Namun, ia memperingatkan bahwa proses ini akan berlangsung lama.
"Kami punya banyak pekerjaan yang harus dilakukan dalam waktu yang lama. Orang-orang harus bersabar," kata Sabato.
Sejumlah pihak menilai bahwa meski dokumen-dokumen ini menarik, kemungkinan besar tidak akan ada temuan besar yang mengubah pemahaman publik mengenai kasus ini.
Akan tetapi, tetap ada ketertarikan besar terhadap detail yang dapat memberikan gambaran lebih luas mengenai peristiwa tersebut.
John F. Kennedy tewas ditembak pada 22 November 1963 di Dallas, Texas.
Saat itu, iring-iringan kendaraan kepresidenan tengah melintas di pusat kota ketika tembakan terdengar dari lantai enam Gedung Texas School Book Depository.
Polisi segera menangkap seorang pria berusia 24 tahun, Lee Harvey Oswald, yang diduga menembakkan peluru dari gedung tersebut.
Namun, dua hari kemudian, Oswald tewas ditembak oleh pemilik klub malam, Jack Ruby, saat hendak dipindahkan ke penjara lain.
Pemerintah AS kemudian membentuk Komisi Warren untuk menyelidiki kasus ini. Setahun setelah kejadian, komisi itu menyimpulkan bahwa Oswald bertindak sendirian dan tidak ada bukti keterlibatan pihak lain dalam pembunuhan ini.
Akan tetapi, kesimpulan tersebut justru memicu berbagai teori konspirasi yang bertahan hingga kini.
Keputusan untuk membuka dokumen terkait pembunuhan Kennedy sebenarnya sudah diatur sejak awal 1990-an.
Pemerintah federal AS kala itu mewajibkan semua dokumen dimasukkan dalam satu koleksi di Arsip Nasional dan dibuka sepenuhnya pada 2017, kecuali ada alasan khusus yang diajukan oleh presiden.
Meski Trump awalnya menyatakan akan merilis seluruh dokumen, ia kemudian menahan sebagian dengan alasan keamanan nasional.
Hal ini juga berlanjut pada era pemerintahan Joe Biden, yang masih menyimpan sebagian dokumen dengan pertimbangan serupa.
Sabato mengatakan bahwa banyak dokumen yang masih ditutupi dengan sensor besar, terutama yang berkaitan dengan Kuba dan aktivitas CIA terkait Oswald.
"Ada sesuatu yang sangat sensitif jika mereka masih menyembunyikan paragraf, halaman, atau bahkan beberapa halaman dalam satu dokumen," katanya.
Beberapa dokumen yang telah dibuka sebelumnya menunjukkan bagaimana badan intelijen AS beroperasi saat itu, termasuk catatan tentang kunjungan Oswald ke kedutaan Uni Soviet dan Kuba di Mexico City beberapa minggu sebelum pembunuhan.
Baca Juga: Gedung Putih Ungkap Netanyahu Minta Restu Trump sebelum Gempur Gaza, Ancam Neraka Akan Pecah
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.