Ketika itu, Din sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dia pun mengatakan bahwa Islam tidak sempit. "Islam tak sesempit itu. Islam tidak sepicik itu. Dalam konteks kultural itu rahmatan lil alamin. Bahwa kita menyebutkan selamat, kita ucapkan selamat natal," ujar lulusan Pondok Pesantren Darussalam Gontor, Jawa Timur 1975 ini.
Namun, atas pernyataanya itu, lelaki kelahiran Sumbawa, NTB pada 31 Agustus 1958 itu pun dituding tak paham agama dan disuruh syahadat lagi. Hal itu disebutkan oleh Koordinator Gerakan Masyarakat Jakarta KH Endang. “Ulama yang mengizinkan umat Islam mengucapkan selamat Natal harus syahadat lagi,” ujarnya, Selasa (23/12/2014). Bahkan, Din diminta harus memperdalam agama lagi. “Tanya ke orang yang mengerti,” kata Endang.
Baca Juga: Mahfud MD: Pemerintah Tak Akan Memproses Hukum Din Syamsuddin Karena Kritiknya
Din sendiri enggan mengomentari berbagai tudingan kepada dirinya. Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) ini memilih tidak berpolemik dengan tudingan.
Din pernah menjabat sebagai Ketua Umum MUI menggantikan Sahal Mahfudz yang meninggal dunia pada Jumat 24 Januari 2014. Keputusan penggantian ditetapkan pada rapat pimpinan MUI yang diselenggarakan pada Selasa 18 Februari 2014.
Din juga meraih doktor dari University of California, Los Angels (UCLA), Amerika Serikat pada Interdepartmental Programme in Islamic Studies.
Baca Juga: Pelaporan Din Syamsuddin Sudah Diteruskan ke Kemenag
Di dunia politik, Din pernah dipercaya untuk menjadi Ketua Departemen Penelitian dan Pengembangan DPP Golkar, dan pernah menjadi anggota MPR dari Fraksi Golongan Karya serta sempat ditunjuk untuk menjadi Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja, Depnaker RI.
Sejak tahun 2000, Din mengundurkan diri dari dunia politik dan mencurahkan waktu dan tenaga untuk bidang akademi dan ormas keagamaan. Ia menjadi dosen di berbagai Perguruan Tinggi, seperti UMJ, UHAMKA, UI, dan UIN.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.