BRUSSEL, KOMPAS.TV - Kepala Misi Palestina untuk Uni Eropa, Belgia, dan Luksemburg, Abdalrahim Alfarra menyebut diamnya dunia Barat atas "pembantaian" yang dilakukan Israel di Jalur Gaza "mengerikan." Antengnya Barat menyikapi bombardir Gaza berbanding terbalik dengan respons atas serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober lalu.
Serangan Hamas yang menewaskan sekitar 1.400 orang tersebut segera menuai kecaman dari berbagai pemimpin Barat. Bahkan, Uni Eropa sempat memutuskan menghentikan bantuan untuk Palestina, tetapi kemudian dibatalkan.
Alfarra menyorot minimnya respons Eropa usai Rumah Sakit Al-Ahli Arab di Kota Gaza dibom Israel pada Selasa (17/1) dan menewaskan 471 orang.
"Saya punya mimpi bahwa presiden Dewan UE (Uni Eropa), Parlemen (Eropa), dan Komisi (Eropa) akan berdiri memegang bendera Palestina pada Rabu (18/10) pagi dan mengadakan hening cipta semenit sebagai solidaritas untuk warga Palestina yang dibantai di rumah sakit dan selama berdekade-dekade belakangan," kata Alfarra.
"Namun, saya merasa sangat ngeri ketika bangun, menyadarinya hanya sebatas mimpi. Dan itu hanya akan menjadi mimpi," lanjutnya.
Baca Juga: Pejabat Senior Kemlu AS Mundur, Tak Tahan Kebijakan Tak Manusiawi Biden soal Palestina
Setelah serangan Hamas pada 7 Oktober lalu, pejabat-pejabat tinggi Uni Eropa mengadakan upacara untuk menghormati korban Israel. Gedung-gedung di kompleks Uni Eropa pun dipenuhi bendera Israel.
Akan tetapi, Alfarra menyebut hanya ada sedikit simpati untuk korban jiwa di pihak Palestina akibat bombardir Israel. Ia menuduh Uni Eropa "bungkam" atas "pembantaian" masyarakat Gaza.
"Kebungkaman ini mengejutkan saya. AS juga bungkam. Ini mengerikan," kata Alfarra dikutip Al Jazeera, Kamis (19/10).
Alfarra menyatakan, saat kabar pengeboman Rumah Sakit Al-Ahli Arab sampai ke Uni Eropa, para pemimpin tengah mengadakan pertemuan virtual terkait perang Israel vs Hamas. Namun, pertemuan itu ternyata sama sekali tidak membahas pengeboman rumah sakit.
Para pemimpin Uni Eropa menegaskan "solidaritas penuh untuk rakyat Israel" dalam pertemuan tersebut, menyatakan "Israel berhak mempertahankan diri, selalu sesuai dengan hukum humaniter dan internasional."
Beberapa jam setelah pertemuan, beberapa pemimpin Uni Eropa baru memberi pernyataan mengenai pengeboman rumah sakit. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen memberi pernyataan keesokan harinya.
Alfarra mengaku senantiasa mencoba membuat pejabat-pejabat Uni Eropa menyadari kesulitan yang dialami masyarakat Palestina. Bersama utusan-utusan dari Yordania, Lebanon, Arab Saudi, dan Liga Arab di Eropa, Alfarra mendesakkan audiensi agar pemimpin Eropa mengerti situasi rentan Palestina.
"Saya menemui semua orang di sini. Setiap pemangku kebijakan di Dewan, Komisi, dan Dinas Luar Negeri. Saya memberi tahu mereka, 'Kalian berteriak untuk Israel dan berdiri untuk serangan terhadap Israel. Namun, sekarang waktunya kalian berdiri dan menghentikan kejahatan perang di Gaza," kata Alfarra.
"Kami melihat perubahan posisi yang sistematis di UE, khususnya setelah berbicara dengan kantor Presiden Dewan UE Charles Michel. Juga kami yang memprotes keputusan Komisi Eropa memotong bantuan untuk Palestina pekan lalu. Kami bersyukur mereka membatalkan kebijakan itu dan menambah batnuan kemanusiaan ke Palestina dengan menjanjikan 75 juta euro," lanjutnya.
Meskipun demikian, Alfarra menyebut Uni Eropa bisa menunjukkan kekuatnnya dengan menekan Israel agar membuka semua pintu masuk bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Di lain sisi, diplomat Palestina itu mengaku khawatir dengan ketergantungan Barat atas informasi dari Israel terkait situasi Timur Tengah. Alfarra menuduh negara-negara Barat menjadi korban "mesin propaganda Israel" hingga bungkam atas "kejahatan perang" di Gaza.
"Semakin diamnya komunitas internasional, semakin mungkin penghapusan sepenuhnya populasi sipil di Gaza. Jadi, para pemimpin perlu mengutuk serangan-serangan terhadap rakyat Palestina dan menghentikan perang ini," katanya.
Baca Juga: Jokowi Kecam Kekerasan di Gaza: Indonesia Tidak Akan Tinggal Diam, Bangun Solidaritas Global
Sumber : Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.