BANYUWANGI, KOMPAS.TV - Ribuan prajurit dari Amerika Serikat, Indonesia, Australia, dan pasukan Barat lainnya seperti Jepang, Inggris, Prancis dan Singapura memamerkan kemampuan militer termasuk mengerahkan tank tempur, kendaraan pendaraf amfibi, kendaraan lapis baja dan artileri hari Minggu, (10/9/2023) dalam latihan tempur di beberapa lokasi di Jawa Timur, di tengah meningkatnya tindakan asertif dari China di wilayah Asia Tenggara dan Indo-Pasifik.
Berkekuatan 5.000 personil gabungan berbagai negara, latihan militer Super Garuda Shield di antaranya menggelar latihan tempur pendaratan amfibi di Situbondo, Jawa Timur, seperti yang dilaporkan oleh Associated Press, Minggu, (10/9/2023).
Super Garuda Shield 2023 berlangsung selama dua minggu di Jawa Timur dan mempertemukan lebih dari 5.000 tentara Indonesia dan Amerika Serikat, termasuk 1.000 lebih tentara Australia, Jepang dan Singapura serta peserta baru Prancis dan Inggris. 12 negara lainnya mengirimkan pengamat.
Latihan mencakup pertukaran akademis dan lokakarya pengembangan profesional, simulasi komando dan kendali, latihan amfibi, operasi lintas udara, latihan perebutan lapangan udara, dan pelatihan lapangan gabungan yang akan diakhiri dengan serangan langsung, melibatkan pasukan infanteri, kendaraan lapis baja, tank tempur utama, artileri medan, penerjunan pasukan dari udara, dan operasi penyerbuan amfibi.
Pasukan Australia kali ini membawa lima tank tempur M1A1 Abrams dan TNI menggelar dua tank terbaru Leopard-2 dalam latihan tempur dua minggu di Banyuwangi Jawa Timur yang dimulai pada tanggal 1 September. Latihan ini mencakup latihan tembakan langsung dengan amunisi tajam. Ini adalah kali pertama Australia mengelar tank tempur di luar wilayahnya sejak Perang Vietnam.
Baca Juga: Pamer Kekuatan Super Garuda Shield di Tengah Ancaman China, M1A1 Abrams dan Leopard-2 Beraksi
China melihat latihan yang diperluas ini sebagai ancaman dan menuduh AS membangun aliansi Indo-Pasifik serupa dengan NATO untuk membatasi pengaruh militer dan diplomatis yang semakin berkembang dari China di wilayah tersebut.
Mayor Jenderal Marcus Evans, Komandan Umum Divisi Infanteri ke-25 Angkatan Darat AS, mengatakan kepada Associated Press dalam wawancara hari Sabtu bahwa pengenalan kemampuan lapis baja dalam latihan berskala besar ini akan memberikan kesempatan bagi pasukan sekutu dan mitra pertahanan seperti Indonesia untuk menguji senjata mereka dalam latihan tempur saat mereka menyempurnakan kesiapan militer mereka.
Garuda Shield diadakan di beberapa tempat, termasuk di perairan sekitar Natuna di bagian selatan Laut China Selatan.
Indonesia dan China memiliki hubungan yang umumnya positif, tetapi Jakarta menyatakan kekesalannya atas apa yang mereka lihat sebagai perampasan China terhadap zona ekonomi eksklusif Indonesia di Laut China Selatan. Tepi zona ekonomi eksklusif Indonesia tumpang tindih dengan "garis sembilan dash" yang dinyatakan secara sepihak oleh Beijing untuk menandai klaim mereka di wilayah tersebut.
Aktivitas yang semakin meningkat dari kapal penjaga pantai dan kapal nelayan China di area tersebut membuat Jakarta meradang, sehingga Angkatan Laut Indonesia melakukan latihan besar-besaran pada Juli 2020 di perairan sekitar Natuna.
Baca Juga: Tiongkok Tuduh "Garuda Shield" Upaya Amerika Serikat Bangun Aliansi
Evans menolak untuk berkomentar mengenai penentangan China yang sudah lama terhadap latihan militer yang dipimpin oleh AS di Asia.
Ditanya apakah ada rencana oleh militer AS untuk melakukan patroli laut bersama dengan sekutu seperti Jepang dan Filipina di perairan yang diperebutkan, Evans mengatakan "penting bagi kita untuk menjaga keterlibatan yang berkelanjutan dengan mitra dan sekutu regional kami dari perspektif militer, karena itu akan meningkatkan kesiapan kita secara keseluruhan."
"Saya pikir ini terus menunjukkan tanda komitmen kita kepada mitra dan sekutu regional," kata Evans, yang juga merupakan Komandan Senior Angkatan Darat AS di Hawaii.
Latihan militer antara pasukan AS dan sekutu serta mitra pertahanannya "tetap sangat penting, seperti yang sudah berlangsung sejak kita memulai operasi ini pada tahun 2006," katanya sebagai tanggapan atas pertanyaan mengenai urgensi melakukan latihan semacam itu saat ini.
Baca Juga: China Terbitkan Peta Klaim LCS, Indonesia Gelar Super Garuda Shield, Latihan Bersama AS dan 5 Negara
Sekutu-sekutu AS mengakui kepentingan strategis dan peluang untuk berpartisipasi dalam latihan multinasional ini, yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme militer selain dari memperkuat kesiapan tempur dan meningkatkan kemampuan pasukan sekutu untuk beroperasi bersama, kata Evans.
"Selandia Baru, bersama semua mitra dan sekutu regional kita, terus berkontribusi untuk tiga hal yang benar-benar kita fokuskan selama operasi Pathways, dalam hal ini, Garuda Shield," kata Evans. "Tiga hal tersebut adalah kemitraan, penyempurnaan kesiapan militer kita secara keseluruhan, dan interoperabilitas."
Sementara itu, Laksamana Muda Julius Widjojono, juru bicara militer Indonesia, mengatakan bahwa latihan lapangan ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapan tempur dan mengasah insting perang prajurit dari negara-negara peserta, termasuk mengatasi serangan musuh saat melaksanakan patroli.
Brunei, Brasil, Kanada, Jerman, India, Malaysia, Belanda, Selandia Baru, Papua Nugini, Filipina, Korea Selatan, dan Timor Timur mengirim pengamat ke latihan multilateral gabungan bersama.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.