MOGADISHU, KOMPAS.TV - Setidaknya 57 orang dipastikan tewas dalam beberapa hari bentrokan bersenjata antara pejuang antipemerintah dan pasukan keamanan Somaliland di kota sengketa Las-Anod, Somaliland, setelah para pemimpin lokal mengatakan mereka ingin bergabung kembali dengan pemerintah federal Somalia.
Hal itu diungkapkan seorang dokter seperti laporan Associated Press, Sabtu (11/2/2023).
Abdimajid Hussein Sugulle, direktur jenderal rumah sakit umum di Las-Anod, mengatakan kepada The Associated Press, lebih dari 400 orang juga terluka dalam pertempuran selama hampir seminggu.
Pihak berwenang di Somaliland, wilayah yang terpisah dari Somalia tiga dekade lalu dan saat ini mencari pengakuan sebagai negara merdeka, mengumumkan gencatan senjata sepihak hari Jumat malam. Namun, penduduk mengatakan pertempuran terus berlanjut di dalam dan sekitar kota sebelah timur Somaliland.
Somaliland dan negara bagian Puntland Somalia mempersengketakan Las-Anod selama bertahun-tahun , tetapi kota tersebut tetap berada di bawah kendali Somaliland.
Pemerintah Somaliland menuduh militan klan menyasar fasilitas militernya. Tetua adat menuduh balik pasukan Somaliland menyerang kota dan mengatakan satu-satunya cara untuk memulihkan perdamaian adalah dengan pasukan Somaliland meninggalkan wilayah tersebut.
PBB mengatakan pertempuran itu telah membuat lebih dari 80.000 orang mengungsi. Air dan listrik terputus di tengah penembakan.
“Penembakan tanpa pandang bulu terhadap warga sipil tidak dapat diterima dan harus dihentikan,” kata PBB dan mitra internasional dalam sebuah pernyataan awal pekan ini.
Masyarakat Bulan Sabit Merah Somalia mengatakan korban tewas termasuk salah satu relawannya, yang tewas terkena peluru nyasar.
Baca Juga: AS Bunuh Pemimpin ISIS Somalia Lewat Operasi Militer, Tapi Ditakutkan Kelompok Itu Terus Berkembang
Masing-masing pihak menuduh pihak lain yang memulai pertempuran. Hari Senin lalu, tetua setempat yang telah bertemu di kota tersebut mengeluarkan pernyataan yang menyatakan mereka bukan bagian dari Somaliland. Deklarasi tersebut menyatakan wilayah tersebut adalah bagian dari republik federal Somalia dan “mendukung persatuan dan integritas” Somalia.
Pemerintah Somaliland langsung menolak deklarasi tersebut.
Dalam sebuah pernyataan, Somaliland mengatakan pasukannya memerangi "kelompok teroris internasional yang berencana menciptakan ketidakamanan, dan ketidakstabilan" di Las Anod, dan memperingatkan bahwa kekerasan di Las Anod mengancam stabilitas kawasan.
Dalam pernyataan yang sama, Somaliland mengatakan siap menyelesaikan situasi di Las Anod melalui dialog dan konsensus.
Para tetua di Las Anod mengatakan mereka bukan teroris dan mereka memilih 45 anggota untuk memerintah daerah tersebut. Mereka mendesak Somaliland untuk menarik pasukannya.
Presiden Somalia Hassan Sheikh Mohamud menyerukan penghentian permusuhan di Las Anod. Dia mengatakan dalam pidatonya bahwa konflik di Las Anod membutuhkan “solusi politik”.
Dia mengatakan penyelesaian perselisihan itu akan menjadi bagian dari upaya keseluruhan untuk mendapatkan persatuan Somalia. “Letakkan senjata, hentikan tembakan, mulai dialog,” kata Mohamud.
Pemerintah federal juga mengatakan menyambut keputusan rakyat Las Anod untuk mendukung solidaritas dengan Somalia.
Sumber : Kompas TV/Associated Press/VOA
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.