Konflik ini pecah pada pertengahan April, setelah beberapa bulan meningkatnya ketegangan antara militer yang dipimpin oleh Jenderal Abdel Fattah Burhan dan Pasukan Dukungan Cepat yang dipimpin oleh Jenderal Mohammed Hamdan Dagalo. Pertempuran ini terjadi 18 bulan setelah kedua jenderal tersebut melakukan kudeta militer pada bulan Oktober 2021 yang menggulingkan pemerintahan transisi sipil yang didukung oleh negara-negara Barat.
Menteri Kesehatan Haitham Mohammed Ibrahim mengatakan dalam komentar yang disiarkan televisi bulan lalu bahwa bentrokan tersebut telah menewaskan lebih dari 3.000 orang dan melukai lebih dari 6.000 orang lainnya.
Lebih dari 2,9 juta orang telah mengungsi dari rumah mereka ke daerah yang lebih aman di dalam Sudan atau melintasi perbatasan ke negara-negara tetangga, menurut data PBB.
Baca Juga: Terjebak Perang, Puluhan Bayi dan Balita Yatim Piatu Tewas Kelaparan di Panti Asuhan Khartoum Sudan
"Tempat yang sangat mengerikan," kata Martin Griffiths, Kepala Kemanusiaan PBB, tentang Sudan pada Jumat. Dia mengutuk "kejahatan yang mengerikan" yang terjadi di seluruh negara dan pengungsian ratusan ribu orang.
Konflik ini telah menjatuhkan negara Afrika ini ke dalam kekacauan dan mengubah Khartoum dan daerah perkotaan lainnya menjadi medan pertempuran. Anggota pasukan paramiliter menduduki rumah-rumah dan properti sipil sejak awal konflik, menurut penduduk dan aktivis. Juga ada laporan tentang kerusakan dan penjarahan massal di Khartoum dan Omdurman.
Kekerasan seksual, termasuk pemerkosaan terhadap perempuan dan anak perempuan, telah dilaporkan di Khartoum dan wilayah Darfur di barat, yang menjadi tempat pertempuran terburuk dalam konflik ini. Hampir semua kasus serangan seksual yang dilaporkan dituduhkan kepada RSF, yang tidak memberikan tanggapan atas berbagai permintaan komentar.
Pada hari Rabu, pejabat PBB, termasuk Volker Türk, komisioner tinggi PBB untuk hak asasi manusia, meminta "penyelidikan segera, menyeluruh, tidak memihak, dan independen" terhadap laporan yang semakin banyak tentang kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak perempuan.
Unit Sudan untuk Pemberantasan Kekerasan terhadap Perempuan, sebuah organisasi pemerintah yang melacak serangan seksual terhadap perempuan, mengatakan telah mendokumentasikan 88 kasus pemerkosaan yang terkait dengan konflik yang sedang berlangsung, termasuk 42 di Khartoum dan 46 di Darfur.
Namun, unit tersebut mengatakan angka tersebut kemungkinan hanya mewakili 2% dari jumlah kasus yang sebenarnya, yang berarti ada kemungkinan 4.400 kasus kekerasan seksual sejak pertempuran dimulai pada 15 April, menurut lembaga amal Save the Children.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.