"Serangan membabi buta terhadap penduduk sipil yang tidak bersalah sebagai kejahatan perang dan mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka," tambah G7 dalam pernyataannya yang mengutuk keras serangan rudal Rusia ke Ukraina.
Setali tiga uang. Presiden AS Joe Biden juga bereaksi atas serangan rudal Rusia ke Ukraina. Bahkan juga menyebut nama Putih dalam wawancaranya.
"Putin adalah aktor rasional yang salah perhitungan secara signifikan", kata Biden dalam sebuah wawancara CNN.
Moskow, yang menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi militer khusus" untuk melenyapkan nasionalis berbahaya dan melindungi penutur bahasa Rusia, menuduh Barat meningkatkan dan memperpanjang konflik dengan mendukung Kiev.
"Kami memperingatkan dan berharap mereka menyadari bahaya eskalasi tak terkendali di Washington dan ibu kota Barat lainnya," kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov seperti dikutip kantor berita RIA Novosti, Selasa (11/10)
Baca Juga: Rusia Kirim Hujan Rudal ke Ukraina, Dua Hari Usai Tunjuk Jenderal Penghancur Aleppo sebagai Komandan
Kiev dan pendukung Baratnya menuduh Rusia melakukan perampasan tanah tanpa alasan di Ukraina.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan Moskow terbuka untuk pembicaraan dengan Barat, sebuah klaim yang Washington tolak sebagai "postur" karena Rusia terus menyerang kota-kota Ukraina.
Dalam sebuah wawancara di televisi pemerintah, Lavrov mengatakan Rusia bersedia untuk terlibat dengan AS atau dengan Turki tentang cara untuk mengakhiri perang, sekarang sudah masuk bulan ke delapan, tetapi belum menerima proposal serius untuk bernegosiasi.
Zelensky Selasa kemarin juga kembali mengesampingkan pembicaraan damai dengan Putin.
Presiden Rusia, di bawah tekanan domestik untuk meningkatkan perang karena pasukannya telah kehilangan kekuatan sejak awal September, mengatakan dia memerintahkan serangan hari Senin sebagai tanggapan atas ledakan yang merusak jembatan Rusia ke Krimea akhir pekan lalu.
Pihak berwenang Ukraina mengatakan mereka menggali mayat puluhan orang, termasuk warga sipil dan bayi berusia satu tahun, menyusul mundurnya pasukan Rusia dari dua kota di wilayah Donetsk timur.
Dalam beberapa pekan terakhir, Moskow mencaplok wilayah baru Ukraina, memobilisasi ratusan ribu orang Rusia untuk berperang dan berulang kali mengancam akan menggunakan senjata nuklir, memicu alarm di Barat.
Seorang diplomat Eropa mengatakan NATO sedang mempertimbangkan untuk mengadakan pertemuan puncak virtual untuk mempertimbangkan tanggapan mereka.
NATO belum melihat adanya perubahan dalam postur nuklir Rusia menyusul ancaman tersebut, Sekretaris Jenderal Jens Stoltenberg mengatakan kepada wartawan di Brussels pada hari Selasa.
Sumber : Kompas TV/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.