HANOI, KOMPAS.TV - Topan Yagi menerjang wilayah utara Vietnam pada Sabtu (7/9/2024) yang menewaskan sedikitnya empat orang dan melukai 78 lainnya. Badai ini disebut sebagai salah satu yang terkuat dalam satu dekade terakhir oleh otoritas meteorologi Vietnam.
Menurut laporan media pemerintah, Topan Yagi mendarat di provinsi Quang Ninh dan Haiphong dengan kecepatan angin mencapai 149 kilometer per jam.
Sebelumnya, angin kencang di Hanoi telah menyebabkan sebuah pohon tumbang yang menewaskan seorang wanita pada Sabtu sore.
Badai ini juga memicu pemadaman listrik di beberapa wilayah, terutama di provinsi Quang Ninh dan Thai Binh.
Quang Ninh merupakan lokasi objek wisata populer, Teluk Ha Long, yang diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Ratusan kapal pesiar di Teluk Ha Long dibatalkan sebagai langkah antisipasi sebelum badai melanda.
Di Haiphong, kota industri yang menjadi rumah bagi pabrik-pabrik besar seperti VinFast dan Pegatron, badai menyebabkan kerusakan infrastruktur.
Pemerintah Vietnam sebelumnya telah mengeluarkan sejumlah peringatan dini dan mengevakuasi warga yang tinggal di daerah-daerah rawan banjir dan tanah longsor. Empat bandara, termasuk di Hanoi dan Haiphong, juga ditutup.
Meskipun otoritas setempat sudah melakukan pemangkasan pohon untuk mencegah risiko tumbang, badai tetap menyebabkan kerusakan parah di beberapa kota di utara, dengan banyaknya pohon dan papan reklame yang roboh. Beberapa perahu yang berlabuh juga dilaporkan terseret arus ke laut akibat angin kencang.
"Saya akan tetap di dalam rumah dan berusaha untuk aman bersama keluarga," kata Bao Ngoc Cao, seorang pengusaha asal Hanoi yang berusia 24 tahun dikutip dari The Associated Press.
Baca Juga: Topan Shanshan Hantam Jepang, 70 Orang Terluka dan 3 Tewas
Menurutnya, badai sebesar ini terakhir kali melanda Vietnam pada tahun 2013, meskipun biasanya badai akan melemah sebelum mencapai ibu kota.
"Namun, kami tetap harus bersiap," ujarnya.
Sebelum menghantam Vietnam, Topan Yagi sudah lebih dulu melanda provinsi Hainan di China dengan kecepatan angin mencapai 245 km/jam.
Badai itu menewaskan tiga orang, melukai 95 orang lainnya, dan berdampak pada lebih dari 1,2 juta orang, seperti dilaporkan oleh surat kabar Global Times.
Di provinsi Hainan, sekitar 420.000 warga dievakuasi sebelum badai menghantam. Evakuasi juga dilakukan terhadap setengah juta penduduk di provinsi Guangdong, di mana Yagi kembali mendarat pada Jumat malam di Kabupaten Xuwen.
Sementara itu, lebih dari 270 orang di Hong Kong terpaksa mengungsi ke penampungan darurat akibat dampak Topan Yagi.
Di kota tersebut, lebih dari 100 penerbangan dibatalkan, dan kegiatan ekonomi seperti perdagangan saham, layanan perbankan, serta sekolah dihentikan.
Sebelumnya, pada Rabu (4/9), Topan Yagi melewati Filipina dan menyebabkan korban 20 orang tewas serta 26 lainnya hilang. Sebagian besar korban tewas akibat tanah longsor dan banjir besar yang melanda wilayah utara dan tengah Filipina.
Badai ini juga memaksa lebih dari 82.000 orang mengungsi dari rumah mereka dan menyebabkan gangguan besar pada transportasi, termasuk pembatalan penerbangan domestik dan layanan feri antar pulau.
Meningkatnya intensitas badai seperti Topan Yagi semakin mengkhawatirkan. Laporan terbaru dari Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai perubahan iklim menyebutkan bahwa badai yang kuat seperti ini akan semakin sering terjadi di Asia Tenggara, akibat peningkatan suhu air laut yang disebabkan oleh pemanasan global.
Baca Juga: 6 Orang Tewas Jadi Korban Topan Shanshan, Sampai Tokyo di Akhir Pekan
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.