JAKARTA, KOMPAS.TV- Urusan kampanye pemilihan presiden (pilpres) di mana pun, selalu membutuhkan logistik alias dana yang tidak sedikit. Di Meksiko, gembong narkoba Joaquin Guzman yang dijuluki "El Chapo" salah satu yang ikut memberikan sumbangan untuk pilpres tahun 2012 silam.
Dana yang dia berikan kepada Enrique Peña Nieto, yang kemudian terpilih menjadi Presiden Meksiko periode 2012-2018, tidak tanggung-tanggung mecapai 100 juta dollar AS atau kira-kira setara dengan Rp1,4 triliun.
Bahkan beredar kabar, sebelumnya Peña Nieto sempat meminta 250 juta dollar AS kepada Guzman, namun setelah tawar menawar disepakati Rp1,4 triliun.
Baca Juga: Anak El Chapo Ditangkap, Apa Kontribusinya bagi Pemberantasan Narkoba? Kata Pengamat: Tidak Ada
Pengakuan itu terungkap saat Alex Cifuentes Villa yang merupakan gembong narkoba Kolombia sekaligus mengaku sebagai "tangan kanan" El Chapo, bersaksi di pengadilan di New York pada 2017 silam. Dia pernah bekerja sebagai sekretarisnya dan menghabiskan dua tahun bersama Guzman bersembunyi dari aparat di pegunungan Meksiko.
"Tn. Guzmán membayar suap sebesar 100 juta Dollar AS kepada Presiden Peña Nieto?” Jeffrey Lichtman, salah satu pengacara Tuan Guzmán, bertanya kepada Tuan Cifuentes saat pemeriksaan silang.
“Ya,” kata Tuan Cifuentes di hadapan pengadilan New York dikutip dari New York Times, November 2017.
Namun pengakuan ini segera ditepis oleh pengacara El Chapo, Jeffrey Lichtman. Dia berkilah bahwa gembong sebenarnya di Meksikoa adalah Ismael 'El Mayo' Zambada, pesaing El Chapo dalam bisnis haram ini.
Kata Jeffrey, justru Ismael lah yang menyuap presiden hingga aparat ke tingkat bawah, mulai dari Gubernur, Walikota, polisi hingga tentara.
Hal itu untuk menjadikan El Chapo sebagai kambing hitam.
"Mengapa pemerintah Meksiko butuh kambing hitam? Karena mereka terima suap dari para pemimpin kartel. Termasuk presiden dan mantan presiden Meksiko," kata Jeffrey saat mencoba meyakinkan dewan juri.
Bukan cerita asing bila para bandar narkoba di Meksiko menyuap aparat hingga presiden di sana. Dalam tayangan Netflix serial El Chapo yang sudah tayang sejak 2017 silam, diperlihatkan bagaimana pemerintah mau bekerjasama bahkan menerima aliran dana para bandar tanpa sungkan.
Salah satu yang ditampilkan adalah sosok aparat bernama Conrado Sol, yang punya hubungan dekat dengan El Chapo. Ambisinya bukan saja menjadi aparat penguasa wilayah tapi juga presiden.
"Karir politik saya ditentukan oleh gembong narkoba," katanya kepada pacarnya.
Baca Juga: Ekstradisi Anak El Chapo ke AS Ditunda, Imbas Perang Kartel Sinaloa yang Tewaskan 29 Orang
Dia mau diperintah oleh El Chapo untuk menghabisi para lawan bisnis sang bandar. Setiap dia berhasil melumpuhkan gembong narkoba yang merupakan lawan dari El Chapo, dia akan mengadakan jumpa pers sehingga citranya sangat bagus di mata publik.
Dia menbangun citra seolah-olah aparat yang berhasil menjaga keamanan dan menjaga ketertiban.
Melalui Conrado pula, El Chapo menjalin deal dengan DEA (Badan Narkotika Amerika Serikat) yang membuatnya cukup aman sebagai penguasa narkoba di Mexico dan seluruh dunia.
Namun sepandai-pandai El Chapo berkelit dari jerat hukum, akhirnya tertangkap juga pada 2016 dan kemudian diekstradisi ke Amerika Serikat setahun kemudian. Dia didakwa antara lain, penjualan narkoba dan pencucian uang dan divonis penjara seumur hidup.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.