Hingga akhirnya, Arafat menyerahkan jabatannya sebagai ketua PLO pada 2003 dan meninggal di Paris, Prancis pada 2004.
Berkali-kali perjanjian damai ini selalu dikhianati, hingga aksi kekerasan dari kedua belah pihak terus terjadi.
Bahkan, Yitzhak Rabin yang bersedia duduk di meja perundingan, justru tewas ditembak pada 1995 oleh Yigal Amir, seorang aktivis sayap kanan Israel yang menentang perjanjian damai Oslo.
Semenjak itu, perdamaian kedua negara seperti menegakkan benang basah.
Bahkan, Arafat harus menyusul Rabin dengan nasib yang tak kalah tragis. Dia meninggal dalam usia 75 tahun, pada 11 November 2004, setelah mengeluh sakit perut di kantor pusatnya di Kota Ramallah, Tepi Barat.
Arafat dinyatakan meninggal akibat gangguan darah. Namun pemeriksaan barang-barang miliknya dan penggalian kerangkanya untuk analisis lebih lanjut pada 2012 menunjukkan ia mungkin telah diracun dengan radioaktif polonium-210.
Baca Juga: Keponakan Yasser Arafat Tuding Israel Berada di Balik Kematian Tokoh Perlawanan Palestina Itu
Bahkan, laporan Institut Fisika Radiasi Rumah Sakit Universitas Lausanne menyatakan bahwa Arafat jatuh sakit parah sekitar empat jam setelah makan pada 12 Oktober 2004.
Istrinya, Suha, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kematian suaminya menyimpan konspirasi.
“Saya meminta Anda untuk menyadari ruang lingkup konspirasi. Mereka mencoba mengubur Abu Ammar (Arafat) hidup-hidup.”
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.