NEW YORK, KOMPAS.TV - Rusia cuek dan menolak keras keputusan Majelis Umum PBB hari Senin yang mengadopsi resolusi, menyerukan Rusia untuk membayar ganti rugi perang ke Ukraina.
Seperti dilansir dari laman PBB, Selasa, (15/11/2022), Wakil Perwakilan Federasi Rusia untuk PBB Dmitry Polyansky mengatakan Negara-negara yang menderita selama berabad-abad perbudakan dan pencurian sumber daya alam harus menuntut reparasi dari negara-negara Barat
Hampir 50 negara turut mensponsori resolusi tentang pembentukan mekanisme internasional untuk kompensasi atas kerusakan, kehilangan dan cedera, serta daftar untuk mendokumentasikan bukti dan klaim.
Majelis Umum adalah badan PBB yang paling representatif, terdiri dari 193 negara anggota.
Sembilan dari 94 negara memberikan suara mendukung resolusi tersebut, dan 14 negara menentang, sementara 73 negara abstain termasuk Indonesia.
Majelis Umum PBB dengan suara mayoritas mengadopsi rancangan resolusi tentang kompensasi atas kerusakan di Kiev . Resolusi tersebut didukung oleh 94 anggota organisasi, 14 menentang, perwakilan dari 73 negara lainnya abstain.
“Tentu saja, kecaman terhadap negara-negara Barat itu benar-benar tidak menyenangkan dan tidak nyaman bagi mereka, karena semua orang mengatakan tidak mungkin untuk memprioritaskan satu situasi krisis, yang saat ini sedang berkecamuk di dunia dengan intensitas bervariasi sekitar 30 konflik. Konflik Ukraina hanya salah satunya," katanya di saluran TV Rossiya 24.
Baca Juga: Indonesia dan 142 Anggota Majelis Umum PBB Kutuk Pencaplokan 4 Wilayah Ukraina oleh Rusia
"Poin kedua yang dicela kepada mantan mitra Barat kami, jika Anda berbicara tentang reparasi, tentang kompensasi untuk apa pun, maka bukan Anda yang harus menuntut reparasi, tetapi negara-negara yang menderita selama berabad-abad dalam perbudakan, kolonialisme, dari perampokan sumber daya alam, embargo, dan sebagainya ... Negara-negara berkembang terutama, sehingga menunjukkan mereka tidak mendukung kunjungan semacam itu," tegas Polyansky.
Dalam mempresentasikan resolusi tersebut, Duta Besar Ukraina Sergiy Kyslytsya menggunakan pepatah alkitab bahwa “tidak ada yang baru di bawah matahari” sebagai motif di seluruh sambutannya.
Kyslysta bersikeras Rusia harus bertanggung jawab atas pelanggaran hukum internasionalnya.
“Tujuh puluh tujuh tahun yang lalu, Uni Soviet menuntut dan menerima reparasi, menyebutnya sebagai hak moral dari sebuah negara yang menderita perang dan pendudukan,” katanya.
“Hari ini, Rusia, yang mengklaim sebagai penerus tirani abad ke-20, melakukan segala cara untuk menghindari membayar harga untuk perang dan pendudukannya sendiri, mencoba melarikan diri dari pertanggungjawaban atas kejahatan yang dilakukannya.”
Kyslytsya menunjukkan Rusia juga mendukung pembentukan Komisi Kompensasi PBB (UNCC), yang didirikan pada tahun 1991 setelah invasi Irak dan pendudukan Kuwait.
Sumber : Kompas TV/UN/Ria Novosti
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.