Arab Saudi melihat dengan ngeri saat pemberontakan pro-demokrasi bergerak ke timur dari Tunisia dan Mesir ke Teluk. Demonstrasi di Bahrain dianggap sebagai garis merah karena khawatir mayoritas Syiah di pulau itu akan berkuasa dan bersekutu dengan Iran.
Pasukan Saudi membantu menumpas ketidakpuasan Syiah di Bahrain atas permintaan keluarga kerajaan Sunni Bahrain.
Arab Saudi menuduh sebagian warga Syiah di Provinsi Timur bekerja sama dengan negara asing – yang berarti Iran – untuk menanamkan ketidakpuasan, setelah bentrokan antara polisi dan warga Syiah.
Amerika Serikat mengatakan telah mengungkap rencana Iran untuk membunuh Duta Besar Arab Saudi di Washington. Riyadh mengatakan buktinya kuat dan Teheran akan membayar akibatnya. Iran membantah laporan tersebut dan menyebutnya sebagai sebuah fabrikasi yang bertujuan untuk memperkeruh hubungan Teheran dan Riyadh.
2011: Perang Suriah, Pelonggaran Ketegangan AS - Iran, Perundingan Nuklir
Hassan Rouhani yang moderat terpilih sebagai presiden Iran pada Juni 2013 dan mengubah kebijakan luar negeri Iran yang selama ini berkonfrontasi menjadi kebijakan yang menebar perdamaian.
Iran mencapai kesepakatan interim dengan negara-negara besar pada November untuk membatasi aktivitas nuklirnya. Hubungan antara Iran dan sebagian besar tetangga Arab Teluk membaik.
Dewan Kerja Sama Teluk yang dipimpin oleh Arab Saudi pada Desember tahun itu meminta hubungan bertetangga yang baik dengan Iran berdasarkan prinsip "tidak campur tangan dalam urusan internal".
Namun, hubungan Iran-Arab Saudi tetap dingin, dengan persaingan kekuasaan regional mereka tercermin dalam perang saudara Suriah.
Riyadh adalah pendukung terkemuka pemberontak yang melawan Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang merupakan sekutu dekat Teheran.
Pada 2015, Arab Saudi ikut campur di Yaman di bawah koalisi yang didukung oleh Barat melawan gerakan Houthi setelah kelompok yang bersekutu dengan Iran itu menggulingkan pemerintah yang diakui secara internasional dari kekuasaannya di ibu kota Sanaa.
Perang tersebut kini dalam kebuntuan militer selama bertahun-tahun.
Baca Juga: Arab Saudi Merapat ke China, Gabung Blok Keamanan Tiongkok-Rusia: Organisasi Kerja Sama Shanghai
2016: Hubungan Memburuk
Pada 2 Januari 2016, Arab Saudi mengeksekusi mati hampir 50 orang, termasuk ulama Syiah terkenal Nimr al-Nimr. Demonstran di Teheran menyerbu kedutaan besar Arab Saudi dan pemimpin tertinggi Iran Syiah, Ayatollah Ali Khamenei, bersumpah akan hadirnya "pembalasan ilahi" atas eksekusi Nimr.
Arab Saudi memutuskan hubungan dengan Iran pada 3 Januari 2016.
Iran menuduh Arab Saudi melakukan serangan udara terhadap kedutaannya di Yaman pada 7 Januari 2016. Pejabat Arab Saudi membantah tuduhan tersebut dan menyebutnya sebagai propaganda.
Pada 29 Mei 2016, Iran melarang warganya untuk menjalankan ibadah haji, menyalahkan Arab Saudi atas "sabotase" dan kegagalannya dalam menjamin keselamatan para jemaah.
2019 hingga saat ini
Pada 14 September 2019, Arab Saudi menuduh Iran melakukan serangan terhadap instalasi kilang minyaknya yang mengakibatkan separuh pasokan minyak Arab Saudi terhenti.
Iran membantah tuduhan keterlibatan mereka. Kelompok Houthi yang pro-Iran di Yaman mengeklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Pada 3 Januari 2020, komandan militer Iran, Qasem Soleimani, terbunuh dalam serangan drone Amerika Serikat di Baghdad, Irak.
Pada 9 April 2021, Iran dan Arab Saudi mengadakan pertemuan langsung pertama mereka sejak terputusnya hubungan, yang diadakan di Baghdad.
Antara April 2021 dan September 2022, empat putaran pembicaraan dilakukan, kebanyakan difasilitasi oleh Irak dan Oman.
Iran menarik diri dari pembicaraan pada 13 Maret 2022, menjelang putaran kelima yang direncanakan, sehari setelah eksekusi massal di Arab Saudi yang melibatkan 41 orang muslim Syiah menurut aktivis.
Iran dan Arab Saudi mengadakan putaran kelima pembicaraan pada 21 April 2022.
Pada 19 Oktober 2022, penasihat teratas Ayatollah Khamenei meminta pembukaan kembali kedutaan besar Iran dan Arab Saudi.
Presiden China Xi Jinping mengunjungi Arab Saudi pada 9 Desember 2022 dan mengadakan pembicaraan dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Presiden Iran Ebrahim Raisi mengunjungi China pada 16 Februari 2023, untuk bertemu dengan Xi.
Iran dan Arab Saudi pada 11 Maret 2023, setuju untuk memulihkan hubungan dalam kesepakatan yang difasilitasi oleh China setelah bertahun-tahun perselisihan.
Sumber : Kompas TV/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.