Suara tambur dan genderang serta terompet Garda Swiss yang berbaris memasuki Lapangan St. Petrus, menyedot perhatian para peziarah. Tepuk tangan gemuruh menyambut barisan itu, seperti hendak menelan bunyi tambur, genderang, dan terompet. Hampir semua orang berusaha mengabadikan barisan Garda Swiss yang berseragan indah dan warna-warni itu dengan telepon pintar mereka. Sepertinya, mereka tidak rela kehilangan momen indah itu, yang mungkin hanya sekali disaksikan secara langsung seumur hidupnya di awal Tahun Yubelium.
Tetapi, ketika dari loggia delle benedizioni atau “balkon berkah” lantai pertama Basilika St Petrus, persis di atas pintu masuk utama, muncul yang ditunggu-tunggu, meledaklah tepuk tangan lebih riuh lagi dari ribuan umat. Di balkon, sambil tersenyum Paus Fransiskus melambaikan tangan kanannya.
Lalu mulailah acara pada siang itu. Pada puncak acara Paus memberikan berkat Urbi et Orbi, bagi Kota (Roma) dan Dunia.” Berkat Urbi et Orbi atau juga disebut Berkat Paus ini memiliki sejarah panjang. Secara tradisi, pemberian berkat yang dimulai sejak abad pertengahan lalu berkembang di zaman selanjutnya.
Sejak zaman Romawi sudah dikenal istilah urbi et orbi. Bangsa Romawi kuno percaya bahwa kerajaan mereka adalah kerajaan paling kuat dan berpengaruh di dunia. Maka, kaisar sering kali memulai dekrit kekaisarannya dengan kata urbi et orbi untuk memperkuat dominasi Kekaisaran Romawi di seluruh dunia, yang berlangsung sejak tahun 27 SM. sampai tahun 476 M (thepriest.com).
Dalam perkembangannya frasa urbi et orbi (kepada kota [Roma] dan dunia), yang merupakan pembukaan standar proklamasi Romawi kuno. Sejumlah catatan mengungkapkan bahwa frasa urbi et urbi sudah digunakan Gereja Katolik pada awal abad ke-13. Ketika Paus Beato Gregorius X (memerintah 1271-76) mengenakan pakaian kepausan setelah dipilih, petugas yang membantu mengatakan: “investio te de Papatu Romano, ut praesis urbi et orbi.” (“Saya memberi Anda martabat kepausan Romawi sehingga Anda dapat memimpin kota dan dunia”).
Paus pada abad itu dan setelahnya memberikan berkat urbi et orbi pada saat pemunculan pertama setelah dipilih dan juga pada waktu lain, termasuk Paskah, Kamis Putih, hari raya St. Petrus dan Paulus dan penobatan kepausan (dari Basilika Santo Petrus), Hari Raya Kenaikan Yesus ke Surga (dari Basilika St. Yohanes Lateran) dan Bunda Maria Diangkat ke Surga (dari Basilika St. Maria Majore), serta Natal.
Pemberkatan pada hari-hari raya tertentu ini berlanjut hingga tahun 1870. Namun, sekarang hanya diberikan di Basilika St Petrus. Pemberkatan ini tidak hanya mengungkapkan otoritas Paus sebagai Uskup Roma dan kepala Gereja Katolik, namun juga status unik Roma sebagai ibu kota agama sedunia.
Kata Kilian Martin (english.katholisch.de) pada masa lalu, agar berkat tersebut dapat menjangkau sebanyak mungkin umat, maka berkat Urbi et Orbi diberikan lebih sering. Misalnya, pada hari-hari raya besar lainnya pada tahun gereja. Upacara pemberian berkat juga berlangsung secara rutin di salah satu basilika kepausan di luar Vatikan hingga jatuhnya Negara Kepausan pada tahun 1870.
Pada masa itu, upacara ini dapat diterima oleh siapa saja yang dapat melihat dan mendengar perkataan Paus. Untuk tujuan ini, sebuah balkon khusus — yang disebut Benediction Loggia (Balkon Berkat)–dibangun di setiap gereja. Karena balkon itu letaknya tinggi, sehingga umat bisa melihat Paus (english.katholisch.de).
Kata Johannes Grohe dari Pontifical University of the Holy Cross, tempat pertama ditemukan frasa Urbi et Orbi adalah pada fasad Basilika Lateran. Di sana tertulis,, omnium Urbis et orbis ecclesiarum Mater et Caput; Bunda dan Kepala semua gereja di kota dan dunia. Frasa tersebut menandai bahwa Basilika Lateran adalah gereja katedral pertama, yang dibangun di Roma di bawah Kaisar Konstantinus.
***
Perubahan penting berkait dengan tradisi pemberian berkat ini terjadi pada masa Paus Pius XII (1876 – 1958; bertakhta mulai 1939). Pada tahun 1939, Paus mendeklarasikan bahwa berkat dapat diterima tidak hanya oleh mereka yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus, namun juga oleh umat beriman di seluruh dunia yang berada di depan radio, mengikuti upacara pemberian berkat.
Paus Yohanes Paulus II, seiring pekembangan teknologi informasi memperluas ke televisi pada tahun 1985. Sekarang, semakin meluas karena upacara pemberian berkat dapat diikuti tidak hanya lewat radio dan televisi tetapi juga media komunikasi baru, sosial media.
Tetapi, tentu, suasana dan rasanya lain: antara mengikuti upacara di Lapangan St Petrus dan lewat siaran langsung televisi dan media sosial. Ada suasana dan rasa lega yang sangat dalam di hati, begitu Paus memberikan berkatnya dengan mengatakan: Et benedictio omnipotentis Dei, Patris et Filii et Spiritus Sancti, descendat super vos et maneat semper vobiscum..
Maka dengan penuh semangat dan syukur, ribuan umat di Lapangan St Petrus menjawab: Amen…..Suara amen itu menggema, memantul ke dinding basilika, lengan basilika, istana kepausan, dan membumbung naik ke langit…..
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.