KIEV, KOMPAS.TV - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memutuskan menunda serangan balik terhadap pasukan Rusia. Menurutnya, meskipun serangan balik akan berhasil, terlalu banyak nyawa warga Ukraina yang akan hilang.
Pernyataan Zelenskyy dalam wawancara dengan lembaga penyiaran Eropa, Kamis (11/5/2023), muncul beberapa saat sebelum Inggris mengumumkan bahwa mereka telah mengirimkan rudal jelajah jarak jauh yang diluncurkan dari udara ke Ukraina, yang akan memungkinkan pilot untuk menghantam lokasi jauh di belakang garis depan pertempuran.
Serangan balik Ukraina terhadap serangan Rusia yang sudah berlangsung lebih dari 14 bulan telah digadang-gadang sejak lama, namun kini musim dingin sudah berubah menjadi musim semi, dan Zelenskyy mengatakan dalam wawancara tersebut, sebenarnya "kami dapat maju dan berhasil," menurut laporan BBC.
"Tapi kami akan kehilangan banyak nyawa. Saya pikir itu tidak dapat diterima," katanya dikutip dalam wawancara itu, yang dilakukan di Kiev dengan penyiar layanan publik anggota Eurovision News, termasuk BBC.
"Jadi kami perlu menunggu. Kami masih membutuhkan sedikit waktu," kata Zelenskyy. "Dalam hal peralatan, belum semuanya tiba."
Ukraina sedang menerima pelatihan dari Barat serta senjata canggih untuk pasukannya dalam persiapan serangan balik semacam itu.
Baca Juga: Inggris Minta Swasta Beri Penawaran Rudal Jarak Jauh untuk Ukraina, Perang akan Makin Berdarah
Sementaran, Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace memberitahu anggota parlemen bahwa mereka telah mengirimkan rudal Storm Shadow ke Ukraina.
Peluru kendali presisi yang dilengkapi bahan peledak konvensional itu punya jangkauan lebih dari 250 kilometer.
Sebagai perbandingan, peluncur roket presisi HIMARS yang dipasok Amerika Serikat mampu menembakkan rudal yang dipandu GPS dan mampu menghantam target hingga jarak 80 kilometer.
Wallace mengatakan rudal jelajah Storm Shadow "kini berada di dalam Ukraina," namun dia tidak menyebutkan berapa banyak yang telah tiba di Ukraina.
Rudal yang diluncurkan dari udara tersebut akan memungkinkan pasukan Ukraina menargetkan lokasi seperti Semenanjung Krimea yang diduduki Rusia. Kiev berjanji tidak menggunakannya untuk menyerang wilayah Rusia sendiri, kata media Inggris.
Langkah Inggris ini memberikan dorongan lain bagi militer Ukraina setelah mereka menerima senjata canggih Barat lainnya, termasuk tank dan artileri presisi jarak jauh.
Ben Hodges, pensiunan Jenderal bekas Komando Angkatan Darat Amerika Serikat di Eropa, mengirimkan cuitan, "Mantap Inggris!"
Baca Juga: Serangan Balik Tak Kunjung Kelihatan, PM Ukraina: Kami Hati-Hati
"Hal ini akan memberikan kemampuan Ukraina untuk membuat Krimea tidak layak dihuni oleh pasukan Rusia, dan memaksa Rusia untuk mengevaluasi penempatan armada Laut Hitamnya," kata Hodges.
Sidharth Kaushal, seorang anggota peneliti di Royal United Services Institute di London, mengatakan rudal Storm Shadow dapat memungkinkan Ukraina menyerang armada Laut Hitam Rusia dan kapal pendukungnya di Sevastopol, di mana rudal Kalibr milik Moskow selama ini "digunakan untuk menghantam infrastruktur penting Ukraina."
Meskipun serangan balasan mungkin terjadi ketika cuaca membaik, belum ada kabar mengenai waktunya.
Ucapan Zelenskyy mungkin bertujuan untuk membuat Rusia bingung, dan kedua belah pihak mengalami kesulitan dalam pasokan amunisi, menambah ketidakpastian.
Militer Ukraina hari Rabu mengatakan pasukannya berhasil maju hingga 2 kilometer di sekitar kota Bakhmut dalam pertempuran sengit, memunculkan pertanyaan apakah serangan balik sudah dimulai.
Serhii Cherevatyi, juru bicara Komando Operasional Timur Ukraina, mengatakan kepada Associated Press bahwa pertempuran dan pergerakan maju tersebut bukanlah "serangan balik skala penuh, tetapi merupakan tanda bahwa akan ada serangan serupa di masa depan."
Baca Juga: Rusia Kerap Gagalkan Sistem Roket Buatan AS HIMARS di Ukraina, Gunakan Pemblokir Elektronik
Namun Yevgeny Prigozhin, kepala pasukan militer swasta Rusia Wagner yang memimpin pertempuran Moskow untuk merebut kota Bakhmut, mengeklaim serangan balik Kiev "sedang berlangsung skala penuh", dengan pasukan Ukraina maju "di sisi-sisi" sekitar kota tersebut.
"Sayangnya, di beberapa wilayah mereka melakukannya dengan sukses," kata Prigozhin.
Pasukan Kremlin sangat terjebak di daerah timur Ukraina dengan garis pertahanan berlapis yang dilaporkan mencapai kedalaman 20 kilometer. Serangan balik Kiev kemungkinan akan menghadapi ranjau, parit antitank, dan hambatan lainnya.
Rusia "bertindak lambat" di Ukraina karena ingin melindungi infrastruktur dan menyelamatkan nyawa di sana, kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov dalam wawancara dengan saluran Bosnia Serb ATV yang disiarkan Rabu (10/5/2023) malam.
Moskow berulang kali menjelaskan lambatnya gerak maju di medan perang adalah upaya melindungi warga sipil, tetapi klaim-klaim tersebut menurut media Barat terbukti palsu.
Zelenskyy mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin berharap perang ini menjadi konflik yang disebut "mandek", di mana kedua belah pihak tidak mampu menggulingkan satu sama lain, menurut BBC. Dia menolak menyerahkan wilayah kepada Rusia sebagai imbalan kesepakatan perdamaian.
Baca Juga: Uni Eropa Didesak Tetapkan Wagner Group Rusia sebagai Organisasi Teroris
Para analis militer kerap memperingatkan, Putin berharap dukungan yang mahal dari Barat terhadap Kiev akan mulai terkikis.
Sekutu Barat Ukraina secara total sudah mengirimkan bantuan militer senilai USD70 miliar tanpa adanya perundingan perdamaian di cakrawala, dan aliansi tersebut bersiap untuk mengirim senjata lebih banyak lagi.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, mengatakan penundaan serangan balasan adalah tanda bahwa Barat harus meningkatkan dukungan militer bagi Ukraina.
"Tentu saja, mereka membutuhkan persiapan lebih baik," kata Borrell dalam konferensi pertahanan dan keamanan di Brussels. "Mereka membutuhkan lebih banyak senjata. Mereka perlu mengumpulkan lebih banyak kapabilitas, dan itulah yang harus kita sediakan."
Seorang pejabat senior NATO mengatakan dalam beberapa bulan mendatang, Ukraina akan punya keunggulan dalam kualitas, tetapi Rusia punya keunggulan dalam kuantitas.
"Rusia sekarang mulai menggunakan materiel dan kapabilitas yang sudah sangat kuno," kata Laksamana Bob Bauer, Ketua Komite Militer NATO, kepada wartawan hari Rabu malam di Brussels.
Baca Juga: Menlu Ukraina Ajak Negara-Negara Asia Tinggalkan Netralitas: Mari Berpihak ke Ukraina
"Rusia akan harus fokus pada jumlah atau kuantitas," katanya. "Jumlah yang lebih besar dari wajib militer dan orang-orang yang dimobilisasi. Tidak terlatih dengan baik. Materiel yang lebih tua, tetapi jumlahnya besar, dan tidak sepresisi, tidak sebaik yang baru."
Selama musim dingin, konflik ini terjebak dalam perang hancur-hancuran di mana kedua belah pihak sangat mengandalkan serangan jarak jauh terhadap posisi lawan.
Serangan balasan merupakan tantangan besar, di mana militer Ukraina perlu mengatur penyediaan amunisi, makanan, persediaan medis, dan suku cadang, yang terhampar di sepanjang jalur pasokan yang panjang. Garis depan pertempuran saat ini membentang lebih dari 1.000 kilometer.
Kremlin menginginkan Kiev untuk mengakui kedaulatan Rusia atas Krimea dan juga mengakui aneksasi provinsi Donetsk, Kherson, Luhansk, dan Zaporizhzhia pada bulan September lalu.
Ukraina menolak tuntutan tersebut dan menolak berbicara dengan Rusia sampai pasukan Rusia menarik diri dari semua wilayah yang diduduki.
Serangan jarak jauh terbaru Rusia menewaskan setidaknya enam warga sipil dan melukai 13 lainnya, kata kantor presiden Ukraina.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.