WASHINGTON, KOMPAS.TV — Pengebom siluman nuklir terbaru Amerika Serikat (AS) membuat debut publiknya setelah bertahun-tahun pengembangan rahasia. Debut publik pesawat pengebom siluman itu juga sekaligus merupakan bagian dari jawaban Pentagon atas meningkatnya kekhawatiran terhadap konflik di masa depan dengan China.
B-21 Raider adalah pesawat pengebom AS baru pertama dalam lebih dari 30 tahun. Hampir setiap aspek program dirahasiakan, seperti dilansir Associated Press, Jumat (2/12/2022).
Menjelang pembukaannya pada Jumat di fasilitas Angkatan Udara di Palmdale, California, hanya gambar rendering pesawat dari para seniman yang dirilis. Beberapa gambar itu mengungkapkan bahwa Raider menyerupai pengebom siluman nuklir hitam yang pada akhirnya akan diganti, yaitu B-2 Spirit.
Pengebom itu adalah bagian dari upaya Pentagon untuk memodernisasi ketiga kaki triad nuklirnya, yang mencakup rudal balistik nuklir yang diluncurkan silo dan hulu ledak yang diluncurkan kapal selam. AS sendiri selama beberapa dekade terakhir beralih dari kampanye kontraterorisme demi mengejar lajunya modernisasi militer China.
China tengah berada di jalur yang tepat untuk memiliki 1.500 senjata nuklir pada tahun 2035. Pencapaiannya dalam hipersonik, perang dunia maya, kemampuan luar angkasa, dan bidang lainnya menghadirkan "tantangan paling penting dan sistemik bagi keamanan nasional AS dan sistem internasional yang bebas dan terbuka," kata Pentagon minggu ini dalam laporan tahunan China.
"Kami membutuhkan pengebom baru untuk abad ke-21 yang akan memungkinkan kami menghadapi ancaman yang jauh lebih rumit, seperti ancaman yang kami khawatirkan suatu hari akan kami hadapi dari China, Rusia," kata Deborah Lee James, sekretaris Angkatan Udara saat itu.
Kontrak Raider diumumkan pada tahun 2015. "B-21 lebih dapat bertahan dan dapat menghadapi ancaman yang jauh lebih sulit ini."
Baca Juga: Pengebom Rusia dan China Terbang Patroli Bersama di Atas Pasifik, Melipir Perbatasan Korea Selatan
Sementara B-21 Raider mungkin mirip dengan B-2, begitu Anda masuk ke dalam, kemiripannya berhenti, kata Kathy Warden, kepala eksekutif Northrop Grumman Corp yang membangun Raider.
“Cara beroperasi secara internal sangat maju dibandingkan dengan B-2, karena teknologinya berkembang sangat pesat dalam hal kemampuan komputasi yang sekarang dapat kami tanamkan dalam perangkat lunak B-21,” kata Warden.
Beberapa analis pertahanan menyebut, perubahan lain kemungkinan termasuk bahan canggih yang digunakan sebagai pelapis untuk membuat pengebom lebih sulit dideteksi, cara baru untuk mengontrol emisi elektronik sehingga pengebom dapat menipu radar musuh dan menyamar sebagai objek lain. Pun, penggunaan teknologi propulsi baru.
Dalam lembar fakta, Northrop Grumman yang berbasis di Falls Church, Virginia mengatakan sedang menggunakan "teknik dan bahan manufaktur baru untuk memastikan B-21 akan mengalahkan sistem anti-akses dan penyangkalan area yang akan dihadapinya."
Warden tidak dapat membahas secara spesifik teknologi tersebut, tetapi mengatakan pengebom akan lebih siluman.
"Ketika kita berbicara tentang kemampuan pengamatan yang rendah, itu adalah kemampuan pengamatan yang sangat rendah," kata Warden. "Kamu akan mendengarnya, tetapi kamu benar-benar tidak akan melihatnya."
Enam B-21 Raider sedang dalam produksi; Angkatan Udara AS berencana untuk membangun 100 unit yang dapat menggunakan senjata nuklir atau bom konvensional dan dapat digunakan dengan atau tanpa awak manusia.
Baca Juga: Pesawat Pengebom China dan Rusia Wira-wiri Langgar Wilayah Udara, Korea Selatan Kerahkan Jet Tempur
Baik Angkatan Udara AS dan Northrop juga menunjukkan perkembangan Raider yang relatif cepat: Pengebom tersebut beralih dari kontrak pemesanan menjadi pemunculan hanya dalam tujuh tahun. Program pesawat tempur dan kapal baru lainnya memakan waktu puluhan tahun.
Harga pengebom tidak diketahui. Angkatan Udara sebelumnya menetapkan harga untuk pembelian 100 pesawat dengan biaya rata-rata masing-masing $550 juta pada tahun 2010, kira-kira $753 juta hari ini – tetapi tidak jelas berapa banyak yang sebenarnya dibelanjakan Angkatan Udara.
Harga itu tidak meresahkan pengawas pemerintah. “Ini mungkin menjadi tantangan besar bagi kami untuk melakukan analisis normal kami terhadap program besar seperti ini,” kata Dan Grazier, seorang peneliti kebijakan pertahanan senior AS.
“Mudah untuk mengatakan bahwa B-21 masih sesuai jadwal sebelum benar-benar terbang. Karena masalah baru bisa ditemukan ketika salah satu dari program ini masuk ke tahap pengujian yang sebenarnya. Dan itulah titik ketika jadwal benar-benar mulai meleset dan biaya benar-benar mulai meningkat," ujarnya memperingatkan.
Raider tidak akan melakukan penerbangan pertamanya hingga 2023. Namun, dengan menggunakan komputasi canggih, kata Warden, Northrop Grumman telah menguji kinerja Raider menggunakan digital twin, replika virtual dari yang sedang diluncurkan.
B-2 juga diharapkan menjadi armada lebih dari 100 pesawat, tetapi Angkatan Udara AS akhirnya hanya membangun 21 di antaranya. Ini lantaran adanya pembengkakan biaya dan lingkungan keamanan yang berubah setelah Uni Soviet jatuh.
Lebih sedikit dari itu yang siap untuk terbang karena kebutuhan perawatan yang signifikan dari pengebom yang sudah tua, kata Todd Harrison, seorang spesialis kedirgantaraan dan direktur pelaksana di Metrea Strategic Insights.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.