir di Jakarta, ya akan terus terjadi,” ujarnya.
Lebih lanjut, Benny mengatakan saat ini teknologi sudah bisa memantau hujan. Artinya, sebagai pemimpin seharusnya Anies mempersiapkan kebijakan yang jelas dan terukur untuk mengatasi banjir.
Baca Juga: Hasto Ungkap, Menteri PU Marah-Marah karena Susah Kerja Sama dengan Anies Tangani Banjir Jakarta
“Jangan kita menyalahkan alam, karena curah hujan tinggi, cuaca ekstrem, kemudian seolah-olah alam, padahal manusia diberi oleh tuhan kemampuan. Kemampuan untuk apa? Memprediksi, setiap masalah itu ada cara untuk mengatasinya,” tegas Benny.
Benny menilai banjir yang terjadi juga terjadi karena kesalahan manusia yang serakah dan koruptif dalam kebijakan. Sehingga, wilayah-wilayah yang seharusnya menjadi resapan justru dibangun mall dan lainnya.
“Jadi kalau kita lihat fenomena banjir, ini tidak hanya fenomena alam, tetapi juga fenomena manusia yang serakah, karena manusia tidak mau memperhatikan ekosistem lingkungan. Jadi hancur ya lingkungan seperti ini,” ujarnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.