YERUSALEM, KOMPAS.TV - Keluarga pria Palestina yang terbunuh dalam serangan pemukim ilegal Israel di Tepi Barat, wilayah Palestina yang diduduki Israel sejak 1967, mengaku kesulitan melaporkan pembunuhan tersebut ke polisi.
Polisi Israel baru bergerak setelah kasus tersebut viral usai media Israel melaporkannya.
Pria Palestina, Sameh al-Aqtash, ditembak di luar rumahnya di dekat Hawara, Tepi Barat, pada Februari.
Insiden itu terjadi saat kerumunan pemukim ilegal dan tentara Israel berkumpul di dekat pagar pembatas di dekat desa Palestina, Zaatara.
Baca Juga: Israel Berulah Lagi, Kali Ini saat Idulfitri: Menyerbu Kota, Menangkap Warga Palestina di Tepi Barat
Saudara Sameh, Rashdan, mengungkapkan keluarganya sudah dua kali melaporkan pembunuhan tersebut ke otoritas Israel, tetapi ditolak.
Tetapi setelah media Israel menyoroti kesulitan yang dialami pihak keluarga korban, polisi baru melakukan penyelidikan.
Rashdan mengatakan warga Zaatara tak bersenjata ketika dikonfrontasi oleh kerumunan pemukim ilegal tersebut pada 26 Februari 2023.
“Mereka mulai melempari batu, dan kami juga melempari mereka dengan batu sambil berteriak ‘Allahu Akbar’,” katanya, dikutip dari BBC.
“Pada situasi seperti ini, tentara biasanya menembakkan gas air mata untuk membubarkan orang, dan kemudian peluru karet, serta akhirnya mereka menembak ke arah udara. Pada saat ini, mereka mulai menembakkan peluru tajam ke arah orang-orang,” tambahnya.
Diperlukan 40 menit membawa Sameh ke rumah sakit karena jalan ditutup. Ia pun akhirnya dinyatakan tewas dalam perjalanan.
Keluarga itu mengatakan mereka telah berusaha melaporkan kematiannya ke kantor penghubung militer di Hawara.
Tetapi ketika itu, petugas menolak untuk menerima mereka. Setelah ditolak, keluarga tersebut beserta pengacaranya menuju kantor polisi di permukiman ilegal Israel, Ariel. Tetapi mereka terus ditolak, walau sudah bolak-balik ke tempat itu.
Setelah media Israel menyoroti apa yang dialami keluarga tersebut, polisi dari Ariel baru menghubungi keluarga itu.
Juru bicara kepolisian mengonfirmasi lewat pernyataan bahwa investigasi telah dilakukan.
Hal tersebut termasuk mengambil forensik dan bukti-bukti lainnya.
Baca Juga: Ukraina Terus Minta Amunisi Artileri 155mm, Inilah Alasan Pentingnya
“Kami akan melanjutkan untuk menginvestigasi kasus ini demi mencapai kebenaran,” bunyi pernyataan tersebut.
Rashdan mengakui pihak kepolisian akhirnya mendengarkan mereka, tetapi ia tak terlalu berharap kepolisian akan melakukan sesuatu.
Menurut Direktur Ekskutif organisasi Hak Asasi Manusia Yesh Din, Ziv Stahl, banyak warga Palestina kesulitan melaporkan kejahatan ke polisi Israel.
Stahl mengatakan 93 persen keluhan terhadap polisi Israel terkait kekerasan yang dilakukan para pemukim ilegal atau bermotivasi kejahatan ideologi, biasanya ditutup tanpa adanya hukuman.
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.