WASHINGTON, KOMPAS.TV — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menetapkan tarif yang berbeda-beda pada tiap negara. Ada negara yang mendapatkan tarif hanya 10%, dan ada pula yang mendapatkan hingga 49%.
Pemerintahan Trump telah mengumumkan "darurat ekonomi" untuk melewati Kongres dan mengenakan tarif 10% di hampir semua negara dan wilayah. Namun Trump telah menetapkan tarif yang lebih tinggi untuk sekitar 60 negara yang disebutnya sebagai pelanggar terburuk.
Tarif global 10% mulai berlaku pada pukul 12:01 dini hari Sabtu. Sedangkan tarif yang lebih tinggi dan ditetapkan untuk negara-negara tertentu akan mulai berlaku satu menit setelah tengah malam pada tanggal 9 April.
Di antara yang disebut sebagai pelanggar terburuk adalah China, yang menurut Trump melindungi produsennya melalui praktik perdagangan jahat selain tarif. Upaya tersebut mencakup tindakan seperti mengenakan pajak pertambahan nilai pada semua barang, membuang produk yang diproduksi berlebihan di pasar untuk menurunkan harga secara artifisial, atau memanipulasi mata uang.
Baca Juga: Prabowo Kirim Delegasi Tingkat Tinggi untuk Negosiasi Terkait Kebijakan Perang Dagang Trump
Banyak ahli yang bertanya-tanya, bagaimana AS mengalkulasi angka-angka tersebut? Berikut ini adalah cara Gedung Putih memperoleh angka-angkanya:
Untuk menentukan seberapa tinggi tarif negara-negara tersebut, Gedung Putih mengatakan telah menghitung ukuran ketidakseimbangan perdagangan setiap negara atas barang-barang yang diperdagangkan dengan Amerika Serikat. Kemudian mereka membaginya dengan berapa banyak impor Amerika dari negara tersebut.
Kemudian diambil angka yang merupakan setengah dari persentase tersebut, dan menjadikannya sebagai tarif baru.
Mengapa tidak mengenakan tarif timbal balik saja? Gedung Putih mengatakan jika perhitungannya mengikuti tarif timbal balik, maka angkanya menjadi naik lebih tinggi lagi bagi banyak negara. Dan menurutnya, ini menunjukkan bahwa Trump sudah bersikap "baik" kepada semua mitra dagang AS secara global.
Pemerintah AS berpendapat bahwa menciptakan pungutan dasar dengan sedikit pengecualian diperlukan untuk mencegah China dan negara lain menghindari tarif baru dengan memproduksi barang lalu mengirimkannya ke Vietnam, Kamboja, Meksiko, atau tempat lain untuk kemudian dikirim ke AS.
Itulah sebabnya daftar lokasi yang dikenai tarif Gedung Putih mencakup tempat-tempat yang tidak jelas dan sangat terpencil seperti Kepulauan Heard dan McDonald, yang tidak berpenghuni. Lokasi-lokasi tersebut berjarak 4.100 kilometer dari pantai daratan Australia, yang mengeklaimnya sebagai wilayah mereka.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.