Kompas TV kolom opini

Urbi Et Orbi

Kompas.tv - 1 Januari 2025, 02:00 WIB
urbi-et-orbi
Barisan Garda Swiss di tengah umat peziarah di Lapangan Santo Petrus. (Sumber: Trias Kuncahyono)

Oleh: Trias Kuncahyono

KOMPAS.TV- Di balkon lengan kiri Basilika St. Petrus, kami berada bersama dengan para duta besar dan keluarganya serta para biarawan-biarawati, di pagi yang cerah namun sejuk itu. Saya sebut “lengan” karena kalau kita masuk ke Lapangan St Petrus dari Via della Conciliazione (dari arah depan) seperti masuk dalam pelukan dua lengan basilika.

Lengan tersebut adalah barisan tiang setengah lingkaran yang dihubungkan ke basilika dengan “lengan” itu atau ambulakra tertutup, membatasi area besar berbentuk trapesium, dengan sisi terbesar terdiri dari fasad. Di atas barisan tiang yang terdiri dari 284 kolom dalam empat baris, tinggi 16 meter, berdiri 140 patung, setinggi lebih dari tiga meter.

Lapangan Santo Petrus dirancang oleh arsitek dan pematung Gian Lorenzo Bernini (1598 – 1680) atas perintah Paus Alexander VII (1599 – 1667). Setelah 11 tahun, lapangan dengan panjang 320 meter dan lebar 240 meter, yang mampu menampung lebih dari 300.000 umat untuk mengikuti ibadat, selesai dibangun pada tahun 1667.

Di tengah Lapangan St. Petrus berdiri obelisk warna merah marun setinggi 25,31 meter, di puncaknya dipasang salib. Obelisk ini berasal dari Heliopolis, Mesir yang dibuat di zaman Pharaoh (Firaun) Mencares pada 1835 SM untuk menghormati matahari yang dipuja sebagai dewa. Dan, pada tahun 37 SM dibawa ke Roma atas perintah Kaisar Caligula.

Di Roma, dulu obelisk didirikan di tengan sirkus (lapangan berbentuk oval untuk pacuan kereta kuda) yang dibangun Caligula dan diteruskan oleh Kaisar Nero. Di tempat itulah, menurut kepercayaan, St Petrus disalib dengan kepala di bawah, dan banyak umat Kristen awal dibunuh karena imannya.

***

Lengan kanan Basilika St Petrus. (Sumber: Trias Kuncahyono)

Dari balkon lengan kiri, kami lihat obelisk, yang kiri-kanannya ada air-mancur dan di depannya didirikan pohon natal serta gua natal. Ribuan umat ada di sekitar tempat itu hingga Via della Conciliazione mengarah ke Castel Sant’ Angelo di tepi barat Sungai Tiber.

Hari itu, hari istimewa. Hari Natal, 25 Desember 2024. Dan, awal dari Tahun Yubelium 2025. Tahun Yubelium juga dikenal sebagai Tahun Suci. Yakni, salah satu peristiwa besar Gereja Katolik. Dirayakan setiap 25 tahun sekali dan oleh Paus Fransiskus Tahun Yubelium 2025 dinyatakan sebagai sebagai Tahun Peziarah Pengharapan (Pilgrim of Hope) dan memiliki arti khusus seiring dengan pemulihan dunia dari epidemi COVID-19 (thepriest.com)

Lewat peringatan ini, Gereja mengajak para peziarah ke Roma juga tempat-tempat ziarah lain yang ditentukan dan mengajak umat Katolik di mana pun berada untuk memusatkan perhatian pada keindahan iman, memperkuat hubungannya dengan Tuhan yang telah bangkit; serta lebih giat mengamalkan keutamaan-keutamaan yang menjadikan umat Kristiani Katolik, khususnya keutamaan pengampunan, rekonsiliasi dan amal.

Awal Tahun Yubelium ditandai dengan pembukaan “Porta Santa“, Pintu Suci di Basilika St Petrus, pada 24 Desember 2024, malam oleh Paus Fransiskus, sebelum Misa Malam Natal. Paus memberikan indulgensi penuh kepada para peziarah, dengan dibukanya Pintu Suci Basilika Santo Petrus.

Menurut Kanon 992, Indulgensi adalah penghapusan dari hukuman-hukuman sementara atas dosa untuk orang beriman Kristiani yang berdisposisi baik serta memenuhi syarat tertentu.

***

Obelisk dan Pohon Natal di tengah Lapangan Santo Petrus. (Sumber: Foto: Trias Kuncahyono)

Suara tambur dan genderang serta terompet Garda Swiss yang berbaris memasuki Lapangan St. Petrus, menyedot perhatian  para peziarah. Tepuk tangan gemuruh menyambut barisan itu, seperti hendak menelan bunyi tambur, genderang, dan terompet. Hampir semua orang berusaha mengabadikan barisan Garda Swiss yang berseragan indah dan warna-warni itu dengan telepon pintar mereka. Sepertinya, mereka tidak rela kehilangan momen indah itu, yang mungkin hanya sekali disaksikan secara langsung seumur hidupnya di awal Tahun Yubelium.

Tetapi, ketika dari loggia delle benedizioni atau “balkon berkah” lantai pertama Basilika St Petrus, persis di atas pintu masuk utama, muncul yang ditunggu-tunggu, meledaklah tepuk tangan lebih riuh lagi dari  ribuan umat. Di balkon, sambil tersenyum Paus Fransiskus melambaikan tangan kanannya.

Lalu mulailah acara pada siang itu. Pada puncak acara Paus memberikan berkat Urbi et Orbi, bagi Kota (Roma) dan Dunia.” Berkat Urbi et Orbi atau juga disebut Berkat Paus ini memiliki sejarah panjang. Secara tradisi, pemberian berkat yang dimulai sejak abad pertengahan lalu berkembang di zaman selanjutnya.

Sejak zaman Romawi sudah dikenal istilah urbi et orbi. Bangsa Romawi kuno percaya bahwa kerajaan mereka adalah kerajaan paling kuat dan berpengaruh di dunia. Maka, kaisar sering kali memulai dekrit kekaisarannya dengan kata urbi et orbi untuk memperkuat dominasi Kekaisaran Romawi di seluruh dunia, yang berlangsung sejak tahun 27 SM. sampai tahun 476 M (thepriest.com).

Dalam perkembangannya frasa urbi et orbi (kepada kota [Roma] dan dunia), yang merupakan pembukaan standar proklamasi Romawi kuno. Sejumlah catatan mengungkapkan bahwa frasa urbi et urbi sudah digunakan Gereja Katolik pada awal abad ke-13. Ketika Paus Beato Gregorius X (memerintah 1271-76) mengenakan pakaian kepausan setelah dipilih, petugas yang membantu mengatakan: “investio te de Papatu Romano, ut praesis urbi et orbi.” (“Saya memberi Anda martabat kepausan Romawi sehingga Anda dapat memimpin kota dan dunia”).

Paus pada abad itu dan setelahnya memberikan berkat urbi et orbi pada saat pemunculan pertama setelah dipilih dan juga pada waktu lain, termasuk Paskah, Kamis Putih, hari raya St. Petrus dan Paulus dan penobatan kepausan (dari Basilika Santo Petrus), Hari Raya Kenaikan Yesus ke Surga (dari Basilika St. Yohanes Lateran) dan Bunda Maria Diangkat ke Surga (dari Basilika St. Maria Majore), serta Natal.

Pemberkatan pada hari-hari raya tertentu ini berlanjut hingga tahun 1870. Namun, sekarang hanya diberikan di Basilika St Petrus. Pemberkatan ini tidak hanya mengungkapkan otoritas Paus sebagai Uskup Roma dan kepala Gereja Katolik, namun juga status unik Roma sebagai ibu kota agama sedunia.

Kata Kilian Martin (english.katholisch.de) pada masa lalu, agar berkat tersebut dapat menjangkau sebanyak mungkin umat, maka berkat Urbi et Orbi diberikan lebih sering. Misalnya, pada hari-hari raya besar lainnya pada tahun gereja. Upacara pemberian berkat juga berlangsung secara rutin di salah satu basilika kepausan di luar Vatikan hingga jatuhnya Negara Kepausan pada tahun 1870.

Pada masa itu, upacara ini dapat diterima oleh siapa saja yang dapat melihat dan mendengar perkataan Paus. Untuk tujuan ini, sebuah balkon khusus — yang disebut Benediction Loggia (Balkon Berkat)–dibangun di setiap gereja. Karena balkon itu letaknya tinggi, sehingga umat bisa melihat Paus (english.katholisch.de).

Kata Johannes Grohe dari Pontifical University of the Holy Cross, tempat pertama ditemukan frasa  Urbi et Orbi adalah pada fasad Basilika Lateran. Di sana tertulis,, omnium Urbis et orbis ecclesiarum Mater et Caput; Bunda dan Kepala semua gereja di kota dan dunia.  Frasa tersebut menandai bahwa Basilika Lateran adalah gereja katedral pertama, yang dibangun di Roma di bawah Kaisar Konstantinus.

***

Para peziarah antre untuk masuk Lapangan Santo Petrus. (Sumber: Foto: Trias Kuncahyono)

Perubahan penting berkait dengan tradisi pemberian berkat ini terjadi pada masa Paus Pius XII (1876 – 1958; bertakhta mulai 1939). Pada tahun 1939, Paus mendeklarasikan bahwa berkat dapat diterima tidak hanya oleh mereka yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus, namun juga oleh umat beriman  di seluruh dunia yang berada di depan radio, mengikuti upacara pemberian berkat.

Paus Yohanes Paulus II, seiring pekembangan teknologi informasi memperluas ke televisi pada tahun 1985. Sekarang, semakin meluas karena upacara pemberian berkat dapat diikuti tidak hanya lewat radio dan televisi tetapi juga media komunikasi baru, sosial media.

Tetapi, tentu, suasana dan rasanya lain: antara mengikuti upacara di Lapangan St Petrus dan lewat siaran langsung televisi dan media sosial. Ada suasana dan rasa lega yang sangat dalam di hati, begitu Paus memberikan berkatnya dengan mengatakan: Et benedictio omnipotentis Dei, Patris et Filii et Spiritus Sancti, descendat super vos et maneat semper vobiscum..

Maka dengan penuh semangat dan syukur, ribuan umat di Lapangan St Petrus menjawab: Amen…..Suara amen itu menggema, memantul ke dinding basilika, lengan basilika, istana kepausan, dan membumbung naik ke langit…..




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x