Sehari kemudian, Rabu (18/9), ledakan alat elektronik kembali terjadi di Lebanon. Kali ini, melibatkan alat-alat elektronik yang lebih besar seperti walkie-talkie, ponsel, laptop, hingga sel listik tenaga surya.
Baca Juga: Pejabat AS: Israel Tanam Bahan Peledak dalam Pager Buatan Taiwan yang Dijual ke Hizbullah
Dilansir Al Jazeera, Kamis (19/9/2024), Menteri Kesehatan Lebanon Firass Abiad mengatakan sedikitnya 32 orang tewas dan ribuan lainnya terluka dalam ledakan terkoordinasi yang terjadi pada Selasa dan Rabu.
Pada Selasa, sekitar 4.000 pager meledak dalam kurun satu jam. Sehari kemudian, ledakan kembali terjadi yang menurut Abiad, melibatkan alat-alat elektronik yang lebih besar.
Abiad mengatakan ledakan-ledakan alat elektronik tersebut mengakibatkan "pendarahan dalam, luka pada abdomen dan bagian-bagian tubuh lainnya, termasuk pendarahan otak."
Terorisme oleh Negara
Guru besar hukum internasional Universitas Indonesia (UI), Hikmahanto Juwana, mengatakan gelombang serangan melalui alat elektronik itu bisa dikategorikan sebagai terorisme yang disponsori negara atau state-sponsored terrorism.
Baca Juga: Korban Tewas Gelombang Ledakan Alat Komunikasi Hizbullah di Lebanon Capai 20 Orang, Israel Terlibat?
"Bisa (dikatakan sebagai terorisme yang disponsori negara). Bila bisa dibuktikkan Israel sebagai negara di belakang ini," ungkap Hikmahanto kepada Kompas.tv, Kamis (19/9/2024).
Namun, kata dia, untuk membuktikan keterlibatan pemerintah Israel dalam serangan pager tersebut, tidaklah mudah.
"Pembuktian ini yang tidak mudah. Pasti Israel tidak menggunakan aparatnya. Tapi ada kaki tangan," ungkapnya.
Hikmahanto menilai serangan tersebut dapat menjadi preseden buruk yang bisa membuka pintu bagi serangan-serangan sejenis oleh aktor-aktor lainnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.