KUALA LUMPUR, KOMPAS.TV - Malaysia dihebohkan kabar bahwa Badan Intelijen Israel Mossad menculik seorang warga Palestina di Kuala Lumpur dan menginterogasinya di sebuah pondok terpencil di Selangor menggunakan warga Malaysia.
Kabar itu dilaporkan New Straits Times Malaysia pada Selasa (18/10/2022), yang dikutip Straits Times, Rabu (19/10).
Laporan tersebut membuat murka polisi Malaysia, karena menganggap New Straits Times membocorkan rincian sensitif dalam berita tersebut.
Laporan di New Straits Times (NST) yang berjudul “Mossad di Balik Penculikan KL” itu membuat polisi Malaysia kebakaran jenggot. Editor grup surat kabar Farrah Naz Karim lalu dipanggil untuk diinterogasi pada Rabu (19/10).
NST mengatakan dalam laporannya, sekelompok warga Malaysia termasuk seorang perempuan direkrut Mossad untuk menculik seorang lelaki Palestina yang tinggal di Malaysia.
Operasi penculikan terjadi bulan lalu terhadap pria Palestina yang bekerja sebagai programmer komputer, yang diyakini terkait dengan kelompok militan Hamas. Dia diseret ke dalam sebuah kendaraan di Jalan Yap Kwan Seng, tidak jauh dari Menara Kembar Petronas yang terkenal.
New Straits Times bahkan menunjukkan gambar bagian dalam bangunan di Hulu Langat di negara bagian Selangor di mana korban diduga disiksa, dan mengatakan petugas Mossad muncul di panggilan video untuk meminta jawaban dari warga Palestina, yang disebutkan dalam laporan sebagai Omar ZM Albelbaisy Raeda.
Baca Juga: Mossad Peringatkan AS, Presiden Iran Ebrahim Raisi Tak Bisa Dipercaya dan Punya Masalah Kejiwaan
Warga Palestina itu dipukuli oleh penculik warga Malaysia dan dipaksa untuk memberikan jawaban, kata laporan itu.
Israel ingin tahu tentang pengalamannya dalam pengembangan aplikasi komputer serta kekuatan Hamas dalam mengembangkan perangkat lunak. Selain itu, warga Palestina itu diinterogasi tentang anggota sayap militer Hamas yang dia kenal dan kekuatan mereka, seperti kata sumber yang mengetahui kasus tersebut kepada New Straits Times.
Penculikan itu membuat heboh warga Malaysia, di negara di mana kekerasan jalanan jarang terjadi.
Kriminolog Malaysia P. Sundramoorthy mengatakan, ini adalah tindakan terorisme dan tindakan kriminal yang tidak boleh ditoleransi.
“Jika memang terbukti bahwa Mossad merekrut warga Malaysia, ini tidak boleh ditoleransi dan operasi semacam ini oleh badan intelijen harus dikutuk, karena merupakan ancaman bagi keamanan nasional,” kata Sundramoorthy dari Universitas Sains Malaysia (USM) Penang, kepada The Straits Times.
“Ini adalah kasus istimewea. Kami tidak ingin negara lain beroperasi di negara kami dengan memanfaatkan warga negara kami,” tambahnya.
Malaysia tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel, dan negara tersebut sangat mendukung isu Palestina.
Baca Juga: Ditangkap di Malaysia, Bos Judi Online Apin BK Tiba di Soekarno Hatta!
Kepala Polisi Kuala Lumpur Azmi Abu Kassim mengatakan, elemen sensitif seperti saksi terungkap, dan hal itu disebut memengaruhi penyelidikan mereka.
“Ini adalah masalah keamanan dan kerahasiaan, karena melibatkan elemen sensitif,” kata Datuk Azmi kepada wartawan setelah memimpin acara publik pada Rabu (19/10), seperti dilansir New Straits Times.
Menurut Bernama, 11 warga Malaysia termasuk seorang perempuan didakwa di Pengadilan Magistrat Kuala Lumpur karena menculik pria Palestina untuk mendapatkan informasi tentang perangkat lunak untuk meretas ponsel.
Ini bukan pertama kalinya insiden kriminal terjadi di Malaysia yang melibatkan warga Palestina.
Pada tahun 2018, seorang insinyur listrik kelahiran Gaza Fadi Mohammed al-Batsh, yang merupakan anggota Hamas, mati diberondong peluru oleh dua pengendara sepeda motor di Kuala Lumpur.
Secara luas diyakini bahwa dia dibunuh oleh agen dinas rahasia Israel.
Sumber : Kompas TV/New Straits Times Malaysia/Straits Times Singapore/Bernama
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.