JAKARTA, KOMPAS.TV - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan memerintahkan dan menyetujui serangan teror melalui penyeranta (pager) dan alat elektronik lainnya, ke Lebanon.
Ledakan ribuan pager di Lebanon pada Selasa (17/9/2024) lalu menyebabkan sedikitnya 12 korban tewas termasuk anak-anak.
Perintah sekaligus persetujuan Netanyahu atas serangan pager itu diungkap media Israel, Walla, Selasa, dan media Amerika Serikat (AS), Axios dan Al Monitor, Rabu (18/9/2024).
Ketiga media itu membuat laporan yang mengutip para pejabat dan mantan pejabat tinggi Israel dan AS.
Selain itu, ketiga media itu menelisik sumber dari badan-badan intelijen Israel seperti Mossad dan Shin Bet, meski tidak menjelaskan siapa para pejabat intelijen yang dimaksud.
Namun, laporan mereka dengan terperinci menjelaskan adanya rapat yang membahas bahan peledak yang akan ditanam di pager dan walkie-talkie di Lebanon.
Disebutkan, hampir seluruh pager itu akan dibagikan kepada para anggota Hizbullah, partai politik dan paramiliter Lebanon.
Pager-pager itu tidak hanya dibagikan kepada anggota sayap militernya saja, tapi juga kepada kader dan pegawai Hizbullah yang menangani urusan sipil.
Baca Juga: Guru Besar UI: Serangan Pager di Lebanon Bisa Dikategorikan Terorisme yang Disponsori Negara
Para petinggi Israel juga sudah tahu bahwa Hizbullah tidak menggunakan telepon seluler, tapi menggunakan pager.
Hal ini sesuai arahan dari pemimpin tertinggi mereka, Sayyed Hasan Nasrallah, yang mengingatkan anggotanya agar menggunakan penyeranta agar tidak terlacak pasukan Israel.
Dalam rapat yang dihadiri Netanyahu dan para petinggi Israel lainnya pada Senin (16/9/2024), mereka dilaporkan cemas bila pager-pager yang sudah ditanami bahan peledak itu akan diketahui oleh Hizbullah dan dibuang.
Hal itulah yang menyebabkan rapat memutuskan, serangan pager segera dilancarkan pada keesokan harinya yaitu Selasa (17/9).
Sehari kemudian, Rabu (18/9), ledakan alat elektronik kembali terjadi di Lebanon. Kali ini, melibatkan alat-alat elektronik yang lebih besar seperti walkie-talkie, ponsel, laptop, hingga sel listik tenaga surya.
Baca Juga: Pejabat AS: Israel Tanam Bahan Peledak dalam Pager Buatan Taiwan yang Dijual ke Hizbullah
Dilansir Al Jazeera, Kamis (19/9/2024), Menteri Kesehatan Lebanon Firass Abiad mengatakan sedikitnya 32 orang tewas dan ribuan lainnya terluka dalam ledakan terkoordinasi yang terjadi pada Selasa dan Rabu.
Pada Selasa, sekitar 4.000 pager meledak dalam kurun satu jam. Sehari kemudian, ledakan kembali terjadi yang menurut Abiad, melibatkan alat-alat elektronik yang lebih besar.
Abiad mengatakan ledakan-ledakan alat elektronik tersebut mengakibatkan "pendarahan dalam, luka pada abdomen dan bagian-bagian tubuh lainnya, termasuk pendarahan otak."
Terorisme oleh Negara
Guru besar hukum internasional Universitas Indonesia (UI), Hikmahanto Juwana, mengatakan gelombang serangan melalui alat elektronik itu bisa dikategorikan sebagai terorisme yang disponsori negara atau state-sponsored terrorism.
Baca Juga: Korban Tewas Gelombang Ledakan Alat Komunikasi Hizbullah di Lebanon Capai 20 Orang, Israel Terlibat?
"Bisa (dikatakan sebagai terorisme yang disponsori negara). Bila bisa dibuktikkan Israel sebagai negara di belakang ini," ungkap Hikmahanto kepada Kompas.tv, Kamis (19/9/2024).
Namun, kata dia, untuk membuktikan keterlibatan pemerintah Israel dalam serangan pager tersebut, tidaklah mudah.
"Pembuktian ini yang tidak mudah. Pasti Israel tidak menggunakan aparatnya. Tapi ada kaki tangan," ungkapnya.
Hikmahanto menilai serangan tersebut dapat menjadi preseden buruk yang bisa membuka pintu bagi serangan-serangan sejenis oleh aktor-aktor lainnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.