Ini adalah respons Perserikatan Bangsa-Bangsa pertama terhadap perang tersebut. Tetapi, berbeda dengan resolusi Dewan Keamanan, resolusi Majelis Umum tidak punya kekuatan hukum, meskipun merupakan barometer opini dunia.
Suara tersebut adalah 120-14 dengan 45 abstain. Dari lima anggota Dewan Keamanan yang memiliki hak veto, Rusia, China, dan Prancis memberikan suara mendukung, Amerika Serikat memberikan suara menentang, dan Inggris abstain.
Resolusi Majelis Umum diadopsi pada 27 Oktober dan Israel setuju pada 9 November untuk memberikan jeda selama empat jam. Tetapi hanya bantuan yang sangat terbatas yang dikirimkan ke Gaza melalui perlintasan Rafah dari Mesir, dan bencana kemanusiaan terus terjadi.
Richard Gowan, direktur International Crisis Group untuk urusan PBB, mengatakan oposisi AS terhadap kata gencatan senjata "adalah hadiah yang terus menerus bagi Rusia secara diplomatis."
Dia mengatakan sementara banyak diplomat berpikir Rusia menuntut gencatan senjata "untuk alasan yang sebagian besar bersifat sinis demi membuat Amerika terlihat buruk," posisi Moskow "lebih dekat dengan pemikiran dewan yang sebenarnya, dan AS terlihat terisolasi."
Ironisnya adalah, Dewan Keamanan telah menyerukan gencatan senjata dalam perang dari Balkan hingga Suriah "dengan sedikit atau tanpa dampak," kata Gowan.
"Panggilan gencatan senjata PBB akan mempermalukan tetapi tidak benar-benar membatasi Israel," katanya. "Tetapi AS jelas merasa bahkan langkah simbolis seperti itu terlalu berisiko secara politik."
Baca Juga: Sekjen PBB Terguncang atas Serangan ke Rumah Sakit Gaza, Desak Gencatan Senjata Demi Kemanusiaan
Di sisi lain, jumlah kematian warga Palestina akibat serangan Israel di Jalur Gaza terus meningkat menjadi 11.320 orang, kata kantor media pemerintah pada Selasa.
"Para korban termasuk 4.650 anak-anak dan 3.145 perempuan, sementara 29.200 lainnya terluka," kata kantor tersebut dalam sebuah pernyataan.
Menurut pernyataan tersebut, 3.600 orang lainnya masih belum diketahui keberadaannya, termasuk 1.755 anak-anak.
"Sebanyak 198 tenaga medis, 22 personel pemadam kebakaran, dan 51 jurnalis juga tewas dalam serangan-serangan tersebut," tambahnya.
"Agresi Israel telah membuat 25 rumah sakit dan 52 pusat perawatan kesehatan tidak berfungsi, sementara 55 ambulans diserang oleh pasukan Israel," kata pernyataan itu.
Kantor media tersebut mengatakan 40 pasien meninggal di dalam Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza dalam lima hari terakhir akibat pengepungan Israel dan kekurangan bahan bakar.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.