KUALA LUMPUR, KOMPAS.TV - Ketua Pakatan Harapan PH Anwar Ibrahim dilantik sebagai perdana menteri ke-10 Malaysia, Kamis (24/11/2022). Pelantikan itu mengakhiri penantian selama 24 tahun untuk memimpin negara tersebut.
Seperti laporan Straits Times, Anwar mengenakan baju formal melayu hitam dengan sampin emas, tersenyum lebar saat dipanggil untuk mengambil sumpah jabatan.
Datuk Seri Anwar Ibrahim, 75 tahun, dilantik sebagai perdana menteri setelah raja, Sultan Abdullah bin Sultan Ahmad Shah, membuat keputusan usai konferensi dengan penguasa Melayu dalam pertemuan khusus sembilan raja negara bagian.
“Setelah melalui pandangan para penguasa Melayu, Yang Mulia menyetujui pengangkatan Datuk Seri Anwar Ibrahim sebagai Perdana Menteri ke-10 Malaysia,” kata Pengawas Kerajaan Fadli Syamsuddin, Kamis sore.
Upacara pelantikan tersebut dihadiri oleh pejabat tinggi seperti sekretaris pemerintah, hakim agung, jaksa agung, pembicara dari kedua majelis parlemen dan para pemimpin dari PH dan Barisan Nasional BN.
Anwar duduk di sebelah istrinya dan mantan wakil perdana menteri Wan Azizah Wan Ismail, dengan enam anak mereka, termasuk mantan anggota parlemen Nurul Izzah Anwar, hadir.
Pelantikan ini terjadi setelah sebagian besar pihak menyetujui proposal Sultan Abdullah untuk sebuah pemerintahan persatuan setelah pemilihan umum hari Sabtu menghasilkan Parlemen Malaysia yang tidak memiliki kubu mayoritas.
Baca Juga: Kisah Anwar Ibrahim, Dari Tahanan yang Digebuki Menjadi Perdana Menteri Malaysia
Presiden Partai Keadilan Rakyat (PKR) Anwar dan saingannya ketua Perikatan Nasional (PN) Muhyiddin Yassin, juga berusia 75 tahun, menemui jalan buntu dan tidak dapat mengumpulkan 112 anggota parlemen yang diperlukan untuk mendapatkan mayoritas sederhana di badan legislatif.
Setelah UMNO mengonfirmasi pada Kamis pagi bahwa mereka akan bergabung dengan pemerintah persatuan, menyimpang dari sikap koalisi Barisan Nasional (BN) sebelumnya yang tetap menjadi oposisi, partai-partai lain di seluruh negeri mengikutinya.
Bahkan, PN mengatakan akan mempertimbangkan diskusi pemerintah persatuan dengan pihak-pihak yang berpikiran sama.
Pasar melonjak pada akhir kebuntuan politik. Mata uang ringgit membukukan hari terbaiknya dalam dua minggu dan ekuitas naik 3 persen, mencapai level tertinggi dalam 15 bulan.
The Straits Times mendapat informasi tentang kesepakatan yang dicapai antara PH dan BN yang kemudian berperan sebagai penentu dengan 30 anggota parlemen, meskipun koalisi yang dipimpin UMNO dipermalukan pada pemungutan suara hari Sabtu.
Walau begitu, dengan kesepakatan ini, UMNO mendapatkan beberapa portofolio senior, dengan tokoh nomor dua UMNO Mohammad Hasan akan dilantik sebagai wakil perdana menteri.
Naiknya Anwar Ibrahim ke posisi puncak, setelah dipecat sebagai wakil perdana menteri pada 1998 di tengah tuduhan sodomi dan penyalahgunaan kekuasaan yang kontroversial, menandai kemenangan luar biasa setelah perjalanan yang mencakup dua kali hukuman penjara.
Baca Juga: Anwar Ibrahim PM Baru Malaysia Dilantik Sore Ini Pukul 17.00, Kemelut Berakhir
Dia diangkat sebagai wakil perdana menteri di bawah pemerintahan UMNO Tun Dr Mahathir Mohamad tahun 1993, tetapi prospeknya meredup setelah dia dipenjara karena korupsi pada tahun 1999.
Penahanannya memicu protes jalanan dan membidani kelahiran PKR-nya, yang sekarang memimpin PH.
Anwar kembali dipenjara tahun 2015 atas tuduhan sodomi, tetapi diberi grasi kerajaan dan dibebaskan pada Mei 2018 setelah PH memenangkan pemilihan umum tahun itu.
Dr Mahathir, yang meninggalkan UMNO dan bergandengan tangan dengan Anwar untuk mengamankan kemenangan PH, kemudian menjadi perdana menteri.
Ketua PKR kemudian secara luas diperkirakan akan naik ke tampuk kekuasaan sebagai bagian dari kesepakatan dalam PH, dimana Anwar akan mengambil alih sebagai perdana menteri setelah dua tahun jabatan Dr Mahathir.
Baca Juga: UMNO Setuju Dukung Pembentukan Pemerintahan Persatuan, Kemelut Politik Malaysia Temui Titik Terang
Namun, kemajuannya kembali digagalkan ketika pemerintahan PH runtuh pada Februari 2020 menyusul pembelotan.
Anwar dan Tan Sri Muhyiddin sama-sama mempertaruhkan klaim mereka setelah koalisi masing-masing memenangkan 81 dan 73 kursi, masing-masing, dalam pemilihan umum hari Sabtu, yang juga membuat Dr Mahathir jatuh dari kekuasaan dalam kekalahan telak.
Sultan Abdullah turun tangan pada hari Selasa untuk mengemukakan gagasan tentang pemerintahan persatuan.
Keputusan Muhyiddin untuk menolak proposal tersebut, mengeklaim dia memiliki mayoritas sederhana dengan dukungan dari pihak lain, terbukti fatal bagi harapannya.
Sumber : Kompas TV/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.