Lalu tanpa saya tanya, mereka langsung menyambung pembicaraan. "Pak, kita susah sekarang, ini baru dapat 11 ribu, sudah 9 jam kita keluar rumah padahal sejak pagi tadi. Mana HP Hilang, ini pinjam sama anak. Malah temen saya ini, sudah 3 hari ga dapat apa - apa," sambil di iyakan oleh sang teman dan kawan-kawan “Ojol” lainnya.
Berbeda pemandangan dari trotoar jalan, saya memasuki salah satu rumah makan khas daerah di Indonesia, yang terkenal dan memiliki pusat di Sabang, Jakarta Pusat. Di sini saya ingin melihat bagaimana persiapan PSBB Masa Transisi yang dilaksanakan di Ibu Kota dan juga akan diikuti oleh daerah sekitar Jakarta, Bodetabek. Saat saya memasuki rumah makan itu, petugasnya telah menyilang-nyilangkan meja makan dengan selotip merah, tanda kursinya tak boleh diduduki. Di lantai pun, selotip tebal menghiasi, simbol untuk pembeli agar wajib menjaga jarak satu dengan yang lain.
50 Persen Karyawan Dirumahkan
Lagi-lagi, tanpa saya bertanya, sang pimpinan karyawan rumah makan, bercerita, bahwa ada 15 (lima belas) orang di rumah makan ini yang terpaksa dirumahkan (bukan PHK) sejak 2 bulan lalu. Mereka dirumahkan tanpa mendapat gaji. "Ada 15 orang dari kami semua 30 orang di sini, yang di rumahkan. Tapi kami senang, Senin ini mulai boleh dibuka, harapannya kembali bisa lebih laku lebih banyak, dan saya yakin, kami bisa memanggil 15 karyawan kami untuk kembali berkumpul bersama - sama kami di sini." ungkap sang kepala rumah makan.
Selama ini, saya hanya mendengar dari informasi yang disampaikan di media massa, dan narasumber ahli. Tapi kini, saya mendapatkannya langsung dari apa yang saya lihat, saya dengar, dan saya alami.
Prediksi Masa Depan Hidup Penduduk Indonesia
Saya bergegas menuju ke Kantor Kemenkoperekonomian, dan mewawancarai sang Menteri, Airlangga Hartarto. Saya tanyakan soal masa depan ekonomi Indonesia pasca wabah Corona.
Data Kemenkoperekonomian, baik kemiskinan maupun pengangguran bisa bertambah hingga lebih dari 5 juta orang. Kalau ditambah dengan angka kemiskinan sebelumnya sebesar 24,79 Juta orang (Data BPS: September 2019), maka diprediksi totalnya menjadi hampir 30 juta orang atau bahkan lebih. Ini mirip dengan angka yang terjadi pada tahun rentang 2010-2012.
Demikian pula dengan pengangguran terbuka, yang sebelumnya berada pada angka 4,99 juta sebelum wabah (Data BPS: Februari 2020), akan bertambah 5 juta orang menjadi sekitar 10 juta pengangguran. Mirip dengan angka pada tahun 2008-2009 alias 11 tahun lalu.
Saya menanyakan kepada Menko Airlangga, bagaimana kondisi sesungguhnya saat ini? Ia mengakui, bahwa kondisi saat ini memang lebih berat ketimbang badai ekonomi yang menghantam Indonesia dan juga dunia pada tahun 1998. Kala itu UMKM (Usaha Mikro, Kecil, Menengah) tidak terhantam, justru bisa menjadi motor pembangkit ekonomi bangsa kala itu. Tapi kini, UMKM juga ikut tak berdaya, karena aktivitas ekonomi yang menurun drastis.
Tapi ada satu yang menjadi harapan, yang menjadi pembeda di tahun 1998, kata Airlangga. "Sektor Lembaga Keuangan dan Perbankan kita, kuat! Ini yang bisa menjadi potensi bangkitnya ekonomi Indonesia dalam waktu ke depan." "Formulasi yang tepat, bisa membuat daya tahan bangsa kembali kuat, saya positif melihat ini!" sebut Airlangga, optimistis.
Pandemi memang harus berakhir, perlu siasat melepas dan selepasnya. Disiapkan dari sekarang, tak boleh lagi ada kelambanan, karena warga perlu melanjutkan kehidupan. Penguasa memberi jalan, semesta bekerja sama, memberi harapan untuk kelanjutan peradaban!
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.