BEIRUT, KOMPAS.TV – Hizbullah resmi mengangkat Naim Qassem sebagai pemimpin baru, menggantikan Hassan Nasrallah yang tewas akibat serangan udara Israel pada akhir September di Beirut, Lebanon.
Pengangkatan Qassem diumumkan Hizbullah pada Selasa (29/10/2024) dan dianggap sebagai langkah untuk menjaga kesinambungan organisasi politik Lebanon yang memiliki sayap militer tersebut, setelah tewasnya sejumlah pemimpin senior akibat serangan Israel.
Nasrallah, yang selama bertahun-tahun menjadi sosok sentral dalam gerakan Syiah Lebanon, tewas dalam serangan udara ketika Israel meningkatkan operasi militernya terhadap kelompok yang didukung Iran tersebut.
Baca Juga: Hizbullah Perintahkan Evakuasi Darurat 25 Pemukiman Israel Utara, Sebut Sebagai Target Militer Sah
Kematian Nasrallah meninggalkan kekosongan besar dalam kepemimpinan Hizbullah, yang selama ini melihatnya sebagai simbol perlawanan.
Kehadirannya dalam pergerakan Syiah Lebanon diakui luas, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di kawasan Timur Tengah.
Nasrallah, yang dikenal dengan retorika kuatnya, telah lama berperan sebagai wajah Hizbullah di mata publik.
Hashem Safieddine, sepupu Nasrallah yang sebelumnya disebut-sebut sebagai calon penggantinya, juga tewas dalam serangan Israel yang sama di Beirut.
Kehilangan ini menambah tantangan bagi Hizbullah yang sudah mengalami kemunduran dalam struktur kepemimpinannya.
Namun pada akhirnya, Hizbullah resmi mengangkat Naim Qassem sebagai pemimpin baru.
Baca Juga: Saling Serang Israel-Hizbullah Semakin Memanas, Warga Sipil di Lebanon Berjatuhan
Dalam pernyataan yang dilansir Al Jazeera, Hizbullah menyebut Qassem terpilih karena "keterikatannya pada prinsip dan tujuan Hizbullah."
Hizbullah juga memohon bimbingan Tuhan agar Qassem mampu menjalankan "misi mulia" dalam memimpin kelompok dan perlawanan Islam yang diperjuangkannya.
Naim Qassem, 71 tahun, dikenal sebagai salah satu pendiri Hizbullah pada awal 1980-an.
Sebagai ulama Syiah yang berpengaruh, Qassem memainkan peran penting dalam membentuk arah gerakan kelompok ini.
Sebelum diangkat sebagai pemimpin, ia menjabat sebagai wakil Nasrallah dan menjadi figur nomor dua di Hizbullah.
Sepeninggal Nasrallah, Qassem menjadi tokoh paling senior yang masih aktif di publik.
Dalam beberapa pekan terakhir, ia tampil dalam tiga siaran televisi, menyampaikan pesan-pesan tegas dengan gaya bahasa formal Arab.
Ini berbeda dengan gaya berbicara sehari-hari yang lebih sering digunakan Nasrallah dalam pidatonya.
Pada 30 September, Qassem menyampaikan pesan penuh tantangan, menegaskan bahwa Hizbullah tetap siap untuk melawan Israel dan terus mempertahankan perlawanan.
Baca Juga: Menhan Israel Yoav Gallant Sesumbar, Iran Tak Bisa Lagi Gunakan Hamas dan Hizbullah
Sumber : Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.