Serangan lainnya terjadi pada 1 Oktober lalu, sebagai balasan atas pembunuhan sekutu Iran, termasuk pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, dan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh.
Di wilayah Irak, kelompok milisi yang didukung Iran, khususnya yang tergabung dalam organisasi payung Popular Mobilisation Forces (PMF), diperkirakan akan menjadi bagian dari strategi serangan.
Meskipun PMF berada di bawah kendali pemimpin pro-Iran, beberapa kelompok di dalamnya tidak selalu patuh pada arahan Iran.
Beberapa kelompok dalam PMF, yang menyebut diri mereka sebagai Islamic Resistance, telah bergabung dengan Hezbollah dan pemberontak Houthi dari Yaman dalam meluncurkan serangan ke Israel.
Meski begitu, PMF umumnya memiliki persenjataan jarak jauh yang lebih terbatas, seperti rudal balistik dan drone, dibandingkan milisi-milisi Iran lainnya di kawasan tersebut.
Pemerintah Irak berusaha mengendalikan PMF guna menghindari keterlibatan Irak dalam konflik besar di kawasan.
PMF sendiri memiliki kekuatan yang signifikan, dengan anggaran mencapai USD 2,6 miliar serta dana tambahan dari sumber-sumber resmi dan tidak resmi.
Anggota PMF mencapai sekitar 240.000 orang, hampir separuh kekuatan Angkatan Bersenjata Irak.
Abdul Ameer Thuaiban, penasihat Perdana Menteri Irak Mohammed Shia Al Sudani, menegaskan bahwa kelompok bersenjata yang memiliki persenjataan rudal dan drone lebih baik berperang di Gaza dan Lebanon melawan Israel, daripada menyeret Irak ke dalam konflik yang menghancurkan.
Baca Juga: Militer Israel Isyaratkan Tujuan Perang di Gaza dan Lebanon Tercapai, Pertempuran Akan Usai?
Sumber : The National
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.