Naiknya Anwar Ibrahim ke posisi puncak, setelah dipecat sebagai wakil perdana menteri pada 1998 di tengah tuduhan sodomi dan penyalahgunaan kekuasaan yang kontroversial, menandai kemenangan luar biasa setelah perjalanan yang mencakup dua kali hukuman penjara.
Baca Juga: Anwar Ibrahim PM Baru Malaysia Dilantik Sore Ini Pukul 17.00, Kemelut Berakhir
Dia diangkat sebagai wakil perdana menteri di bawah pemerintahan UMNO Tun Dr Mahathir Mohamad tahun 1993, tetapi prospeknya meredup setelah dia dipenjara karena korupsi pada tahun 1999.
Penahanannya memicu protes jalanan dan membidani kelahiran PKR-nya, yang sekarang memimpin PH.
Anwar kembali dipenjara tahun 2015 atas tuduhan sodomi, tetapi diberi grasi kerajaan dan dibebaskan pada Mei 2018 setelah PH memenangkan pemilihan umum tahun itu.
Dr Mahathir, yang meninggalkan UMNO dan bergandengan tangan dengan Anwar untuk mengamankan kemenangan PH, kemudian menjadi perdana menteri.
Ketua PKR kemudian secara luas diperkirakan akan naik ke tampuk kekuasaan sebagai bagian dari kesepakatan dalam PH, dimana Anwar akan mengambil alih sebagai perdana menteri setelah dua tahun jabatan Dr Mahathir.
Baca Juga: UMNO Setuju Dukung Pembentukan Pemerintahan Persatuan, Kemelut Politik Malaysia Temui Titik Terang
Namun, kemajuannya kembali digagalkan ketika pemerintahan PH runtuh pada Februari 2020 menyusul pembelotan.
Anwar dan Tan Sri Muhyiddin sama-sama mempertaruhkan klaim mereka setelah koalisi masing-masing memenangkan 81 dan 73 kursi, masing-masing, dalam pemilihan umum hari Sabtu, yang juga membuat Dr Mahathir jatuh dari kekuasaan dalam kekalahan telak.
Sultan Abdullah turun tangan pada hari Selasa untuk mengemukakan gagasan tentang pemerintahan persatuan.
Keputusan Muhyiddin untuk menolak proposal tersebut, mengeklaim dia memiliki mayoritas sederhana dengan dukungan dari pihak lain, terbukti fatal bagi harapannya.
Sumber : Kompas TV/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.