TEL AVIV, KOMPAS.TV - Intelijen militer Israel dilaporkan mengandalkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Palestina di Gaza untuk meninjau jumlah korban terbunuh selama operasi militer Israel di Jalur Gaza.
Penggunaan data Kemenkes Palestina oleh intelijen Israel tersebut berkebalikan dengan pernyataan-pernyataan pejabat Israel yang mengesankan data tersebut tidak bisa dipercaya karena dikelola Hamas.
Menurut laporan media Israel, Mekomit, Rabu (24/1/2024), kalangan intelijen Israel mengakui data Kemenkes Palestina di Gaza "reliabel" atau dapat dipercaya.
Intelijen Israel sendiri dilaporkan menggelar investigasi selama operasi militer untuk mengetahui reliabilitas data tersebut.
Dua sumber intelijen Israel yang berbicara kepada Mekomit mengaku Angkatan Bersenjata Israel (IDF) tidak punya data reliabel mengenai korban serangan di Gaza. Sehingga, otoritas Israel memutuskan untuk mengandalkan data Kemenkes Palestina di Gaza.
Sumber tersebut juga mengakui Israel tidak memeriksa jumlah korban sipil akibat serangan yang menyasar anggota Hamas.
Sumber itu menyebut militer Israel menentukan target dengan dibantu kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) ketika mengincar rumah-rumah yang diduga menjadi tempat berlindung anggota Hamas.
Baca Juga: Pasukan Israel Tembaki Warga Palestina yang Antre Bantuan di Gaza, Sedikitnya 20 Orang Tewas
"Anda tidak tahu berapa tepatnya yang Anda bunuh dan siapa yang Anda bunuh. Hanya ketika itu (yang diserang) pejabat senior Hamas, prosedur BDA (peninjauan hasil serangan) dilakukan. Dalam kasus lain, Anda tidak peduli," katanya.
Sumber itu menyatakan IDF berupaya menyerang "secepat mungkin" dan operator serangan diminta menandai target-target baru segera usai serangan.
"Mereka (Kemenkes Palestina di Gaza) tidak selalu akurat, tetapi yang terbaik yang ada," katanya.
Seorang sumber lain menyatakan intelijen Israel sempat menyadap petinggi-petinggi Kemenkes Palestina di Gaza untuk meninjau keandalan data. Hasilnya, data organisasi yang dikelola Hamas itu reliabel.
"Diasumsikan bahwa ada gap antara data (Kemenkes Palestina di Gaza) dengan realitas dan mereka mungkin memanipulasi, tetapi kami mengecek, dan (data) itu reliabel. Juga, dalam laporan-laporan sebelumnya Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza reliabel. Dan kami tidak punya sumber lain," katanya.
Sumber itu pun turut menyatakan bahwa data korban serangan Israel dari Kemenkes Palestina di Gaza berkemungkinan lebih rendah dibanding jumlah korban sebenarnya.
Menurut data terkini Kemenkes Palestina di Gaza, terdapat lebih dari 8.000 orang yang masih hilang akibat serangan Israel. Ribuan orang itu diperkirakan tertimbun reruntuhan.
Sebelumnya, pejabat-pejabat Israel hingga Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden secara terbuka meragukan keandalan data Kemenkes Palestina di Gaza. Mereka meragukan data tersebut karena kementerian itu dikelola Hamas.
Akan tetapi, pejabat-pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membantah tuduhan itu dan menyebut Kemenkes Palestina di Gaza kredibel dalam pelaporan-pelaporan konflik sebelumnya.
Kemenkes Palestina di Gaza sendiri mengambil data dari kamar mayat dan rumah sakit di Gaza untuk menyampaikan jumlah korban. Namun, pendataan ini sering kali terhambat akses komunikasi yang dipadamkan Israel yang memblokade total enklave tersebut.
Sejak 7 Oktober 2023 lalu, menurut data terkini Kemenkes Palestina di Gaza, Israel telah membunuh 25.700 orang. Sejumlah 10.000 di antaranya adalah anak-anak dan 7.000 perempuan.
Jumlah korban luka akibat serangan Israel juga mencapai 64.740 orang. Jumlah korban di Gaza berkemungkinan terus bertambah seiring operasi militer Israel yang kerap menyasar warga sipil.
Baca Juga: Momen Menlu Retno “Walk Out” saat Perwakilan Israel Bicara soal Gaza di Debat Terbuka DK PBB
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.