PALESTINA, KOMPAS.TV - Sungai Yordan membentang sepanjang lebih dari 200 mil di sisi timur Israel dan Tepi Barat yang diduduki. Di sebelah baratnya, terhampar Laut Mediterania yang berkilauan. Slogan From The River to The Sea, Palestine Will Be Free makin jadi momok warga Israel dan kaum Zionis di ruang publik, termasuk unjuk rasa di berbagai sudut dunia.
Slogan itu artinya, dari Sungai (Yordan) hingga Laut (Mediterania), Palestina akan Merdeka.
Namun, frasa tentang ruang di antara Sungai Yordan dan Laut Mediterania, dari sungai hingga laut, kini menjadi teriakan perang dengan kekuatan baru untuk mengguncang orang-orang Israel usai serangan Hamas di selatan Israel pada 7 Oktober dan serangan Israel ke Jalur Gaza yang sudah membunuh lebih dari 11.000 warga sipil Palestina.
"Dari sungai hingga laut, Palestina akan merdeka," teriak aktivis pro-Palestina dari London hingga Roma dan Washington, seperti dilaporkan Associated Press, Sabtu (11/11/2023). Namun, mengadopsi atau membela frasa ini bisa mahal bagi figur publik, seperti yang dialami oleh Anggota Kongres AS Rashida Tlaib, yang dicela oleh Kongres hari Selasa lalu.
Namun, seperti sebagian besar konflik di Timur Tengah, makna dari frasa ini tergantung pada siapa yang menceritakannya, dan audiens mana yang mendengarnya.
Banyak aktivis Palestina mengatakan ini adalah seruan perdamaian dan kesetaraan setelah 75 tahun kemerdekaan Israel dan pemerintahan militer Israel yang berlangsung puluhan tahun atas jutaan warga Palestina. Warga Israel mendengarnya sebagai tuntutan untuk hancurnya negara Israel.
Yang jelas, kombatan Hamas menewaskan setidaknya 1.200 orang di Israel dalam serangan awal Hamas, dan 41 tentara Israel tewas di Gaza sejak dimulainya serangan darat, kata pejabat Israel dalam revisi hari Jumat. Hamas juga membawa sekitar 240 orang sebagai sandera kembali ke Gaza dalam kekerasan terburuk terhadap orang Israel sejak Holokaus.
Israel menanggapi dengan pengeboman besar-besaran Gaza dan serangan darat, yang membunuh lebih dari 11.000 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza dengan jumlah kematian kemungkinan akan bertambah. Ini adalah putaran pertempuran Israel-Palestina yang paling mematikan dalam beberapa dekade.
Dalam suasana penuh tekanan setelah serangan Hamas, teriakan tersebut tampaknya membuat semua orang gugup.
Baca Juga: Kondisi Gaza Kian Mengerikan, Arab Saudi Gelar KTT Darurat Gabungan untuk Putuskan Aksi Bersama
"Dari sungai hingga laut" bergema melalui rapat dan unjuk rasa pro-Palestina di berbagai kampus dan kota, diadopsi sebagai seruan untuk negara tunggal di antara Sungai Yordan dan Laut Mediterania.
Pada tahun 2012, jelas Hamas mengeklaim slogan ini dalam upayanya untuk mengeklaim tanah yang membentang dari Israel, Jalur Gaza, hingga Tepi Barat.
"Palestina adalah milik kita dari sungai hingga laut dan dari selatan hingga utara," kata Khaled Mashaal, mantan pemimpin kelompok itu, pada tahun tersebut dalam pidato di Gaza yang merayakan ulang tahun ke-25 pendirian Hamas. "Tidak akan ada konsesi pada setiap inci tanah."
Namun Hamas telah mengubah manifestonya, dan tidak lagi secara tegas mengejar penghancuran negara Israel
Frasa ini juga memiliki akar dalam Piagam Hamas. Cerita di balik frasa ini jauh lebih besar, melintasi beberapa dekade.
Dalam bulan-bulan sebelum dan selama perang tahun 1948, diperkirakan sekitar 700.000 warga Palestina dibunuh dan diusir dari wilayah yang sekarang menjadi Israel, dan banyak yang mengharapkan untuk kembali.
Israel merebut Tepi Barat, bersama dengan Gaza dan Yerusalem Timur dalam perang tahun 1967. Tahun 2005, Israel mundur dari Gaza, dan pada tahun 2007, Hamas mengeklaim daerah kecil itu dari Otoritas Palestina setelah kudeta kekerasan.
Baca Juga: Media Asing Sebut Presiden Jokowi Akan Tekan Biden untuk Hentikan Perang Hamas-Israel di Gaza
Bahkan slogan "dari sungai hingga laut" bergema melalui protes pro-Palestina, melintasi media sosial, dan tersedia dalam berbagai merchandise, dari jaket hingga lilin.
Tanyakanlah kepada orang Yahudi di London apa yang membuat mereka gelisah tentang lonjakan sentimen anti warga Israel saat ini, dan banyak dari mereka akan mengutip apa yang tampak seperti merajalelanya slogan itu. Ini adalah tanda, mereka katakan, bahwa ada banyak yang harus ditakuti.
"Jangan ragu bahwa Hamas bersorak untuk teriakan 'dari sungai hingga laut' itu, karena Palestina dari sungai hingga laut tidak meninggalkan satu inci pun untuk Israel," demikian bunyi surat terbuka yang ditandatangani oleh 30 media Yahudi di seluruh dunia dan dirilis hari Rabu kemarin.
Dan setelah pembunuhan warga sipil oleh Hamas pada 7 Oktober, mereka tidak percaya teriakan itu hanya anti-Israel, mengatakan slogan ini secara inheren anti-Yahudi.
"Tidak ada yang bisa mengatakan bahwa di mata Hamas, kebencian terhadap Israel tidak berarti kebencian terhadap semua orang Yahudi," kata Sarah Nachshen, warga London.
"Slogan dan spanduk serta teriakan yang menyerukan untuk menghapus Israel dan, memang, semua orang Yahudi, dengan jelas menunjukkan hal ini."
Anggota kongres AS Rashida Tlaib yang punya keluarga di Tepi Barat dan satu-satunya anggota Kongres AS berdarah Palestina, mengunggah video pada 3 November yang menampilkan para demonstran yang menyanyikan slogan itu.
Tidak asing dengan kritik atas retorikanya tentang hubungan AS-Israel, Tlaib membela slogan tersebut.
"Dari sungai hingga laut adalah seruan yang bercita-cita untuk kebebasan, hak asasi manusia, dan kehidupan bersama yang damai, bukan kematian, kehancuran, atau kebencian," kata Tlaib.
Ia memperingatkan bahwa upaya menyamakan sentimen anti-Israel dengan anti-Yahudi atau antisemitisme hanyalah akan "membungkam beragam suara yang bersuara untuk hak asasi manusia."
Yousef Munayyer, Kepala Program Palestina/Israel dan Senior Fellow di Arab Center Washington mengatakan, "Tidak ada satu inci pun di tanah antara sungai dan laut di mana orang Palestina punya kebebasan, keadilan, dan kesetaraan, dan tidak pernah lebih penting untuk menekankan hal ini daripada sekarang."
Baca Juga: Warga Sipil Gaza yang Dibunuh Israel Sudah 11.078 Orang, Termasuk 4.500 Anak dan 3.027 Perempuan
Sebagian besar masyarakat internasional mendukung solusi dua negara, yang menyerukan pembagian wilayah menjadi dua negara yang berdaulat dan hidup berdampingan. Namun, bagi banyak orang, permukiman ilegal dan penjarahan tanah Palestina oleh Israel selama beberapa dekade membuat realitas solusi dua negara menjadi tidak mungkin.
Orang Israel sayap kanan secara sengaja mengaburkan batas Israel dan Tepi Barat, di mana setengah juta orang Israel sekarang tinggal di permukiman. Banyak dalam pemerintahan Israel mendukung aneksasi Tepi Barat, dan peta resmi pemerintah sering kali tidak menyebutkan batas "garis hijau" antara keduanya.
Dan platform asli partai Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Likud, menerbitkan versi slogan tersebut, mengatakan bahwa antara laut dan Sungai Yordan, "hanya akan ada kedaulatan Israel."
Menggunakan frasa ini bagi figur publik ternyata mahal ongkosnya. Hukuman terhadap Tlaib adalah hukuman satu langkah lebih pendek dari pengusiran Tlaib dari Kongres AS.
Bulan lalu, polisi Wina melarang demonstrasi pro-Palestina, dengan alasan frasa "dari sungai hingga laut" disebutkan dalam undangan dan dikarakterisasi sebagai seruan kekerasan.
Dan di Inggris, Partai Buruh memberikan hukuman sementara kepada anggota Parlemen, Andy McDonald, karena menggunakan frasa tersebut selama rapat di mana ia mendesak untuk menghentikan pengeboman Israel atas warga sipil Gaza.
"Kami tidak akan berhenti sampai kami mendapat keadilan. Sampai semua orang, Israel dan Palestina, antara sungai dan laut dapat hidup dalam kebebasan dan dalam damai," katanya di Twitter.
Lalu dia menjelaskan, "Kata-kata ini tidak boleh diartikan dengan cara lain selain yang dimaksudkan, yaitu sebagai doa tulus untuk mengakhiri pembunuhan di Israel, Gaza, dan Tepi Barat yang diduduki, dan agar semua orang di wilayah tersebut dapat hidup dengan bebas tanpa ancaman kekerasan,"
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.