KOLOMBO, KOMPAS TV - Anura Kumara Dissanayake, calon presiden dari partai kiri jauh Janatha Vimukthi Peramuna (JVP), tengah meroket popularitasnya menjelang pemilihan presiden Sri Lanka pada 21 September.
Meskipun tidak memiliki latar belakang politik yang kuat seperti pesaingnya, kebijakan kiri yang pro-rakyat dan pidato inspiratifnya membuatnya menjadi calon terkemuka.
Dengan hanya tiga kursi di parlemen, Dissanayake memperkuat posisinya dengan janji memberantas korupsi dan memperluas program kesejahteraan.
Sebuah jajak pendapat terbaru menunjukkan bahwa Dissanayake memimpin dengan 36 persen dukungan suara, diikuti oleh pemimpin oposisi Sajith Premadasa dan Presiden Ranil Wickremesinghe.
Dalam kampanyenya, Dissanayake menekankan bahwa kekuatan keluarga, uang, dan media tidak akan mengalahkan kekuatan rakyat.
Ia mencalonkan diri sebagai wakil dari aliansi National People’s Power, yang mendukung intervensi negara lebih besar dalam ekonomi.
Kampanye ini muncul setelah Sri Lanka mengalami krisis ekonomi mendalam yang menyebabkan protes besar-besaran dan pengunduran diri Presiden Gotabaya Rajapaksa pada 2022. Dissanayake menyerukan rakyat untuk meninggalkan kesengsaraan akibat krisis tersebut.
Meskipun sejarah JVP mencakup dua pemberontakan gagal pada 1971 dan 1988, Dissanayake kini fokus pada politik arus utama. Ia berjanji untuk merombak program restrukturisasi utang yang merupakan inti dari paket bantuan IMF senilai US$2,9 miliar, meskipun rencananya mengurangi pajak menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor.
Baca Juga: Sri Lanka Hari Ini Pemilu Presiden di Tengah Harapan untuk Pemulihan Ekonomi Pasca Krisis
Selama kampanye, ia berusaha menenangkan kekhawatiran tersebut dengan menyatakan bahwa perubahan akan dilakukan melalui konsultasi dengan IMF dan berkomitmen untuk memastikan pembayaran utang.
Dia berencana membubarkan Parlemen dalam waktu 45 hari setelah berkuasa dan mencari mandat baru dalam pemilihan umum.
Dari 38 kandidat yang bersaing, Dissanayake dikenal sebagai wajah baru yang mampu berbicara dengan rakyat tentang kesulitan yang mereka hadapi.
Baca Juga: Demi Berhemat di Tengah Krisis, Sri Lanka Pangkas Sepertiga Kekuatan Militernya hingga Tahun 2030
Menurut Bhavani Fonseka, peneliti senior di Colombo’s Centre for Policy Alternatives, Dissanayake menjadi pilihan bagi mereka yang menginginkan perubahan dari elite politik yang ada.
Sri Lanka akan memilih pemimpin yang diharapkan dapat membawa negara keluar dari krisis ekonomi dan mengakhiri korupsi yang telah mengakar.
Dissanayake dan Premadasa berjanji akan merundingkan kembali kesepakatan IMF untuk membuat langkah penghematan lebih dapat diterima.
Hasil pemilihan ini akan menentukan apakah Sri Lanka masih percaya pada kepemimpinan Wickremesinghe dan arah pemulihan ekonominya.
Banyak pemilih berharap pemimpin baru dapat memberikan kehidupan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Sumber : Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.