Kompas TV internasional krisis rusia ukraina

Bagaimana Perang Ukraina Jadi Ajang Cari Duit Kelompok Tentara Bayaran

Kompas.tv - 28 Februari 2023, 06:10 WIB
bagaimana-perang-ukraina-jadi-ajang-cari-duit-kelompok-tentara-bayaran
Ilustrasi. Suasana pusat kota yang gelap karena padamnya aliran listrik setelah roket Rusia menerjang Kiev, Ukraina, Rabu, 23 November 2022. Tak hanya militer reguler, berbagai kelompok tentara bayaran disebut terlibat dalam perang Rusia-Ukraina yang berlangsung sejak Vladimir Putin meluncurkan invasi pada 24 Februari 2022 lalu. (Sumber: AP Photo/Andrew Kravchenko)

PMC-PMC asal AS dan negara-negara Eropa disebut mencari peluang keuntungan di tengah perang, mulai dari menyediakan jasa evakuasi hingga membantu dengan logistik.

Kata Pelton, perusahaan tentara bayaran diganjar antara USD30.000 (Rp460 juta) hingga USD6 juta (Rp92 miliar) untuk mengeluarkan seseorang atau keluarga dari Ukraina.

Sebagian PMC Barat yang beroperasi di Ukraina mengaku tidak terjun untuk bertempur. Mereka mengaku disewa untuk membantu misi kemanusiaan.

“Kebanyakan orang yang saya kenal adalah dokter, asisten tenaga kesehatan, paramedis, perawat, dan bekas petugas operasi khusus atau non-operasi khusus yang memiliki pengelaman tempur dan paham (situasi perang),” kata Mykel Hawke, mantan perwira pasukan khusus AS yang bekerja pada perusahaan penyedia jasa di medan perang.

Tony Schiena, CEO Mosaic, firma keamanan asal AS yang telah beroperasi di Ukraina, menyebut harga evakuasi tergantung kompleksitas operasi.

“Jika ada lebih banyak orang, risikonya lebih tinggi. Anak-anak dan keluarga lebih sulit (dievakuasi). Itu semua tergantung metode-metode yang kami tempuh untuk mengeluarkan mereka,” kata Schinea dikutip BBC.

Schiena menyatakan bahwa operasi Mosaic umumnya berbasis intelijen, bukan militer. Perusahaan ini mempekerjakan sejumlah mantan pejabat tinggi intelijen AS di jajaran direksi.

Sementara di pihak Rusia, kombatan Wagner Group disebut naik gaji selama invasi ke Ukraina. Wagner pun disebut melakukan rekrutmen besar-besaran untuk invasi.

Sebelum Moskow mengizinkan Wagner merekrut narapidana, kelompok itu dilaporkan menggaet kombatan-kombatan dari Turki, Serbia, Republik Ceko, Polandia, Hungaria, Jerman, Kanada, Moldovia, hingga negara-negara Amerika Latin.

Sebelum perang Rusia-Ukraina, Wagner Group diyakini membayar kombatan antara USD3.000-5.000 (Rp46 juta-76 juta) per bulan. Setelah invasi, tren upah kombatan Wagner naik menjadi USD10.000 (Rp153 juta) per bulan.

“Mereka biasanya merekrut orang-orang dengan pengalaman militer kuat, tetapi invasi (Rusia) telah mengubah Wagner,” kata seorang narasumber yang mafhum dengan praktik tentara bayaran dikutip Middle East Eye, Oktober 2022 lalu.

“Sekarang mereka mencoba menggaet individu-individu yang tak ragu membunuh orang dan butuh uang,” lanjutnya.

Baca Juga: Wagner Group dan Tentara Pemerintah Diyakini Eksekusi Ratusan Orang, Tebar Kejahatan Perang di Mali

Tony Schiena menyebut, walaupun tanpa perang besar di Ukraina, permintaan atas jasa tentara bayaran atau perusahaan militer swasta akan terus ada.

"Tergantung bagaimana konflik akan berlangsung, saya pikir akan ada kebutuhan konstan untuknya (PMC),” kata Schiena.

“Ada kebutuhan konstan, dan seiring eskalasi atau de-eskalasi (perang Ukraina), akan ada sesuatu yang harus kami lakukan,” lanjutnya.

Industri jasa keamanan atau militer sendiri dilaporkan akan terus meningkat, kendati pelacakan kontraktor militer atau aliran uangnya masih menjadi tantangan tersendiri bagi peneliti.

Sebuah laporan Aerospace & Defense News memperkirakan bahwa industri keamanan dan militer global semakin bernilai seiring waktu. Industri tersebut diperkirakan akan bernilai lebih dari USD457 miliar (Rp7 kuadriliun) per 2030, naik dari sekitar USD224 miliar (Rp3,4 kuadriliun) pada 2020.

Baca Juga: Ternyata Ribuan Warga Rusia Kabur ke Thailand karena Takut Dikirim Perang ke Ukraina


 



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x