WASHINGTON, KOMPAS TV - Wakil Presiden dan calon presiden Amerika Serikat Kamala Harris, hari Kamis, 25/7/2024, mendesak Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu segera mengakhiri serangan ke Gaza dan mencapai kesepakatan gencatan senjata agar puluhan sandera yang ditahan oleh militan di Gaza sejak 7 Oktober dapat segera pulang.
Dalam percakapan yang disebutnya “jujur dan konstruktif”, Harris menegaskan hak Israel untuk membela diri, namun juga mengungkapkan keprihatinan mendalam terhadap tingginya jumlah korban jiwa di Gaza selama sembilan bulan perang dan situasi kemanusiaan yang “mengerikan” di sana.
Dengan posisi sebagai calon kuat presiden dari Partai Demokrat, Harris mengulangi pesan lama Presiden Biden bahwa sudah saatnya menemukan akhir dari perang brutal di Gaza, di mana lebih dari 39.000 warga Palestina tewas diserang Israel.
Namun, Harris menyampaikan nada yang lebih tegas mengenai urgensi saat ini, sehari setelah Netanyahu memberikan pidato berapi-api di Kongres yang membela perang, berjanji akan “kemenangan total” melawan Hamas, dan hampir tidak menyebutkan negosiasi gencatan senjata.
“Ada kemajuan yang menjanjikan dalam pembicaraan untuk mengamankan kesepakatan ini,” kata Harris kepada wartawan setelah bertemu dengan Netanyahu. “Dan seperti yang baru saja saya sampaikan kepada Perdana Menteri Netanyahu, sudah waktunya untuk menyelesaikan kesepakatan ini.”
Netanyahu sebelumnya bertemu secara terpisah dengan Biden, yang juga menyerukan kepada Israel dan Hamas untuk mencapai kesepakatan tiga tahap yang didukung AS untuk membawa pulang sandera tersisa dan menetapkan gencatan senjata yang panjang.
Gedung Putih mengatakan Biden membahas dengan Netanyahu “kebutuhan untuk menutup kesenjangan yang tersisa, menyelesaikan kesepakatan secepat mungkin, membawa pulang sandera, dan mencapai akhir yang berkelanjutan dari perang di Gaza.”
Biden dan Netanyahu juga membahas peningkatan aliran bantuan ke Gaza serta ancaman yang terus berlanjut dari kelompok militan yang didukung Iran, termasuk Hamas, Hezbollah, dan Houthi.
Harris menegaskan perang Israel di Gaza lebih rumit daripada sekadar mendukung satu pihak atau pihak lain, “Terlalu sering, percakapan ini bersifat semu padahal kenyataannya tidak demikian,” kata Harris.
Baca Juga: Hamas Respons Pidato Netanyahu: Penuh Kebohongan, Bukti Tak Inginkan Gencatan Senjata
Harris juga mengutuk kebrutalan Hamas. Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby, mengulangi posisi pemerintahan AS bahwa kelompok militan yang membunuh sekitar 1.200 orang pada 7 Oktober dan menculik 250 orang dari Israel pada akhirnya bertanggung jawab atas penderitaan di Gaza dan harus berkompromi dengan Israel.
Kirby menambahkan kesenjangan antara kedua pihak dapat diatasi “tetapi ada isu yang perlu diselesaikan yang memerlukan kepemimpinan dan beberapa kompromi."
Dengan komentar tegas Harris, pemerintahan juga tampak meningkatkan tekanan pada pihak Israel untuk tidak melewatkan momen ini untuk menyelesaikan kesepakatan.
“Apa yang terjadi di Gaza selama sembilan bulan terakhir ini sangat menghancurkan. Gambar anak-anak yang tewas dan orang-orang yang putus asa, kelaparan, melarikan diri mencari keselamatan, kadang-kadang dipindahkan untuk kedua, ketiga, atau keempat kalinya,” kata Harris. “Kita tidak bisa berpaling dari tragedi ini. Kita tidak bisa membiarkan diri kita menjadi kebal terhadap penderitaan ini. Dan saya tidak akan diam.”
Ribuan orang memprotes kunjungan Netanyahu di Washington, dan Harris mengutuk mereka yang melakukan kekerasan atau menggunakan retorika yang memuji Hamas.
Netanyahu, terakhir kali berada di Gedung Putih saat mantan Presiden Donald Trump menjabat, akan menuju ke Florida pada hari Jumat untuk bertemu dengan calon presiden dari Partai Republik.
Menjelang pertemuan Harris-Netanyahu pada hari Kamis, Trump mengatakan dalam sebuah rapat umum di North Carolina bahwa wakil presiden “sama sekali menentang orang-orang Yahudi."
Harris sudah sering berbicara tentang dukungannya yang kuat untuk Israel. Perjalanan luar negeri pertamanya sebagai senator pada awal 2017 adalah ke Israel, dan salah satu tindakan pertamanya di kantor adalah memperkenalkan resolusi yang menentang resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengutuk Israel.
Baca Juga: Netanyahu Sebut Iran dan Hina Demonstran Pro-Palestina di Pidatonya, Banyak Anggota Demokrat Absen
Dia juga berbicara tentang ikatan pribadinya dengan Israel, termasuk kenangan mengumpulkan uang sebagai anak-anak untuk menanam pohon di Israel dan memasang mezuzah di dekat pintu depan kediaman wakil presiden di Washington, karena suaminya adalah seorang Yahudi.
Dia juga memiliki koneksi dengan kelompok pro-Israel termasuk Komite Urusan Publik Israel Amerika yang konservatif dan J Street yang liberal.
Bagi Harris, pertemuan dengan Netanyahu adalah kesempatan untuk menunjukkan bahwa dia punya kemampuan untuk menjabat sebagai panglima tertinggi.
Kamala sedang diawasi oleh mereka di sayap kiri politik yang mengatakan bahwa Biden belum melakukan cukup banyak untuk memaksa Netanyahu mengakhiri perang dan oleh Partai Republik yang ingin mencapnya sebagai kurang mendukung Israel.
Pertemuan tatap muka terakhir Harris dengan Netanyahu adalah pada Maret 2021, tetapi dia telah ikut serta dalam lebih dari 20 pembicaraan antara Biden dan Netanyahu.
Pemimpin Partai Likud yang konservatif, Netanyahu, dan Demokrat sentris, Biden, mengalami pasang surut selama bertahun-tahun. Netanyahu, dalam apa yang kemungkinan akan menjadi pertemuan terakhirnya di Gedung Putih dengan Biden, merefleksikan sekitar 40 tahun mereka saling mengenal dan berterima kasih kepada presiden atas pelayanannya.
“Dari seorang Yahudi Zionis yang bangga kepada seorang Amerika Irlandia Zionis, saya ingin berterima kasih atas 50 tahun pelayanan publik dan 50 tahun dukungan untuk negara Israel,” kata Netanyahu kepada Biden.
Sebuah proposal yang didukung AS untuk membebaskan sandera yang tersisa di Gaza dalam tiga tahap adalah sesuatu yang akan menjadi pencapaian yang memperkuat warisan Biden, yang mundur dari pencalonan kembali dan kini mendukung Kamala Harris. Ini juga bisa menjadi keuntungan bagi Harris dalam upayanya untuk menggantikannya.
Setelah pembicaraan mereka, Biden dan Netanyahu bertemu dengan keluarga para sandera Amerika.
Baca Juga: Unggul di Survei sebagai Pengganti Biden di Pilpres AS, Ini Sederet Tugas Kamala untuk Kejar Trump
Jonathan Dekel-Chen, ayah dari sandera Sagui Dekel-Chen, mengatakan bahwa keluarga-keluarga tersebut menerima “komitmen teguh” dari Biden dan Netanyahu untuk membawa para sandera pulang. Dia sangat berharap keluarganya dibebaskan sejak Hamas membebaskan lebih dari 100 sandera selama gencatan senjata sementara pada bulan November, “Ada lebih banyak alasan hari ini bahwa sesuatu dapat terjadi,” katanya.
Netanyahu menghadapi tekanan keluarga sandera yang menuntut kesepakatan gencatan senjata untuk membawa sandera pulang dan dari anggota sayap kanan koalisinya yang menuntut dia menolak kesepakatan apa pun yang dapat mencegah pasukan Israel mengjabisi Hamas.
Dalam pidatonya di hadapan sesi gabungan Kongres AS hari Rabu, Netanyahu berkilah atas tindakan Israel selama perang dan mengecam tuduhan dari Mahkamah Internasional ICJ tentang kejahatan perang Israel. Dia berpendapat Israel secara efektif menjaga “tentara Amerika tidak turun tangan, sambil melindungi kepentingan bersama kita di Timur Tengah.”
“Ingat ini: Musuh kami adalah musuh Anda,” kata Netanyahu. “Pertarungan kami adalah pertarungan Anda. Dan kemenangan kami akan menjadi kemenangan Anda.”
Netanyahu juga mengecam para pengunjuk rasa yang berkumpul di dekat Gedung Capitol AS pada hari Rabu, menyebut mereka sebagai “idiot antek-antek” Iran.
Harris hari Kamis mengatakan dia marah karena beberapa pengunjuk rasa mencoret-coret area di dekat Gedung Capitol dengan grafiti pro-Hamas, menyatakan dukungan untuk militan, dan membakar bendera AS di Stasiun Kereta Utama.
“Grafiti dan retorika pro-Hamas adalah sesuatu yang menjijikkan dan kita tidak boleh mentolerirnya di negara kita,” kata Harris dalam sebuah pernyataan.“ Saya mengutuk pembakaran bendera Amerika. Bendera itu adalah simbol dari cita-cita tertinggi kita sebagai bangsa dan mewakili janji Amerika. Bendera itu tidak boleh dinodai dengan cara seperti itu.”
Para pengunjuk rasa yang berkumpul di dekat Gedung Putih hari Kamis meneriakkan, “Tangkap Netanyahu,” dan membawa patung perdana menteri dengan darah di tangannya dan mengenakan pakaian tahanan berwarna oranye. Sejumlah kecil pengunjuk rasa kontra mengenakan bendera Israel di pundak mereka.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.