DUBLIN, KOMPAS.TV - Peristiwa ratusan anak yang dikuburkan secara massal, sebagian di septic tank, oleh sebuah ordo biarawati mulai diakui dan ditindak oleh Irlandia. Situs kuburan massal di Tuam, Galway tersebut, akan segera digali dan mayat-mayat yang ada akan diidentifikasi.
Sekelompok penyidik forensik yang dipimpin Daniel MacSweeney, mantan utusan Palang Merah Internasional ditugasi membongkar, menganalisis, dan mengidentifikasi ratusan mayat anak yang dikuburkan tanpa catatan resmi tersebut.
Mayat-mayat itu tadinya adalah anak-anak yang mati di panti ibu dan anak St. Mary’s, dikelola oleh biarawati dari Ordo Bon Secours. Panti itu dikhususkan menampung ibu tanpa ikatan pernikahan dan anak-anak yang dilahirkan mereka.
Panti di Tuam merupakan bagian dari jaringan kelembagaan yang dikelola Ordo Bon Secours. Jejaring ini berkembang menjadi panti asuhan sekaligus lembaga adopsi anak selama abad 20.
Kendati beroperasi secara resmi, jejaring ordo tersebut dikecam karena dituduh menelantarkan ibu dan anak, penuh stigma, misoginis, dan memiliki tingkat kematian bayi yang tinggi. Pemerintah Irlandia sendiri telah menyampaikan permintaan maaf secara resmi terkait Ordo Bon Secours pada 2021 silam.
Catherine Corless, sejarawan lokal Galway yang pertama mengungkap praktik Bon Secours, mengungkapkan bahwa tidak ada pencatatan kematian oleh ordo itu. Antara 1925-1961, ia menyebut terdapat 796 anak mati di St. Mary’s, sebagian di antaranya dibuang ke septic tank.
“Itu menjadi cara mudah untuk menyingkirkan mereka. Mereka tidak punya catatan kematian. Mereka tidak ingin siapa pun tahu. Selama ini, jenazah-jenazah mungil yang malang itu terurai di sini,” kata Corless dikutip The Guardian, Minggu (25/6/2023).
Baca Juga: Sejarah Hari Orang Tua Sedunia 2023, Ini Ucapan untuk Ayah dan Ibu yang Menyentuh Hati
Menteri Anak Irlandia Roderic O’Gorman menyatakan, proses penggalian ini dilakukan oleh tim independen. Namun, tim diwajibkan secara hukum menggunakan teknologi terkini untuk mencocokkan sampel DNA dengan kerabat yang masih hidup.
“Kejadian dengan skala seperti ini sebelumnya tidak ada di Irlandia. Ini akan menjadi salah satu operasi semacam yang paling rumit di dunia,” kata O’Gorman.
Menurutnya, tujuan penggalian di Tuam adalah memberi pemakaman layak bagi anak-anak yang dikuburkan tanpa diketahui umum.
“Saya selalu menanggap Tuam sebagai noda pada bangsa kami. Fakta bahwa bayi diperlakukan tak manusiawi bahkan saat kematiannya sangat menggelisahkan,” kata O’Gorman.
Catherine Corless mengaku pernah mendapati penghuni anak panti St. Mary’s saat masih kecil. Ia menyebut anak-anak yang ditampung di tempat itu hidup dalam kondisi melarat.
Pihak ordo menganggap anak-anak yang lahir tanpa hubungan pernikahan itu sebagai perwujudan dosa.
Saat masih berusia tujuh tahun, Corless pernah menjahili seorang anak panti dengan batu yang dibungkus kertas kado. Anak itu mengira Corless memberi hadiah. Saat mendapati sebongkah batu, Corless menyebut anak itu terlihat kecewa.
“Anak-anak itu benar-benar tidak punya apa pun. Saya ingat rasa sakit yang nyata di wajahnya,” kata perempuan berusia 68 tahun tersebut.
Panti St. Mary’s di Galway ditutup pada 1961. Bangunannya kemudian dirobohkan. Kini kompleks real estate berdiri di bekasnya.
Kuburan massal anak panti mulai terungkap ketika dua bocah di daerah itu menemukan tulang-belulang manusia di bekas septic tank pada 1975. Namun, tidak ada tindakan yang diambil. Sejumlah pihak awalnya menduga tulang-belulang itu adalah sisa bencana kelaparan pada 1840-an.
Corless kemudian menginvestigasi bekas kompleks panti St. Mary’s. Risetnya kemudian mendapat perhatian luas. Pada 2016, sebuah sampel DNA yang diambil menunjukkan salah satu mayat berasal dari masa berdirinya panti.
“Anak-anak ini diperlakukan sebagai komoditas. Bayi cantik ditawarkan untuk adopsi. Bayi yang sakit diabaikan dan dibiarkan mati,” kata Corless.
Ketika melakukan riset, Corless mengaku Ordo Bon Secours mencoba menghalanginya. Gereja Katolik pun disebut mencoba membantah temuannya.
“Itu membuat saya sepenuhnya menentang Gereja. Mereka memunggungi saya dan menyebarkan kebohongan,” katanya.
Corless pun berharap penggalian yang akan datang akan membuka tabir mengenai kematian anak-anak di panti Ordo Bon Secours. Ia berharap, kecocokan DNA dengan kerabat bisa membuat anak-anak itu mendapatkan pemakaman layak oleh keluarga.
Sebelum diakui pemerintah Irlandia, Corless telah memasang plakat yang menunjukkan jumlah anak-anak yang mati di tempat tersebut.
“Biarkan mereka beristirahat dalam damai? Ini fasilitas pembuangan, keluarkan mereka dari sini. Mari ungkap kebenaran mentah dari apa yang terjadi. Anda harus menggali seluruh tempat ini untuk menambal kerusakannya. Rakyat Irlandia perlu tahu apa yang terjadi,” kata Corless.
Baca Juga: SETARA Institute: Keppres 17/2022 Cara Jokowi Berpura-Pura Tanggung Jawab Pelanggaran HAM Masa Lalu
Sumber : The Guardian
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.