Pihak resmi Israel tidak segera menanggapi permintaan komentar. Israel secara konsisten mengatakan mereka mengikuti semua aturan hukum dalam penggunaan bantuan militer AS, menyelidiki tuduhan terhadap pasukan keamanannya, dan memegang pelaku bertanggung jawab.
Israel secara historis adalah penerima bantuan militer terbesar AS, dan pada Rabu (24/4), Biden menandatangani legislasi untuk tambahan hibah $26 miliar dalam bantuan perang. Namun, Biden semakin mendapat tekanan atas dukungan itu ketika jumlah kematian warga Palestina oleh Israel terus meningkat tajam.
Dalam beberapa hari mendatang, AS mengatakan akan mengumumkan temuannya secara resmi dari tinjauan yang dilakukannya terhadap tuduhan pelanggaran hak asasi manusia yang sangat serius oleh unit militer Israel tertentu. Unit-unit itu akan dicegah menerima bantuan militer AS jika tinjauan AS mengonfirmasi tuduhan tersebut.
Secara terpisah, pemerintahan Biden juga diharapkan pada tanggal 8 Mei mengungkapkan apakah sudah memverifikasi jaminan dari Israel bahwa negara tersebut tidak menggunakan bantuan militer AS dengan cara yang melanggar hukum internasional atau hak asasi manusia.
Baca Juga: Ngeri, Kuburan Massal Khan Younis Ungkap Perlakuan Tentara Israel atas Warga Gaza yang Sudah Dikubur
Baik jaminan tertulis Israel maupun verifikasi AS tersebut diwajibkan oleh memo keamanan nasional presiden yang baru yang dikeluarkan oleh Biden pada bulan Februari.
Kesepakatan Februari tersebut dinegosiasikan antara pemeritahan Biden dan anggota Partai Demokratnya sendiri, yang mendorong AS untuk mulai mengondisikan bantuan militer kepada Israel atas perbaikan perlakuan terhadap warga sipil Palestina.
Anggota panel merilis laporan mereka pada hari Rabu untuk mendorong AS memeriksa serangan-serangan tertentu di Gaza yang menurut mantan pejabat harus mengarah pada kesimpulan bahwa Israel keliru ketika mengonfirmasi bahwa mereka mematuhi hukum. Jika penentuan itu dibuat, AS kemudian bisa menangguhkan bantuan militer.
Laporan tidak resmi hari Rabu menunjukkan 17 serangan spesifik pada apartemen, perkemahan pengungsi, rumah-rumah pribadi, jurnalis, dan pekerja bantuan di mana mantan pejabat AS dan ahli independen menduga tidak ada bukti jenis target militer yang hadir untuk membenarkan jumlah kematian warga sipil yang tinggi.
Mereka termasuk serangan udara pada 31 Oktober pada sebuah gedung apartemen Gaza yang menewaskan 106 warga sipil, termasuk 54 anak-anak.
Pejabat Israel tidak memberikan alasan untuk serangan itu, dan penyelidikan Human Rights Watch tidak menemukan bukti adanya target militer di sana, kata para pejabat. Israel telah mengatakan dalam banyak kasus bahwa mereka selalu menjawab 'sedang menyelidiki'.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.