MOSKOW, KOMPAS.TV - Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengizinkan Ukraina gunakan rudal jarak jauh ke dalam Rusia diyakini membuat eskalasi memanas.
Kekhawatiran Presiden Rusia Vladimir Putin menggunakan senjata nuklir pun muncul.
Menurut pejabat AS, Biden sudah memberikan lampu hijau bagi Ukraina untuk menggunakan rudal jarak jauh yang dipasok AS untuk menyerang Rusia.
Baca Juga: Bersiap Perang, Kim Jong-Un Ingin Senjata Nuklir Korea Utara Diperkuat Tanpa Batas
Langkah ini merupakan perubahan besar bagi Washington yang selama berbulan-bulan menolak permintaan Kiev untuk mengotorisasi rudal ATACMS.
Presiden Rusia Vladimir Putin bahkan bersikap keras atas kemungkinan digunakannya rudal jarak jauh pemberian AS untuk menyerang ke dalam Rusia.
Pada September, Putin memperingatkan jika hal itu terjadi, Moskow akan menganggapnya sebagai partisipasi negara NATO dalam perang di Ukraina.
“Ini berarti negara NATO tengah berperang dengan Rusia,” katanya dikutip dari BBC Internasional, Senin (18/11/2024).
Apalagi, sebulan kemudian Putin memutuskan mengubah doktrin nuklir Rusia.
Hal ini membuat langkah Putin selanjutnya diyakini tak akan mudah.
Meski begitu, Putin menggunakan senjata nuklir diyakini kecil kemungkinannya akan terjadi.
Baca Juga: Reaksi China usai AS Izinkan Ukraina Gunakan Rudal Jarak Jauh Serang ke Dalam Rusia, Tetapkan Posisi
Pada Juni lalu, saat pertemuan dengan kepala badan berita internasional, Putin mengungkapkan rekasinya jika Ukraina mendapat peluang menembak target di dalan wilayah Rusia dengan senjata Eropa.
Alih-alih bakal membalas dengan senjata nuklir, Putin justru memiliki caranya sendiri.
“Pertama, tentu saja kami meningkatkan sistem pertahanan udara kami. Kami akan menghancurkan rudal mereka,” kata sang presiden.
“Kedua kami percaya jika seseorang berpikir amat mungkin memasok senjata seperti itu ke zona perang demi menyerang wilayah kami dan menciptakan masalah untuk kami, kenapa kami tidak memasok senjata kami dari kelas yang sama ke wilayah dunia di mana mereka akan menargetkan fasilitas dari negara yang melakukan hal ini ke Rusia?” tambahnya.
Dengan kata lain, mempersenjatai musuh Barat untuk menyerang kepentingan Barat di luar negeri menjadi sesuatu yang telah dipikirkan.
Sekutu Putin, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko juga mengonfirmasikan tentang pemikiran Rusia tersebut.
Lukashenko mengungkapkan, ia telah membicarakan masalah tersebut saat bertemu pejabat Barat.
“Saya memperingatkan mereka. ‘Kawan, hai-hati dengan rudal jarak jauh,” kata Lukashenko menirukan apa yang dikatakannya kepada para pejabat itu.
“Houthi mungkin akan mendatangi Putin dan meminta sistem senjata pantai yang bisa melakukan serangan menakutkan ke kapal,” tambahnya.
“Bagaimana jika ia membalas Anda karena menyuplai senjata jarak jauh ke Zelenskyy, dengan memasok Houthi dengan sistem rudal Bastion? Bagaimana jika kapal induk terkena tembakan? Satu-satu antara Inggria dan Amerika? Apa yang kemudian terjadi?” lanjut Lukashenko.
Baca Juga: Pemimpin Iran Ali Khamenei Diisukan Koma, Fotonya dalam Kondisi Bugar Langsung Muncul
Namun demikian, media Rusia berusaha menenangkan tensi, dengan mengatakan Rusia memiliki kemampuan menghalau rudal jarak jauh yang ditembakkan Ukraina.
“Angkatan bersenjata Rusia sebelumnya telah mencegat rudal ATCMS selama serangan di pantai Krimea,” kata seorang pakar militer kepada surat kabar Izvestia.
Mereka pun menyatakan bahwa Presiden terpilih Donald Trump kemungkinan akan merevisi keputusan tersebut.
Sumber : BBC Internasional
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.