Selain itu, AS menganggap Hamas menolak proposal gencatan senjata sehingga menilai keberadaannya di Doha tidak diperlukan lagi.
Keputusan Washington juga bertepatan dengan pembukaan dakwaan di AS terhadap pejabat Hamas, termasuk salah satu pemimpinnya, Khaled Meshaal, yang diketahui tinggal di Doha.
“Setelah berulang kali menolak usulan membebaskan sandera, para pemimpin mereka seharusnya tak lagi diterima di Ibu Kota negara Amerika mana pun,” ujar pejabat senior AS lainnya.
Baca Juga: Dituding Terlibat Rencana Iran Bunuh Trump, Seorang Pria Didakwa tapi Belum Ditangkap
Menurut pejabat AS itu, Hamas tak menunjukkan tanda-tanda akan beranjak dari "posisi yang tak realistis" dalam perundingan.
Dia juga menuding Hamas ingin mempertahankan kondisi yang secara efektif akan membuatnya tetap berkuasa di Gaza, wilayah Palestina yang telah diduduki Israel secara ilegal sejak 1967 dan diblokade sejak 2007.
Sementara Hamas telah berulang kali mengatakan mereka menuntut gencatan senjata permanen, pertukaran tawanan, dan penarikan pasukan Israel sepenuhnya dari Gaza.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang justru menolak berkal-kali usulan gencatan senjata dan menyatakan tidak akan menghentikan serangan ke Gaza hingga Hamas dimusnahkan.
Serangan Israel ke Gaza sejak 7 Oktober 2023, telah menewaskan lebih dari 43.500 orang, termasuk 16.700 lebih anak-anak.
Pejabat AS tersebut mengatakan rincian mengenai kapan pengusiran pejabat Hamas akan dilakukan, dan ke mana mereka akan diperintahkan untuk pergi, masih disusun.
Sumber : The Times of Israel, Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.