KIEV, KOMPAS.TV - Berkurangnya pasokan amunisi mengancam pertahanan Ukraina di garis depan sepanjang 1.000 kilometer yang terus diserang oleh artileri Rusia.
Adapun penaklukan Avdiivka meningkatkan semangat Rusia dan mengonfirmasi bahwa pasukan Kremlin kini mengendalikan tempo pertempuran.
Pasukan Ukraina menarik diri dari kota Avdiivka di wilayah Donetsk pada Sabtu (17/2/2024), setelah didera serangan harian Rusia dari tiga arah selama empat bulan terakhir.
Avdiivka adalah benteng menjorok ke dalam wilayah Ukraina, jauh dari Rusia. Sebagai kota di garis depan sejak Rusia pertama kali menyerang Ukraina pada 2014, permukiman yang diperkuat dengan labirin parit dan terowongan itu berfungsi untuk melindungi pusat logistik penting yang kurang diperkuat lebih jauh ke barat.
Penaklukan Avdiivka oleh Rusia membuat pasukan Ukraina yang hanya berhasil meraih kemajuan bertahap sejak serangan balik mereka tahun lalu, merasa sedih.
Diamnya Kongres AS
Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengaitkan lepasnya Avdiivka dari tangan Ukraina dengan diamnya Kongres atas usulan bantuan militer senilai USD60 miliar untuk negara tersebut.
Biden mengatakan ia telah memberi tahu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam panggilan telepon pada Sabtu setelah Ukraina mengumumkan penarikan pasukan dari Avdiivka, bahwa ia tetap yakin pendanaan AS akhirnya akan terealisasi.
Namun, ketika wartawan bertanya apakah ia yakin kesepakatan dapat dicapai sebelum Ukraina kehilangan lebih banyak wilayah, Biden menjawab, "Saya tidak yakin."
Baca Juga: Rusia Umumkan Penaklukan Kota Avdiivka Setelah Penarikan Mundur Pasukan Ukraina
Stok Amunisi Menipis
Associated Press mewawancarai lebih dari dua belas komandan Ukraina, termasuk komandan unit artileri, di zona pertempuran paling intens beberapa minggu sebelum jatuhnya Avdiivka.
Mereka mengatakan kekurangan amunisi, yang selalu menghantui pasukan Ukraina sejak serangan Rusia, semakin parah sejak musim gugur tahun lalu.
Persediaan yang menipis, terutama artileri jarak jauh yang dipasok oleh Barat, berarti pasukan Ukraina terhambat untuk menyerang target bernilai tinggi di belakang garis pertahanan Rusia, di mana peralatan berat dan personel dikumpulkan.
Selama beberapa minggu, pasukan Ukraina di seluruh garis depan mengeluh tentang kekurangan kritis amunisi, dengan beberapa baterai artileri hanya punya 10 persen dari persediaan yang mereka butuhkan.
Dalam upaya untuk menghemat peluru, para komandan lapangan memerintahkan unit mereka untuk menembak hanya pada target yang tepat.
Namun, komandan di lapangan mengatakan itu tidak cukup untuk menahan Rusia yang memiliki persediaan senjata lebih baik. Kekhawatiran bahwa tanpa bantuan militer, jatuhnya Avdiivka dapat terulang di bagian lain garis depan Ukraina, pun meningkat.
Kemenangan Besar Moskow
Mundurnya pasukan Ukraina dari kota tersebut memberikan Rusia kemenangan terbesarnya sejak pertempuran Bakhmut tahun lalu.
Ini akan memungkinkan pasukan Kremlin untuk mendorong serangannya lebih jauh ke barat, lebih dalam ke wilayah yang dikuasai Ukraina di daerah yang kurang diperkuat.
Pokrovsk, simpul kereta api di sebelah timur Ukraina, bisa menjadi tujuan Rusia berikutnya, kata para blogger militer.
Pejabat militer Rusia dan blogger perang mengatakan penaklukan Avdiivka mengurangi ancaman terhadap kota Donetsk yang dikuasai Rusia.
Baca Juga: Zelenskyy Sindir Kekurangan Senjata yang Tampak Disengaja oleh Barat dalam Perang Melawan Rusia
Menghemat Amunisi
"Saat ini, defisit amunisi cukup serius. Kami terus dijanjikan lebih banyak akan datang, tapi kami tidak melihatnya datang," kata Khorobryi, komandan sebuah artileri baterai.
Baterainya hanya memiliki 5-10 persen dari amunisi yang dibutuhkan, katanya.
Menurutnya, hal ini merampas kemampuan pasukannya untuk menyerang dan merebut kembali wilayah dengan efektif.
Bahkan lebih buruk lagi, Ukraina kehilangan personel karena artileri tidak dapat memberikan dukungan tembakan bagi pasukan infanteri.
"Kami tidak punya apa-apa untuk berperang, kami tidak punya apa-apa untuk melindungi garis depan kami," kata Valerie, yang memimpin unit meriam NATO 155 mm.
Untuk menangkis serangan Rusia, katanya, mereka membutuhkan 100-120 peluru per unit per hari. Saat ini, mereka hanya memiliki sepuluh persen dari jumlah itu, katanya.
Rusia Mengubah Taktik Tempur
Para prajurit Ukraina yang berada di Avdiivka mengatakan, sebelum jatuhnya kota tersebut, Rusia telah beralih taktik untuk memanfaatkan kekurangan amunisi yang parah.
Alih-alih mengirim kolom kendaraan bersenjata, pasukan Moskow mulai mengirim gelombang kelompok infanteri kecil untuk bertempur dengan pasukan Ukraina dalam jarak dekat.
Hal ini berarti pasukan Ukraina harus mengeluarkan "lima kali" lebih banyak amunisi untuk menahan mereka.
"Musuh juga memahami dan merasakan kemampuan kita, dan dengan itu, mereka berhasil," kata Chaklun, seorang prajurit di Brigade 110.
Baca Juga: Tentara Ukraina Tersudut, Rusia Tangkapi Pasukan Zelenskyy yang Menarik Mundur dari Avdiivka
Kritisnya Sektor Utara Garis Depan Ukraina
Kekhawatiran tentang bagaimana kekurangan amunisi akan berdampak pada pasukan Ukraina di sektor lain garis depan pun meluas.
Garis Kupiansk, di timur laut Ukraina, rentan. Rusia telah meningkatkan serangan ke arah itu selama berbulan-bulan dalam upaya merebut kembali pusat logistik penting yang hilang pada musim gugur 2022.
Yuri, komandan Brigade 44 di Kupiansk, mengatakan unit rekognisi udaranya menemukan banyak target jarak jauh, termasuk mortir dan peluncur granat Rusia. Tetapi karena mereka tidak memiliki cukup amunisi, mereka tidak dapat menghantam mereka.
Sebagai gantinya, dia tidak punya pilihan selain melihat bagaimana musuhnya mengumpulkan cadangan dari kejauhan.
Oleksandr, komandan batalyon Brigade 32 di Kupiansk mengatakan dia memiliki cukup peluru - untuk saat ini.
"Tapi itu tergantung pada intensitas dari pihak Rusia. Jika mereka meningkatkannya, itu tidak akan cukup untuk menahan garis ini," katanya.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.