JAKARTA, KOMPAS.TV - Israel menyatakan akan semakin menggencarkan serangannya ke wilayah Lebanon yang diklaim menargetkan Hizbullah. Hal itu disampaikan Kepala Staf Militer Israel Herzi Halevi, Selasa (24/9/2024).
“Kita tidak boleh membiarkan Hizbullah beristirahat. Kita akan terus beroperasi dalam kekuatan penuh. Kita akan mempercepat serangan hari ini dan memperkuat kembali semua unit. Situasi saat ini membutuhkan operasi intensif terus-menerus di seluruh front,” kata Halevi, Selasa (24/9/2024), dikutip dari The Jerusalem Post.
Sementara menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, jumlah korban tewas akibat serangan Israel telah mencapai sedikitnya 558 orang termasuk 50 anak-anak, dan 1.835 orang terluka.
Baca Juga: China Dukung Lebanon, Tentang Serangan Israel yang Abaikan Keselamatan Warga Sipil
Dilansir Al Jazeera, Israel mengatakan telah menghantam lebih dari 1.300 situs yang diklaimnya digunakan Hizbullah, partai politik Lebanon yang memiliki sayap militer.
Pada Senin (23/9/2024), Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dirinya “sangat khawatir dengan eskalasi situasi di sepanjang Garis Biru dan banyaknya korban sipil, termasuk anak-anak dan wanita, yang dilaporkan otoritas Lebanon.”
Garis Biru adalah garis demarkasi yang memisahkan pasukan Lebanon dan Israel.
Kekhawatiran Sekjen PBB juga diungkapkan juru bicaranya, Stephane Dujarric.
“Sekretaris Jenderal juga sangat khawatir dengan serangan-serangan Hizbullah ke Israel yang berlanjut. Dia mengungkapkan kekhawatiran besar terhadap keselamatan warga sipil di kedua sisi Garis Biru, termasuk personel PBB, dan sangat mengecam jatuhnya korban jiwa,” ungkap Dujarric, dikutip dari laman resmi PBB.
Baca Juga: Korban Serangan Udara Israel di Lebanon Melonjak, 492 Terbunuh Termasuk 35 Anak dan 58 Perempuan
Ketegangan antara Hizbullah dan Israel meningkat sejak Israel melancarkan serangan ke Jalur Gaza, Palestina, pada 7 Oktober 2023. Namun, ketegangan tersebut mayoritas berupa pertikaian-pertikaian kecil di perbatasan Lebanon-Israel.
Pada 30 Juli 2024, Israel melancarkan serangan udara ke Beirut, Lebanon yang menewaskan salah satu komandan militer Hizbullah, Fuad Shukr.
Pada Selasa, 17 September 2024 dan Rabu, 18 September 2024, gelombang ledakan alat elektronik termasuk ribuan penyeranta atau pager, mengguncang Lebanon dan menewaskan puluhan orang termasuk anak-anak.
Hizbullah menuding Israel berada di balik gelombang ledakan alat-alat elektronik tersebut. Sementara Israel tidak membantah maupun membenarkan tudingan tersebut secara terbuka.
Namun, menurut beberapa pejabat Amerika Serikat (AS) dan sumber lain yang dikutip The New York Times, Israel menanamkan bahan peledak dalam penyeranta-penyeranta yang meledak hampir bersamaan di Lebanon itu.
Menurut sumber-sumber yang namanya tidak diungkap itu, pager-pager yang diimpor Lebanon tersebut telah dimodifikasi sebelum masuk ke negara tetangga Israel itu.
Baca Juga: Saat PM Palestina Minta Tolong Gerakan Non-Blok Bertindak Nyata, Desak Israel Bertanggungjawab
Pada Jumat, 20 September 2024, Israel melancarkan sebuah serangan udara ke bagian selatan Kota Beirut, Lebanon. Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 45 orang.
Komandan senior Hizbullah, Ibrahim Aqil, termasuk korban tewas dalam serangan yang meratakan sebuah bangunan itu.
Pada Sabtu, 21 September 2024, militer Israel mengumumkan pihaknya telah melancarkan ratusan serangan udara ke wilayah selatan Lebanon.
Israel juga mengeklaim menyerang 110 lokasi lainnya pada Minggu dini hari, 22 September 2024.
Pada Sabtu malam, 21 September 2024, dilansir Al Jazeera, Hizbullah meluncurkan lusinan roket ke Pangkalan Udara Ramat David di sebelah timur Haifa untuk membalas serangan-serangan Israel ke wilayah Lebanon.
Israel mengeklaim lebih dari 100 proyektil ditembakkan dari Lebanon.
Sumber : Kompas TV, The Jerusalem Post, Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.