Kompas TV internasional kompas dunia

Presiden Baru Iran Tegaskan Tidak Akan Tunduk Tekanan AS, Janjikan Hubungan Seimbang dengan Semua

Kompas.tv - 15 Juli 2024, 00:05 WIB
presiden-baru-iran-tegaskan-tidak-akan-tunduk-tekanan-as-janjikan-hubungan-seimbang-dengan-semua
Presiden Iran Masoud Pezeshkian pada upacara memperingati kematian cucu Nabi Muhammad, Hussein, di Tehran, Iran, Jumat, 12 Juli 2024. Pezeshkian mengatakan bahwa pemerintahannya akan menciptakan keseimbangan dalam hubungan dengan semua negara sejalan dengan kepentingan nasional dan prasyarat perdamaian. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

TEHRAN, KOMPAS TV – Presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian, berjanji akan menjalin "hubungan seimbang dengan semua negara" sesuai kepentingan nasional dan demi perdamaian. Tapi, ia tegaskan kepada Amerika Serikat (AS) bahwa Iran "tidak akan tunduk pada tekanan."

Dalam tajuk Pesan Saya untuk Dunia Baru, yang terbit di Tehran Times hari Jumat (12/7/2024), Pezeshkian memuji pemilu presiden yang “menunjukkan stabilitas luar biasa” dan berjanji untuk memenuhi “janji-janji kampanye saya.”

Pezeshkian, ahli bedah jantung 69 tahun dan legislator senior, mengalahkan Saeed Jalili di pemilu putaran kedua pada 5 Juli untuk menggantikan Presiden Ebrahim Raisi, yang meninggal dalam kecelakaan helikopter pada Mei lalu.

Dalam pesannya, Pezeshkian mengatakan pemerintahannya akan “memprioritaskan penguatan hubungan dengan negara tetangga” dan mendesak negara-negara Arab untuk menggunakan “semua cara diplomatik” untuk mendorong gencatan senjata permanen dalam perang Israel-Hamas yang dimulai pada 7 Oktober di Jalur Gaza.

Iran telah lama mendukung kelompok militan Hamas, dan Pezeshkian pada Rabu menyatakan dukungan penuh terhadap “perlawanan Palestina” dalam pesan kepada kepala Hamas, Ismail Haniyeh.

Dalam suratnya pada Jumat, Pezeshkian memuji hubungan negaranya dengan Rusia dan China yang “selalu mendukung kami selama masa sulit.”

Ia menyebut Moskow sebagai “sekutu strategis yang berharga” dan pemerintahannya akan memperluas kerjasama bilateral. Ia juga menyatakan kesediaan untuk “mendukung inisiatif” yang bertujuan mencapai perdamaian antara Rusia dan Ukraina dalam perang yang sudah memasuki tahun ketiga.

Baca Juga: Profil Masoud Pezeshkian, Mantan Menteri Kesehatan yang Kini Terpilih sebagai Presiden Iran

Presiden Iran Masoud Pezeshkian bersama pemimpin tertinggi Ali Khamenei pada upacara memperingati kematian cucu Nabi Muhammad, Hussein, di Tehran, Iran, Jumat, 12 Juli 2024. Pezeshkian mengatakan bahwa pemerintahannya akan menciptakan keseimbangan dalam hubungan dengan semua negara sejalan dengan kepentingan nasional dan prasyarat perdamaian. (Sumber: AP Photo)

Presiden juga mengatakan bahwa ia berharap untuk melanjutkan kerjasama dengan Beijing dan memuji China karena telah menengahi kesepakatan untuk menormalisasi hubungan antara Iran dan Arab Saudi setelah tujuh tahun ketegangan diplomatik.

Pezeshkian menyatakan keinginannya untuk berdialog dengan negara-negara Eropa “berdasarkan prinsip saling menghormati” meskipun hubungan tersebut mengalami “pasang surut.”

Pada Mei 2018, AS menarik diri dari Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) – perjanjian nuklir yang juga melibatkan Rusia, China, Inggris, Prancis, dan Jerman.

Sejak saat itu, negara Barat menuduh Iran memperluas program nuklirnya dan memperkaya uranium hingga level 60%, mendekati tingkat yang bisa digunakan untuk senjata. AS telah memberlakukan sanksi berat, terutama ekonomi, terhadap Iran.

Pezeshkian menuduh negara-negara Eropa tidak menepati komitmen yang dibuat setelah AS mundur dari JCPOA, untuk memastikan "transaksi perbankan yang efektif, perlindungan perusahaan dari sanksi AS, dan promosi investasi di Iran." Namun, ia menambahkan bahwa masih banyak peluang untuk kerjasama antara Iran dan Eropa.

Dia kemudian menyoroti kepada AS bahwa Iran “tidak akan tunduk pada tekanan,” dan menambahkan bahwa Iran “masuk ke dalam JCPOA pada 2015 dengan niat baik dan memenuhi semua kewajiban kami.”

Pezeshkian mengatakan penarikan AS telah menyebabkan “ratusan miliar dolar kerusakan pada ekonomi kami” dan menyebabkan “penderitaan, kematian, dan kehancuran yang tak terhitung pada rakyat Iran – terutama selama pandemi Covid” karena sanksi.

Baca Juga: Tokoh Reformis Masoud Pezeshkian Terpilih Jadi Presiden Iran, Disebut Berkat Janjinya Ini

Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei. Presiden Iran Masoud Pezeshkian hari Jumat, 12 Juli 2024 mengatakan pemerintahannya akan menciptakan keseimbangan dalam hubungan dengan semua negara sejalan dengan kepentingan nasional dan prasyarat perdamaian. (Sumber: IRNA)

Pezeshkian mengatakan negara-negara Barat “tidak hanya kehilangan kesempatan bersejarah untuk mengurangi dan mengelola ketegangan di kawasan dan dunia, tetapi juga secara serius merusak Perjanjian Non-Proliferasi.” Dia menekankan bahwa “doktrin pertahanan Iran tidak mencakup senjata nuklir.”

Iran telah mengadakan pembicaraan tidak langsung dengan pemerintahan Presiden Joe Biden, meskipun belum ada kemajuan jelas menuju pembatasan program nuklir Tehran untuk pencabutan sanksi ekonomi.

Pezeshkian juga menuduh pemerintahan AS dalam surat terbukanya telah meningkatkan “permusuhan” dengan membunuh Jenderal Qassem Soleimani, arsitek aktivitas militer regional Iran, yang tewas dalam serangan drone AS di Irak pada 2020.

Selain ketegangan regional dan hubungan tegang terkait program nuklir Iran, presiden baru Iran menghadapi banyak tantangan di dalam negeri. Ia harus meyakinkan publik yang marah – banyak yang mengalami kesulitan keuangan akibat sanksi, inflasi tinggi, dan pengangguran – bahwa ia bisa membuat perubahan yang dijanjikan sambil berurusan dengan pemerintahan yang masih banyak dikuasai oleh garis keras.

Pezeshkian telah menyelaraskan dirinya dengan tokoh moderat dan reformis sejak kampanye presidennya. Pendukung utamanya adalah mantan Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif, yang mencapai JCPOA 2015.

Pezeshkian menunjuk Zarif sebagai kepala Dewan Strategis untuk periode transisi pemerintahan. Dewan ini, terdiri dari para ahli dan penasihat, akan fokus pada penilaian kandidat potensial untuk posisi kunci kabinet dan memastikan peralihan kepemimpinan berjalan lancar.


 




Sumber : Associated Press




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x