NEW YORK, KOMPAS.TV – Utusan PBB untuk Suriah, Geir Pedersen, mendesak penghentian segera eskalasi kekerasan yang terjadi di negara yang telah dilanda konflik selama 14 tahun itu.
Ia memperingatkan bahwa krisis akan semakin dalam jika tidak segera diambil langkah nyata menuju solusi politik.
“Jika kita tidak melihat deeskalasi dan upaya serius dalam proses politik yang melibatkan semua pihak Suriah serta pemain internasional utama, saya khawatir krisis ini akan semakin memburuk,” kata Pedersen dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB, Selasa (3/12/2024), dikutip dari The National.
Seperti yang diketahui, kekerasan kembali meningkat pekan lalu, ketika kelompok pemberontak Hayat Tahrir Al Sham (HTS) dan sekutunya melancarkan serangan mendadak terhadap pasukan pemerintah di Provinsi Aleppo.
Baca Juga: Ini 4 Kelompok Utama yang Berebut Kendali atas Suriah serta Wilayah-Wilayah yang Dikuasai
Serangan kilat tersebut berhasil merebut Aleppo, ibu kota provinsi sekaligus kota terbesar kedua di Suriah.
Sebagai respons, komando militer Suriah melancarkan serangan balasan ke posisi pemberontak di Provinsi Hama dan Idlib.
Dengan dukungan serangan udara Rusia, sekutu utama Presiden Bashar Al Assad, militer Suriah melaporkan adanya pertempuran sengit di wilayah tersebut.
Situasi ini membawa dampak besar bagi warga sipil. Raed Al Saleh, Direktur Pertahanan Sipil Suriah atau White Helmets, melaporkan 275 serangan telah terjadi selama eskalasi ini.
“Serangan ini menewaskan setidaknya 100 warga sipil, melukai 360 lainnya, dan memaksa puluhan ribu orang mengungsi. Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak,” katanya.
Lembaga pemantau, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, memperingatkan bahwa pertempuran yang semakin intensif dapat memicu gelombang pengungsian besar-besaran dari wilayah konflik.
Baca Juga: Suriah Makin Bergejolak, Milisi Irak yang Didukung Iran Sudah Mulai Masuk untuk Perangi Pemberontak
Sementara itu, Robert Wood, Wakil Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB, mengatakan kelompok Hayat Tahrir Al Sham, yang telah dikategorikan sebagai organisasi teroris oleh AS dan PBB, menjadi salah satu perhatian utama.
"Kami jelas memiliki kekhawatiran terhadap kelompok ini," kata Wood.
"Kami akan terus membela dan melindungi personel dan posisi militer AS, yang tetap penting untuk memastikan bahwa ISIS tidak akan pernah bangkit lagi di Suriah," ucapnya.
Ia juga menyinggung keterlibatan aktor-aktor regional dalam konflik ini, termasuk Iran, Rusia, dan Hizbullah, yang menurutnya, tengah melemah akibat konflik di tempat lain.
Kondisi ini, lanjut Wood, mendorong kelompok-kelompok di Suriah untuk memanfaatkan situasi tersebut.
Di sisi lain, pemerintah Suriah menuding serangan kelompok pemberontak tersebut tidak mungkin terjadi tanpa persetujuan dari Turki dan Israel.
Perwakilan Suriah di PBB, Koussay Aldahhak, mendesak Dewan Keamanan untuk mengutuk serangan yang dilakukan oleh HTS.
"Apakah Anda menerima serangan teroris ini oleh kelompok teroris yang tercantum dalam daftar Dewan Keamanan terhadap salah satu negara Anda atau, saya kira, negara mana pun yang menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa?" tanya Aldahhak di hadapan Dewan Keamanan.
Suriah pun mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengeluarkan kecaman yang jelas dan tegas terhadap serangan yang dilakukan oleh “sebuah organisasi yang terdaftar sebagai entitas teroris oleh PBB, yang terdiri dari puluhan ribu teroris asing”.
Baca Juga: Balas Ulah Pemberontak, Jet Tempur Suriah dan Rusia Tingkatkan Serangan ke Aleppo
Sumber : The National
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.