Kompas TV internasional kompas dunia

AS Mulai Frustrasi dengan Situasi di Gaza, Kini Kritik Israel di Depan Sidang Dewan Keamanan PBB

Kompas.tv - 17 September 2024, 11:08 WIB
as-mulai-frustrasi-dengan-situasi-di-gaza-kini-kritik-israel-di-depan-sidang-dewan-keamanan-pbb
Penduduk Palestina melihat bekas serangan udara Israel di kamp pengungsian Al-Mawasi di Jalur Gaza, Selasa (10/9/2024). (Sumber: Abdel Kareem Hana/Associated Press)
Penulis : Rizky L Pratama | Editor : Vyara Lestari

NEW YORK, KOMPAS.TV - Amerika Serikat (AS) mulai merasa frustrasi dengan Israel terkait serangan di Gaza dan tak segan untuk mengkritik sekutunya itu di Sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, pada Senin (16/9/2024), secara terbuka mengkritik militer Israel. Ia menyebut, banyak serangan yang melukai atau menewaskan personel PBB dan pekerja kemanusiaan seharusnya “dapat dihindari.” 

Salah satu insiden yang disoroti adalah serangan Israel pekan lalu terhadap bekas sekolah yang dijadikan tempat perlindungan warga sipil oleh Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).

Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 18 orang, termasuk enam staf UNRWA, serta perempuan dan anak-anak.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah menyerukan penyelidikan independen atas insiden tersebut.

Thomas-Greenfield menegaskan bahwa AS akan terus mendesak Israel untuk memfasilitasi operasi kemanusiaan di wilayah Palestina dan melindungi pekerja kemanusiaan serta fasilitas seperti tempat perlindungan UNRWA. 

Ia juga menyampaikan kembali kemarahan AS atas kematian aktivis Amerika-Turki, Aysenur Eygi, yang ditembak mati dalam sebuah aksi protes di Tepi Barat pekan lalu.

“Pasukan Pertahanan Israel (IDF) adalah militer profesional yang seharusnya tahu cara untuk mencegah insiden-insiden seperti ini terjadi,” kata Thomas-Greenfield dikutip dari The Associated Press.

Ia juga menyatakan bahwa AS mengharapkan para pemimpin militer Israel untuk menerapkan perubahan fundamental dalam operasi mereka, termasuk dalam aturan keterlibatan dan prosedur yang memastikan operasi militer tidak mengganggu kegiatan kemanusiaan dan tidak menargetkan fasilitas sipil seperti sekolah.

“Kami juga dengan tegas menyampaikan kepada Israel bahwa tidak ada alasan — sama sekali tidak ada — bagi pasukan mereka untuk melepaskan tembakan ke kendaraan PBB yang jelas-jelas sudah diberi tanda,” ujarnya.

Baca Juga: Hamas Tak Takut Kalah di Gaza: Sudah Ada Generasi Baru yang Lanjutkan Perlawanan ke Israel

Lebih lanjut, Thomas-Greenfield juga mengatakan bahwa situasi semakin mendesak untuk tercapainya kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera di Gaza.

Meski saat ini AS bekerja sama dengan mediator Mesir dan Qatar untuk mencapai kesepakatan gencatan tersebut, Thomas-Greenfield menekankan bahwa hal ini pada akhirnya bergantung pada kehendak politik dari kedua belah pihak. 

“Ini adalah pertanyaan soal kemauan politik dan kompromi yang sulit,” ujarnya.

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, dijadwalkan bertolak ke Mesir pekan ini untuk membahas lebih lanjut proposal gencatan senjata yang akan diajukan kepada Israel dan Hamas.

Di sisi lain, pejabat senior PBB untuk urusan kemanusiaan di Gaza, Sigrid Kaag, menggambarkan situasi di wilayah tersebut sebagai “neraka di Bumi” bagi lebih dari dua juta penduduknya. 

Ia menyebut kurangnya perlindungan efektif bagi warga sipil sebagai sesuatu yang “tidak dapat diterima.”

Saat ini, operasi bantuan kemanusiaan ke Gaza terganggu oleh kekacauan, perintah evakuasi dari Israel, pertempuran, serta kondisi sulit yang dihadapi para pekerja bantuan, termasuk penolakan akses oleh Israel, penundaan, kurangnya keamanan, serta infrastruktur logistik yang buruk.

Menanggapi tuduhan tersebut, Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, menyebut bahwa upaya kemanusiaan yang dilakukan Israel sebagai “tak tertandingi” bagi negara yang dipaksa berperang. 

Ia mengeklaim bahwa lebih dari 1 juta ton bantuan telah dikirimkan melalui lebih dari 50.000 truk, dan hampir 1 juta penyeberangan darat telah dilakukan, dengan hanya sebagian kecil yang dihentikan.

Namun, Kaag merespons dengan menyoroti serangan baru-baru ini terhadap konvoi bantuan dan fasilitas kesehatan serta sekolah, meskipun Israel telah menerima pemberitahuan sebelumnya.

“Ini bukan soal berapa banyak truk yang masuk. Ini soal apa yang dibutuhkan oleh orang-orang,” katanya. 

“Kita masih sangat jauh dari memenuhi kebutuhan dasar yang diperlukan, apalagi menciptakan kehidupan manusia yang bermartabat," tegasnya.

Baca Juga: Jelang Musim Dingin, Bencana Kemanusiaan Parah Ancam Warga Palestina di Gaza


 




Sumber : Associated Press




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x