“Kami secara khusus fokus pada penggunaan akhir bom seberat 2.000 pon tersebut dan dampaknya di wilayah perkotaan yang padat seperti yang kita lihat di wilayah lain di Gaza,” kata pejabat tersebut.
“Kami belum membuat keputusan akhir tentang bagaimana melanjutkan pengiriman ini.”
Kasus-kasus lain yang masih dalam peninjauan termasuk peralatan JDAM, yang memungkinkan penargetan bom secara presisi.
Beberapa pejabat AS lainnya mengkonfirmasi keputusan kebijakan tersebut pada Selasa pagi, hari yang sama ketika Israel memulai apa yang oleh para pejabatnya disebut sebagai operasi “tepat” di Rafah.
Para pejabat AS mengatakan mereka tidak percaya operasi tersebut adalah awal dari invasi skala besar yang telah direncanakan Israel selama berminggu-minggu di mana garis waktunya masih belum pasti.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan operasi di Rafah bagaimana pun tetap dilakukan dan diperlukan untuk melenyapkan Hamas.
Gedung Putih menolak untuk membahas secara spesifik hal tersebut di konferensi pers, dan malah menunjuk pada dukungan AS secara keseluruhan terhadap Israel.
“Komitmen kami terhadap keamanan Israel tetap kuat,” kata juru bicara Gedung Putih John Kirby.
“Tentu saja kami tidak membicarakan pengiriman individu. Tapi sekali lagi, tidak ada yang berubah mengenai komitmen kami terhadap keamanan Israel.”
Baca Juga: Kemlu RI: Pengusiran Warga Palestina dari Rafah Merupakan Puncak Kejahatan Kemanusiaan Israel
Sumber : ABC News
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.