Kompas TV internasional kompas dunia

Israel Bunuh 71 Orang di Gaza Selatan, Berdalih Targetkan Petinggi Hamas

Kompas.tv - 13 Juli 2024, 20:31 WIB
israel-bunuh-71-orang-di-gaza-selatan-berdalih-targetkan-petinggi-hamas
Warga Palestina berkumpul di dekat jenazah kerabat mereka yang tewas dalam pemboman Israel di Jalur Gaza, di kamar mayat sebuah rumah sakit di Deir al-Balah, Sabtu, 13 Juli 2024. (Sumber: AP Photo/Abdel Kareem Hana)
Penulis : Rizky L Pratama | Editor : Edy A. Putra

GAZA, KOMPAS.TV — Serangan udara Israel di Khan Younis, Gaza bagian selatan pada Sabtu (13/7/2024) dilaporkan menewaskan sedikitnya 71 orang dan melukai ratusan lainnya, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.

Kementerian tersebut mengatakan sedikitnya 289 orang terluka dalam serangan yang disebut sebagai salah satu yang paling mematikan sejak Israel melancarkan serangan ke Gaza pada 7 Oktober 2023.

Korban tewas dan luka dibawa ke Rumah Sakit Nasser. Wartawan Associated Press melaporkan ada lebih dari 40 jenazah. Saksi mata mengatakan terjadi beberapa serangan.

Rekaman pasca-serangan menunjukkan tenda-tenda yang hangus dan mobil-mobil terbakar.

Para pekerja darurat dan warga Palestina yang mengungsi akibat bombardir Israel sembilan bulan terakhir, tampak mencari korban selamat di antara reruntuhan.

Saksi mata mengatakan, serangan tersebut terjadi di dalam wilayah Muwasi, yang ditetapkan Israel sebagai zona aman yang membentang dari Rafah utara hingga Khan Younis.

Wilayah pesisir ini menjadi tempat pengungsian bagi ratusan ribu warga Palestina yang mencari perlindungan dan kebanyakan tinggal di tenda-tenda darurat.

Baca Juga: Pemimpin Hizbullah Bakal Hentikan Serangan ke Israel, Asal Hamas Sepakat Gencatan Senjata

 

Dilansir Associated Press, pejabat Israel yang enggan disebutkan namanya berdalih, serangan di Khan Younis itu bertujuan untuk membunuh Mohammed Deif, kepala sayap militer Hamas yang dituding Israel sebagai arsitek utama serangan 7 Oktober.

Selain Deif, Israel berdalih serangan itu juga menyasar Rafa Salama, pejabat tinggi Hamas lainnya. Namun, hingga kini belum ada konfirmasi apakah kedua target tersebut tewas dalam serangan tersebut.

Dalam sebuah pernyataan, Hamas membantah klaim Israel yang menyebut serangan tersebut mengincar petinggi Hamas.

"Ini bukan pertama kalinya pendudukan mengeklaim menargetkan pemimpin Palestina, dan kebohongan mereka kemudian terbukti salah," kata Hamas melalui platform X (sebelumnya bernama Twitter).

Serangan mematikan itu terjadi di tengah upaya mediasi Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar untuk menjembatani Israel dan Hamas terkait rencana gencatan senjata tiga fase serta pembebasan sandera di Gaza.

Potensi kematian atau cedera pejabat tinggi Hamas dinilai dapat mengancam negosiasi yang sedang berlangsung.

Proposal yang didukung AS tersebut menyerukan gencatan senjata awal dengan pembebasan sandera terbatas dan penarikan pasukan Israel dari daerah-daerah berpenduduk di Gaza.

Pada saat yang sama, kedua belah pihak akan merundingkan ketentuan fase kedua. 

Fase kedua diharapkan membawa pembebasan sandera penuh sebagai imbalan gencatan senjata permanen dan penarikan penuh Israel dari Gaza.

Israel melancarkan agresi di Gaza setelah serangan Hamas pada 7 Oktober, yang menurut Israel menewaskan sekitar 1.200 orang. Israel juga mengatakan militan Palestina membawa sekitar 250 orang ke Gaza.

Hamas sebelumnya menyatakan orang-orang yang ditahan tersebut akan digunakan dalam kesepakatan pertukaran tahanan dengan Israel.

Sebelum serangan 7 Oktober terjadi, Israel telah menahan ribuan warga Palestina termasuk wanita dan anak-anak.

Sejak 7 Oktober 2023, serangan darat dan udara Israel telah menewaskan lebih dari 38.300 orang di Gaza dan melukai lebih dari 88.000 lainnya, menurut Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza. 

Lebih dari 80 persen dari 2,3 juta penduduk Gaza telah mengungsi dari rumah mereka, sebagian besar tinggal di kamp-kamp tenda yang padat dan mengalami kelaparan. 

Baca Juga: Israel Mundur dari Gaza Utara, Tinggalkan 50 Jasad Warga Palestina dan Lingkungan yang Hancur


 




Sumber : Kompas TV, Associated Press




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x