Kompas TV internasional kompas dunia

Dituduh Sewa Pembunuh Bayaran untuk Bunuh Trump, Pria Pakistan Didakwa di AS, Diduga Terkait Iran

Kompas.tv - 7 Agustus 2024, 11:41 WIB
dituduh-sewa-pembunuh-bayaran-untuk-bunuh-trump-pria-pakistan-didakwa-di-as-diduga-terkait-iran
Gambar yang disediakan oleh Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS) ini, yang terdapat dalam pengaduan yang mendukung surat perintah penangkapan, memperlihatkan Asif Merchant. Pria Pakistan yang diduga memiliki hubungan dengan Iran telah didakwa dalam sebuah rencana untuk melakukan pembunuhan politik di wilayah AS, kata Departemen Kehakiman pada 6 Agustus 2024. (Sumber: Departemen Kehakiman via AP)
Penulis : Rizky L Pratama | Editor : Vyara Lestari

WASHINGTON, KOMPAS.TV – Seorang warga negara Pakistan yang dituding memiliki hubungan erat dengan Iran didakwa atas dugaan keterlibatannya dalam plot pembunuhan tokoh politik di Amerika Serikat (AS), termasuk mantan Presiden Donald Trump.

Dilansir dari Associated Press, Rabu (7/8/2024), warga negara Pakistan yang didakwa tersebut bernama Asif Merchant.

Departemen Kehakiman AS mengungkapkan bahwa pria yang berusia 46 tahun itu, sering bepergian ke Iran, Suriah, dan Irak, berusaha merekrut pembunuh bayaran untuk menjalankan aksi tersebut. 

Merchant, yang ditangkap bulan lalu, diduga berencana membunuh seorang mantan pejabat tinggi AS. 

Penangkapan ini terjadi di tengah peningkatan kewaspadaan terhadap ancaman dari Iran, yang sebelumnya telah menyatakan keinginan untuk membalas kematian Jenderal Qassem Soleimani pada 2020.

Merchant melakukan perjalanan ke New York pada bulan Juni dengan tujuan bertemu dengan dua orang yang diyakininya sebagai pembunuh bayaran. Namun, kedua orang tersebut ternyata adalah petugas penegak hukum yang menyamar.

Dalam pertemuan tersebut, Merchant memberikan uang muka sebesar USD 5.000 (setara Rp80-an juta) untuk memulai aksi tersebut. Ia juga berjanji akan memberikan instruksi lebih lanjut setelah kembali ke Pakistan pada bulan Agustus atau September.

Akan tetapi, sebelum rencana itu dapat berjalan lebih jauh, Merchant ditangkap pada 12 Juli, hari yang sama saat ia berencana meninggalkan AS. 

Dalam penangkapannya, pihak berwenang menemukan sebuah catatan tangan di dompet Merchant yang berisi kode rahasia yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang diyakininya sebagai pembunuh bayaran.

Meski dokumen pengadilan tidak secara spesifik menyebutkan nama target, ada dugaan kuat bahwa sasaran utama dari rencana tersebut adalah mantan Presiden Donald Trump. 

Baca Juga: Kamala Harris Resmi Menjadi Calon Presiden dari Partai Demokrat, Siap Tantang Donald Trump

Pada bulan Juli lalu, upaya pembunuhan terhadap Trump terjadi saat ia menghadiri sebuah acara di Pennsylvania. Meski begitu, penembakan yang terjadi pada acara tersebut tidak terkait dengan plot Merchant.

Pemerintah AS telah lama mewaspadai ancaman dari Iran terhadap tokoh-tokoh politik AS, terutama setelah serangan udara yang menewaskan Soleimani pada Januari 2020. 

Sejak itu, perlindungan ekstra telah diberikan kepada sejumlah mantan pejabat pemerintahan Trump. 

Pada tahun 2022, Departemen Kehakiman AS juga mendakwa seorang agen Iran yang berupaya membunuh mantan Penasihat Keamanan Nasional AS, John Bolton.

Menanggapi ancaman yang terus berlanjut, Direktur FBI Christopher Wray menyatakan bahwa pemerintah Iran telah semakin agresif dalam melancarkan aksinya. 

"Rencana yang diarahkan pihak asing untuk membunuh pejabat publik, atau warga negara AS mana pun, merupakan ancaman terhadap keamanan nasional kita dan akan dihadapi dengan kekuatan dan sumber daya penuh FBI," kata Wray dikutip dari BBC.

Jaksa Agung Merrick Garland juga menegaskan bahwa Departemen Kehakiman AS tidak akan segan-segan menggunakan segala sumber daya untuk menghentikan dan menuntut mereka yang terlibat dalam plot mematikan ini.

Gedung Putih melalui juru bicara Karine Jean-Pierre juga menekankan bahwa pemerintah AS memprioritaskan masalah keamanan nasional ini. 

Mereka secara berkala mengadakan pertemuan tingkat tinggi untuk merumuskan dan mengimplementasikan langkah-langkah yang komprehensif guna merespons ancaman ini.

Setelah ditangkap, Merchant diperintahkan untuk ditahan tanpa jaminan oleh hakim. Jaksa penuntut beralasan bahwa ia mungkin melarikan diri ke Pakistan atau Iran jika dibebaskan. 

Proses hukum terhadap Merchant akan terus berlanjut, dan Departemen Kehakiman menekankan bahwa kasus ini mungkin bukan yang terakhir terkait ancaman pembunuhan oleh aktor-aktor yang berafiliasi dengan Iran.

Baca Juga: Cara Donald Trump Menyerang Kamala Harris: Ia India atau Kulit Hitam?


 

 




Sumber : Associated Press/BBC




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x