LONDON, KOMPAS.TV - Tas tradisional Thailand yang dirancang super mewah dan digunakan permaisuri Raja Thailand, Ratu Suthida, di penobatan Raja Inggris Charles III membetot perhatian selebriti dunia dan media sosial, seperti laporan Straits Times, Rabu (10/5/2023).
Raja dan Ratu Thailand berada di London dari 4 hingga 7 Mei untuk menghadiri penobatan Raja Charles III di Westminster Abbey.
Ratu Suthida terlihat membawa tas versi super mewah yang terbuat dari anyaman tanaman lipao, yang dikenal juga sebagai tas Yan Lipao, yang mendapat pujian di media sosial.
Keranjang kecil ini dikagumi oleh banyak orang yang menyaksikan upacara penobatan di seluruh dunia. Saat foto-foto anggota kerajaan dirilis untuk publik, tas Yan Lipao menjadi aksesori yang trending.
"Sangat cantik tas itu. Ada yang tahu siapa yang membuatnya?" kata Sandy (@sandnsky) di Twitter dengan foto-foto terpotong dari tas Ratu Thailand seperti laporan Thai PBS, Selasa, (9/5/2023). Tweet tersebut mendapatkan lebih dari 170.000 tayangan.
Tas tangan Ratu juga melengkapi pilihan pakaiannya, baik yang tradisional maupun yang kontemporer, semuanya terbuat dari sutra Thailand yang dianyam tangan.
Pengguna Twitter lainnya, @Jojo-march61, meng-tweet foto-foto tiga penampilan Ratu Suthida selama akhir pekan penobatan Raja Charles III dan menulis, "Semua anggota perempuan tamu Kerajaan sangat cantik, tetapi Ratu Suthida benar-benar mencuri perhatian. Dia menunjukkan gaya yang luar biasa dan terlihat begitu anggun dan cantik. Seorang Ratu muda yang menawan.
Tiga tas Lipao, masing-masing sesuai dengan pakaian yang dikenakannya - memberikan tampilan yang anggun dan rapi bagi Ratu Thailand. Mereka kecil dan memiliki berbagai bentuk.
Baca Juga: Prosesi Penobatan Raja Charles III, Resmi Jadi Raja Inggris Gantikan Ratu Elizabeth II
Yan Lipao: sejarah singkat
Kerajinan Yan Lipao yang unik di bagian Selatan telah diwariskan dari generasi ke generasi selama ratusan tahun.
Telah lama diasumsikan bahwa kerajinan ini berasal dari kebijaksanaan rakyat pada masa periode Ayutthaya pada masa Chao Phraya Nakhon Si Thammarat.
Tas Yan Lipao disebutkan selama pemerintahan Raja Rama II dalam catatan sejarah, yang mencatat tas itu dibawa dari Nakhon Si Thammarat sebagai hadiah untuk Raja, dan dibawa oleh kaum elite, terutama para perempuan di istana.
Tas Yan Lipao kemudian kehilangan popularitas dan hampir menghilang dari kehidupan Thailand hingga tahun 1970, hingga Ibu Ratu (saat itu HM Ratu Sirikit) memberikan kehidupan baru dengan mempromosikan pelestariannya dan pengembangannya sebagai pekerjaan paruh waktu bagi masyarakat di Selatan.
Beliau mengatur kursus pelatihan tentang cara membuat Yan Lipao melalui Yayasan SUPPORT. Sejak itu, tas ini menjadi populer di tingkat lokal dan nasional.
Selain menampilkan kerajinan yang eksklusif, Ibu Ratu juga peduli dengan pelestarian tanaman lipao sebagai bahan baku.
Beliau menyarankan masyarakat di Thailand Selatan untuk menanam tanaman ini dan mencegah tanaman tersebut punah.
Mendapatkan penghasilan tambahan dari kerajinan mereka juga membawa kebanggaan bagi penduduk desa di Selatan, dan tanaman lipao yang dulunya dianggap sebagai gulma, sekarang telah menjadi tanaman ekonomis.
Sejak tahun 1974, anyaman Yan Lipao terus dikembangkan dan tas-tas tersebut menjadi populer di kalangan kelas atas.
Baca Juga: Membedah Arti Pernak-Pernik Hingga Prosesi Penobatan Raja Charles III Bersama Sejarawan
Tas-tas mewah dari para pengrajin terampil
Tanaman yan lipao dapat ditemukan di provinsi-provinsi Selatan seperti Songkhla, Satun, Pattani, Narathiwat dan Nakhon Is Thammarat. Rantingnya dipanen dari hutan dan harus diolah secara teliti sebelum diolah dengan tangan terampil.
Benang paduan perak, emas dan tembaga sering dimasukkan ke dalam pola anyaman yang rumit dan tas-tas yang telah jadi juga dapat menampilkan lambang kerajaan dari anggota keluarga kerajaan tertentu.
Teknik anyaman yang diturunkan dari generasi ke generasi memungkinkan tanaman biasa diubah menjadi karya seni yang eksotis, beberapa di antaranya bisa bernilai ribuan dolar.
Selain keindahan pola yang rumit, Yan Lipao juga menampilkan warna alami yang indah dari serat bambu yang terjalin di antara ranting yan lipao.
Karena waktu dan keahlian yang diperlukan untuk membuat setiap keranjang, tas-tas ini cenderung dijual dengan harga yang relatif tinggi.
Pengrajin harus memiliki passion untuk jenis pekerjaan ini. Proses produksi yang mencakup persiapan ranting, anyaman pola, pengenceran, dan dekorasi, sangat memakan waktu. Hanya 1 atau 2 tas yang dapat diproduksi setiap bulannya.
Sumber : Thai PBS / Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.