TEL AVIV, KOMPAS.TV — Pemerintah Israel secara resmi menyatakan perang pada hari Minggu (8/10/2023). Israel pun memberikan lampu hijau untuk berbagai langkah militer yang signifikan, untuk membalas serangan Hamas, Palestina. Saat ini jumlah korban tewas telah lebih dari 1.100 orang dari kedua belah pihak, baik pihak Israel maupun Palestina.
Lebih dari 24 jam setelah Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke luar Gaza, pasukan Israel masih berperang melawan militan yang bersembunyi di beberapa lokasi. Sedikitnya 700 orang dilaporkan tewas di Israel dan lebih dari 400 orang tewas di Gaza.
Deklarasi perang ini menandakan pertempuran yang lebih besar di masa yang akan datang. Namun masih belum diketahui apakah Israel akan melancarkan serangan darat ke Gaza, sebuah tindakan yang di masa lalu telah menimbulkan banyak korban jiwa.
Sementara itu, Hamas dan kelompok Jihad Islam yang lebih kecil mengklaim telah menawan lebih dari 130 orang dari dalam wilayah Israel dan membawa mereka ke Gaza, dengan mengatakan bahwa mereka akan ditukar dengan pembebasan ribuan warga Palestina yang dipenjarakan oleh Israel.
Baca Juga: Tembus Masuk Lewat Jalur Gaza, Hamas Luncurkan 5.000 Roket ke Israel
Para tawanan diketahui termasuk tentara dan warga sipil, termasuk wanita, anak-anak dan orang tua. Sebagian besar dari mereka merupakan warga Israel, namun terdapat juga beberapa warga negara lain. Militer Israel hanya mengatakan bahwa jumlah tawanan tersebut signifikan.
Sebanyak 1.000 pejuang Hamas terlibat dalam serangan pada Sabtu pagi, menurut Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, saat berbicara di acara “This Week” di ABC. Tingginya angka tersebut menggambarkan bahwa mereka telah merencanakan serangan, sebagai balasan atas meningkatnya penderitaan warga Palestina di bawah pendudukan Israel dan blokade Gaza.
Orang-orang bersenjata mengamuk selama berjam-jam, menembak mati warga sipil dan menculik orang-orang di kota-kota, di sepanjang jalan raya dan di festival musik techno yang dihadiri ribuan orang di gurun dekat Gaza. Layanan penyelamatan Zaka mengatakan pihaknya mengevakuasi sekitar 260 jenazah dari festival tersebut, dan jumlah tersebut diperkirakan masih akan meningkat.
Sebagai balasan, Israel menyerang lebih dari 800 sasaran di Gaza sejauh ini, termasuk serangan udara yang meratakan sebagian besar kota Beit Hanoun di sudut timur laut wilayah tersebut.
Laksamana Muda Israel Daniel Hagari mengatakan kepada wartawan bahwa Hamas menggunakan kota itu sebagai tempat melancarkan serangan. Belum ada laporan langsung mengenai korban jiwa, dan sebagian besar populasi komunitas yang berjumlah puluhan ribu orang kemungkinan besar melarikan diri sebelum pemboman terjadi.
“Kami akan terus menyerang dengan cara ini, dengan kekuatan ini, terus menerus, di semua (tempat) dan rute pertemuan yang digunakan oleh Hamas,” kata Hagari seperti dikutip dari The Associated Press.
Baca Juga: Konflik Israel dan Palestina Kembali Memanas, Kemenlu Update Kondisi WNI di Gaza
Warga sipil di kedua pihak sudah menanggung akibat yang sangat besar dari pertempuran ini. Militer Israel sedang mengevakuasi setidaknya warga yang berada di lima kota di dekat Gaza.
Sederet warga Israel mengular di luar kantor polisi pusat Israel untuk memberikan sampel DNA dan sarana lain yang dapat membantu mengidentifikasi anggota keluarga yang hilang.
Mayyan Zin, ibu dua anak yang bercerai, mengatakan dia mengetahui bahwa kedua putrinya telah diculik. Hal ini diketahuinya dari seorang kerabat yang mengirim foto putrinya yang sedang berada di tempat penangkapan.
Dia kemudian menemukan video online tentang adegan mengerikan di rumah mantan suaminya di kota Nahal Oz. Dalam video itu terlihat Orang-orang bersenjata yang berada di ruang tamu sebuah rumah, dan berdekatan dengan dua putrinya yang ketakutan dan menangis, yaitu Dafna, 15 , dan Ella, 8. Video lain menunjukkan sang ayah tengah dibawa melintasi perbatasan menuju Gaza.
“Bawa putriku pulang dan kembalikan mereka kepada keluarga,” kata Zin.
Baca Juga: Tanggapan Jusuf Kalla soal Serangan Hamas ke Israel
Di Gaza, daerah kantong kecil berpenduduk 2,3 juta orang yang ditutup oleh blokade Israel-Mesir selama 16 tahun sejak pengambilalihan Hamas, warga khawatir akan terjadinya serangan gencar. Serangan Israel telah meratakan bangunan tempat tinggal mereka.
Nasser Abu Quta mengatakan 19 anggota keluarganya termasuk istrinya tewas ketika serangan udara menghantam rumah mereka, di mana mereka berkumpul di lantai dasar di kota Rafah di Gaza selatan.
“Tidak ada militan di tempat itu”, tegasnya. “Ini adalah rumah aman, dengan anak-anak dan perempuan,” kata Abu Quta, 57 tahun, melalui telepon. Militer Israel tidak berkomentar mengenai serangan tersebut.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.