SEOUL, KOMPAS.TV - Ketakutan muncul di kalangan pendukung Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk-yeol jika ia sampai dimakzulkan. Para pendukungnya meyakini jika Yoon dimakzulkan, Korea Selatan akan menjadi satu dengan Korea Utara dan dikuasai Kim Jong-un.
Hal itu diungkapkan pendukung Yoon yang melakukan demonstrasi di depan Gedung Mahkamah Konstitusi Korsel di Seoul pada Januari lalu.
“Jika Presiden dimakzulkan dan pemimpin oposisi terpilih, negara kita akan menjadi satu dengan Korea Utara dan Kim Jong-un,” ujar salah satu demonstran, Shin Jeong-min, seperti dilansir BBC, Kamis (20/2/2025).
Pendapat Shin itu merupakan teori yang populer di kalangan pendukung fanatik Yoon Suk-yeol. Mereka meyakini para pemimpin oposisi bersatu dengan Korea Utara (Korut) dan ingin menjadikan Korsel negara komunis.
Ketika mendeklarasikan Darurat Militer di awal Desember 2024, Yoon Suk-yeol menyebarkan ketakutan tersebut untuk membenarkan keputusannya.
Tanpa bukti, ia mengeklaim kekuatan komunis Korut telah menyusup ke dalam tubuh partai oposisi, dan mencoba menjatuhkan Korsel.
Baca Juga: Tentara Korea Utara yang Ditangkap Ukraina Bisa Lega, Bakal Dapat Perlindungan dari Korea Selatan
Ia menyerukan, partai oposisi harus dibasmi, dan melarang aktivitas politik, serta menyerahkan tanggung jawab kepada militer.
Dua bulan setelah kudeta gagal Yoon Suk-yeol itu, ketakutan terhadap komunis mencengkeram para pendukungnya baik yang tua maupun muda.
Bahkan mereka yang tak pernah memikirkan Korea Utara atau komunisme, kini mulai ketakutan jika demokrasi mereka akan berubah menjadi kediktatoran kiri.
“Ini merupakan perang antara komunisme dan demokrasi,” ujar salah satu pegawai kantoran berusia 40 tahunan.
Sementara pria lainnya yang berusia 30 tahunan berargumen, Yoon Suk-yeol harus kembali menjabat sebagai presiden secepatnya.
“Ia akan menangkap semua mata-maya Korea Utara,” tambahnya.
Namun, menuduh lawan sebagai konspirator Korea Utara merupakan salah satu cara diktator Korea Selatan melanggengkan kekuasaan.
“Anti-komunisme menjadi ideologi dominan dari diktator militer Korea Selatan, yang menggunakannya untuk mengontrol masyarakat dan membenarkan membatasi kebebasan masyarakat,” kata profesor sosiologi Universitas Chungang, Shin Jin-wook.
Ia pun menuduh Yoon telah mengeksploitasi ketakutan sejarah masa lalu.
“Retorika Yoon nyaris sangat cocok dengan diktator masa lalu, dan ia menjadi presiden pertama yang menggunakan ideologi anti-komunis dengan mencolok sejak Korea Selatan menjadi demokrasi pada 1987,” tuturnya.
Yoon Suk-yeol tak hanya menuduh parlemen yang dipimpin oposisi Partai Demokratik, disusupi simpatisan Korea Utara.
Baca Juga: Unik, Desa Ini Keluarkan Hadiah untuk Pemburu Nyamuk Hidup atau Mati, Ini Besarannya
Ia juga menuduh pemilihan parlemen tahun lalu direkayasa Korea Utara dengan bantuan China.
“Itu adalah berita palsu yang digoreng oleh Yoon untuk memberikan citra buruk bagi oposisi dan membenarkan langkahnya yang tak demokratis,” kata salah satu anggota parlemen dari Partai Demokratik, Wi Sung-lac.
“Kami memiliki sejarah panjang berjuang demi demokrasi dan kebebasan di Korea. Kami adalah pihak yang berhasil menggagalkan upaya Yoon menghancurkan demokrasi Korea,” tambahnya.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.