Kompas TV internasional krisis rusia ukraina

Ngeri 'Hujan' Rudal Rusia, Ukraina Buru-buru Desak Sekutu Mereka dan Zelenskyy Sampai Minta Hal Ini

Kompas.tv - 12 Oktober 2022, 14:41 WIB
ngeri-hujan-rudal-rusia-ukraina-buru-buru-desak-sekutu-mereka-dan-zelenskyy-sampai-minta-hal-ini
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy saat bertemu G7 akan meminta dikirim lebih banyak senjata pertahanan udara serta meminta dikirim lebih cepat. (Sumber: Ukraine Presidential Office)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Gading Persada

KIEV, KOMPAS.TV - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Selasa (11/10/2022) mengharapkan tanggapan positif pada pertemuan dengan Sekutu Barat mereka.

Pertemuan yang berlangsung hari ini, Rabu (12/10) di Brussel, Belgia digelar atas permintaan Zelenskyy untuk lebih cepat mengirim bantuan militer. Pasalnya, kota-kota di Ukraina kembali menghadapi lebih banyak serangan rudal Rusia.

Setelah serangan rudal Rusia yang intens, Zelensky mengimbau para pemimpin negara-negara G7 untuk meningkatkan kemampuan pertahanan udara karena kelompok itu berjanji untuk mendukung Kiev selama diperlukan.

Adapun pertemuan di Brussel itu merupakan bagian dari inisiasi Koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) yang beranggotakan sekitar 50 negara dan dikenal sebagai Kelompok Kontak Pertahanan Ukraina. Pertemuan ini digelar di sela-sela kegiatan para menteri pertahanan NATO.

Komando Ukraina mengatakan pasukannya membunuh lebih dari 100 tentara Rusia di wilayah Kherson selatan namun klaim tersebut tidak dapat secara independen diverifikasi.

Aktivitas pada Selasa kemarin juga kurang intens dari hari sebelumnya ketika puluhan serangan rudal Rusia menewaskan 19 orang, melukai lebih dari 100 dan melumpuhkan listrik di seluruh negeri dalam serangan udara terbesar Moskow sejak dimulainya invasi pada 24 Februari lalu.

Serangan rudal lainnya pada hari yang sama juga menewaskan tujuh orang di Kota Zaporizhzhia, Ukraina tenggara, kata seorang ajudan presiden, dan membuat bagian barat kota Lviv tanpa aliran listrik, menurut pejabat setempat.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov merayakan kedatangan empat peluncur HIMARS, atau Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi tambahan dari AS.

HIMARS diketahui punya akurasi dan jangkauannya yang lebih jauh membuat Ukraina berhasil memepet keunggulan artileri Rusia dan membuat Ukraina mampu melancarkan serangan balasan negara itu baru-baru ini.

"Waktu HIMARS adalah waktu uang baik untuk Ukraina dan waktu yang buruk bagi penjajah," tulis Reznikov di Twitter.

Baca Juga: Departemen HAM PBB: Serangan Rudal Rusia ke 10 Kota Ukraina Bisa Menjadi Kejahatan Perang

Ilustrasi. Seorang petugas damkar Ukraina membantu koleganya yang terjerembab ke dalam kawah hasil ledakan ketika berupaya memadamkan kebakaran mobil di Kiev, Senin (10/10/2022). (Sumber: Roman Hrytsyna/Associated Press)

Adapun Ukraina Selasa kemarin juga menerima pengiriman pertama dari empat sistem pertahanan udara IRIS-T yang dijanjikan Jerman untuk dipasok, kata sumber kementerian pertahanan Jerman.

Sedangkan AS mengatakan sedang mempercepat pengiriman pertahanan udara NASAMS yang canggih ke Ukraina.

Washington memberikan bantuan keamanan senilai lebih dari US$16,8 miliar ke Ukraina selama perang.

Disisi lain G7, yang mengelompokkan AS, Jerman, Prancis, Jepang, Inggris, Italia, dan Kanada, dalam sebuah pernyataannya berjanji melanjutkan dukungan finansial, kemanusiaan, militer, diplomatik, dan hukum ... selama yang diperlukan ke Ukraina.

"Serangan membabi buta terhadap penduduk sipil yang tidak bersalah sebagai kejahatan perang dan mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka," tambah G7 dalam pernyataannya yang mengutuk keras serangan rudal Rusia ke Ukraina.

Setali tiga uang. Presiden AS Joe Biden juga bereaksi atas serangan rudal Rusia ke Ukraina. Bahkan juga menyebut nama Putih dalam wawancaranya.

"Putin adalah aktor rasional yang salah perhitungan secara signifikan", kata Biden dalam sebuah wawancara CNN.

Moskow, yang menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi militer khusus" untuk melenyapkan nasionalis berbahaya dan melindungi penutur bahasa Rusia, menuduh Barat meningkatkan dan memperpanjang konflik dengan mendukung Kiev.

"Kami memperingatkan dan berharap mereka menyadari bahaya eskalasi tak terkendali di Washington dan ibu kota Barat lainnya," kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov seperti dikutip kantor berita RIA Novosti, Selasa (11/10)

Baca Juga: Rusia Kirim Hujan Rudal ke Ukraina, Dua Hari Usai Tunjuk Jenderal Penghancur Aleppo sebagai Komandan

Ilustrasi. Petugas Ukraina bekerja di lokasi gedung yang rusak akibat serangan Rusia di Zaporizhzhia, Minggu (9/10/2022). (Sumber: Leo Correa/Associated Press)

Kiev dan pendukung Baratnya menuduh Rusia melakukan perampasan tanah tanpa alasan di Ukraina.

Rusia terbuka pembicaraan dengan Barat

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan Moskow terbuka untuk pembicaraan dengan Barat, sebuah klaim yang Washington tolak sebagai "postur" karena Rusia terus menyerang kota-kota Ukraina.

Dalam sebuah wawancara di televisi pemerintah, Lavrov mengatakan Rusia bersedia untuk terlibat dengan AS atau dengan Turki tentang cara untuk mengakhiri perang, sekarang sudah masuk bulan ke delapan, tetapi belum menerima proposal serius untuk bernegosiasi.


 

Zelensky Selasa kemarin juga kembali mengesampingkan pembicaraan damai dengan Putin.

Presiden Rusia, di bawah tekanan domestik untuk meningkatkan perang karena pasukannya telah kehilangan kekuatan sejak awal September, mengatakan dia memerintahkan serangan hari Senin sebagai tanggapan atas ledakan yang merusak jembatan Rusia ke Krimea akhir pekan lalu.

Pihak berwenang Ukraina mengatakan mereka menggali mayat puluhan orang, termasuk warga sipil dan bayi berusia satu tahun, menyusul mundurnya pasukan Rusia dari dua kota di wilayah Donetsk timur.

Dalam beberapa pekan terakhir, Moskow mencaplok wilayah baru Ukraina, memobilisasi ratusan ribu orang Rusia untuk berperang dan berulang kali mengancam akan menggunakan senjata nuklir, memicu alarm di Barat.

Seorang diplomat Eropa mengatakan NATO sedang mempertimbangkan untuk mengadakan pertemuan puncak virtual untuk mempertimbangkan tanggapan mereka.

NATO belum melihat adanya perubahan dalam postur nuklir Rusia menyusul ancaman tersebut, Sekretaris Jenderal Jens Stoltenberg mengatakan kepada wartawan di Brussels pada hari Selasa.




Sumber : Kompas TV/Straits Times




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x