Kompas TV internasional kompas dunia

Tarif yang Ditetapkan Trump Tidak Sepenuhnya Timbal Balik, Begini Cara AS Menghitungnya

Kompas.tv - 4 April 2025, 12:25 WIB
tarif-yang-ditetapkan-trump-tidak-sepenuhnya-timbal-balik-begini-cara-as-menghitungnya
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berpidato dalam acara pengumuman tarif baru di Rose Garden, Gedung Putih, Rabu, 2 April 2025, di Washington, Amerika Serikat. (Sumber: Foto AP/Mark Schiefelbein)
Penulis : Tussie Ayu | Editor : Vyara Lestari

WASHINGTON, KOMPAS.TV — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menetapkan tarif yang berbeda-beda pada tiap negara. Ada negara yang mendapatkan tarif hanya 10%, dan ada pula yang mendapatkan hingga 49%. 

Pemerintahan Trump telah mengumumkan "darurat ekonomi" untuk melewati Kongres dan mengenakan tarif 10% di hampir semua negara dan wilayah. Namun Trump telah menetapkan tarif yang lebih tinggi untuk sekitar 60 negara yang disebutnya sebagai pelanggar terburuk.

Tarif global 10% mulai berlaku pada pukul 12:01 dini hari Sabtu. Sedangkan tarif yang lebih tinggi dan ditetapkan untuk negara-negara tertentu akan mulai berlaku satu menit setelah tengah malam pada tanggal 9 April.

Di antara yang disebut sebagai pelanggar terburuk adalah China, yang menurut Trump melindungi produsennya melalui praktik perdagangan jahat selain tarif. Upaya tersebut mencakup tindakan seperti mengenakan pajak pertambahan nilai pada semua barang, membuang produk yang diproduksi berlebihan di pasar untuk menurunkan harga secara artifisial, atau memanipulasi mata uang.

Baca Juga: Prabowo Kirim Delegasi Tingkat Tinggi untuk Negosiasi Terkait Kebijakan Perang Dagang Trump

Banyak ahli yang bertanya-tanya, bagaimana AS mengalkulasi angka-angka tersebut? Berikut ini adalah cara Gedung Putih memperoleh angka-angkanya:

Untuk menentukan seberapa tinggi tarif negara-negara tersebut, Gedung Putih mengatakan telah menghitung ukuran ketidakseimbangan perdagangan setiap negara atas barang-barang yang diperdagangkan dengan Amerika Serikat. Kemudian mereka membaginya dengan berapa banyak impor Amerika dari negara tersebut.

Kemudian diambil angka yang merupakan setengah dari persentase tersebut, dan menjadikannya sebagai tarif baru.

Mengapa tidak mengenakan tarif timbal balik saja? Gedung Putih mengatakan jika perhitungannya mengikuti tarif timbal balik, maka angkanya menjadi naik lebih tinggi lagi bagi banyak negara. Dan menurutnya, ini menunjukkan bahwa Trump sudah bersikap "baik" kepada semua mitra dagang AS secara global.

Pemerintah AS berpendapat bahwa menciptakan pungutan dasar dengan sedikit pengecualian diperlukan untuk mencegah China dan negara lain menghindari tarif baru dengan memproduksi barang lalu mengirimkannya ke Vietnam, Kamboja, Meksiko, atau tempat lain untuk kemudian dikirim ke AS.

Itulah sebabnya daftar lokasi yang dikenai tarif Gedung Putih mencakup tempat-tempat yang tidak jelas dan sangat terpencil seperti Kepulauan Heard dan McDonald, yang tidak berpenghuni. Lokasi-lokasi tersebut berjarak 4.100 kilometer dari pantai daratan Australia, yang mengeklaimnya sebagai wilayah mereka.

Apakah Semua Negara Terpengaruh?

Ternyata tidak semua negara terpengaruh atas kebijakan tarif Trump ini. Kanada dan Meksiko dikecualikan karena mereka sudah menghadapi pajak 25% atas sebagian besar barang impor yang diumumkan Trump bulan lalu, dalam upaya memaksa keduanya untuk menindak penyelundupan fentanil ke AS.

Gedung Putih awalnya mengatakan semua negara lain akan terpengaruh oleh tarif, minimal sebesar 10%. Namun, pejabat pemerintah mengklarifikasi pada hari Kamis bahwa negara-negara yang telah dikenai sanksi AS yang ketat — misalnya, Rusia karena invasinya ke Ukraina, serta Iran, Korea Utara, Kuba, Belarus, dan Venezuela — tidak akan menghadapi tarif dasar global sebesar 10%.

Para pejabat mengatakan hal itu terjadi karena sanksi dan hambatan lain yang berlaku, menyebabkan AS memiliki perdagangan yang sangat sedikit dengan negara-negara tersebut sehingga defisitnya minimal.

Mengapa Trump Melakukan Kebijakan Ini?

Presiden Trump telah menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk menegaskan bahwa Amerika berada pada titik terkayanya pada akhir Zaman Keemasan pada akhir tahun 1800-an dan awal tahun 1900-an, ketika negara itu memberlakukan tarif tinggi sebagai cara utama untuk menghasilkan pendapatan bagi pemerintah federal.

Trump bahkan menyarankan pada hari Rabu bahwa AS menjauh dari tarif yang lebih tinggi dan beralih ke pajak penghasilan federal pada tahun 1913 sehingga memicu Depresi Besar tahun 1930-an. Klaim ini kemudian ditolak mentah-mentah oleh para ekonom dan sejarawan.

Baca Juga: Respons Tokoh & Ahli soal Kebijakan Trump Tetapkan Tarif Impor 32 Persen untuk Indonesia

Penjelasan yang lebih kontemporer dapat ditemukan dalam Proyek 2025, yang merupakan cetak biru komprehensif yang disusun oleh para konservatif terkemuka tentang cara mengecilkan tenaga kerja federal dan mendorong Washington lebih jauh ke paham kanan. 

Proyek tersebut menjabarkan bagaimana Trump dapat mengenakan tarif tinggi di seluruh dunia, memberikan pemerintahannya lebih banyak ruang untuk menegosiasikan tarif yang lebih rendah dengan mitra dagang sebagai imbalan atas prioritas AS.

Pejabat Gedung Putih bersikeras bahwa tarif baru lebih ditujukan untuk menutup defisit perdagangan, merangsang manufaktur AS, dan menghasilkan pendapatan pemerintah daripada menegosiasikan kesepakatan perdagangan baru pada akhirnya.

Namun, Trump telah menunjukkan bahwa ia bersedia untuk menarik kembali ancaman tarif sebagai imbalan atas tawaran konsesi. Pemerintahannya mengatakan bahwa presiden selalu siap untuk membuat kesepakatan. Pernyataan ini merupakan sebuah sinyal bahwa tarif baru mungkin diberlakukan lebih sebagai alat tawar-menawar daripada kebijakan permanen.

Terbang ke Florida dengan Air Force One pada Kamis, Trump mengatakan tentang kemungkinan membuat kesepakatan untuk mengurangi tarif yang dikenakan di seluruh dunia ke depannya. "Setiap negara (dapat) menghubungi kami," ujarnya.

"Kami menempatkan diri kami di kursi pengemudi," katanya. "Jika kita meminta beberapa negara ini, atau sebagian besar negara ini untuk membantu kita, mereka akan berkata tidak. Sekarang mereka akan melakukan apa saja untuk kita," ujarnya seperti dikutip dari The Associated Press.


 

Kami memberikan ruang untuk Anda menulis

Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.

Daftar di sini



Sumber : The Associated Press

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE



KOMPASTV SHORTS


Lihat Semua

BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x